Home

Rabu, 10 September 2014

Filled Under:

Anatomi Sistem Pencernaan

MAKALAH
Anatomi Sistem Pencernaan



Disusun Oleh :

Kelompok 1
Indah Puspa Pratiwi
Aida Fitria Qisti
Beta Sonya Andini
E. Nuraeni
Feby Arie Dwi Putri
Hinggit Sugiarto
Muhamad Haryadi
Ressabela Putri R
Sefti Nuraeni
Yuliyanita



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI
Jalan Babakan Sirna No. 25 Kota Sukabumi
TAHUN 2013/2014
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
            Assalamu’alaikum Wr. Wb
            Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat berkat dan rahmatnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini terdiri dari pokok pembahasan mengenai “Anatomi Sistem Pencernaan” Setiap pembahasan di bahas secara sederhana sehingga mudah dimengerti.
Makalah ini membahas tentang organogenesis sistem pencernaan, histology saluran cerna, susunan saluran pencernaan, anatomi kelenjar pencernaan dan ekskresinya, pembagian region abdomen, prinsip umum : motilitas, pengaturan saraf, sirkulasi darah, transfor dan pencampuran makanan dalam saluran pencernaan, fungsi sekresi, mekanisme pengontrolan sistem pencernaan, fungsi hati dan metabolism karbohidrat, lemak dan protein.
Kami sadar, sebagai mahasiswi yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan dalam makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
            Wassalamu’alaikum Wr. Wb


Sukabumi,  Maret 2014

                                                                                                                       

 Penulis






DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar........................................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................................
BAB I Pendahuluan................................................................................................
1.1  Latar Belakang.....................................................................................................
1.2  Rumusan Masalah................................................................................................
1.3  Tujuan..................................................................................................................

BAB II Pembahasan
2.1 Organogenesis sistem pencernaan........................................................................
2.2 Histologi saluran cerna.........................................................................................
2.3 Susunan saluran pencernaan................................................................................
2.4 Anatomi kelenjar pencernaan dan ekskresinya....................................................
2.5 Pembagian regio abdomen...................................................................................
2.6 Prinsip umum : motilitas, pengaturan saraf, sirkulasi darah.................................
2.7 Transfor dan pencampuran makanan dalam saluran pencernaan.........................
2.8 Fungsi sekresi.......................................................................................................
2.9 Mekanisme pengontrolan sistem pencernaan.......................................................
2.10 Fungsi hati.........................................................................................................
2.11 Metabolisme karbohidrat, lemak dan protein....................................................

BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................
3.2 Saran....................................................................................................................
Daftar Pustaka




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Saluran pencernaan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (pengunyahan, penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cairyang terbentang mulai dari mulut (oris) sampai anus. Dari saluran pencernaan akan terbentuk sistem pencernaan yang terdiri dari organ-organ pencernaan yang tergabung membentuk saluran pencernaan. saluran pencernaan tersebut terdiri dari Oris(mulut), Faring(tekak), Esofagus(kerongkongan) Ventrikulus(lambung), usus halus,usus besar, rektum, anus. Selain itu alat penghasil getah cerna terdiri dari Kelenjar ludah, kelenjar getah lambung, kelenjar hati, kelenjar pankreas, kelenjar getah usus.
Selama dalam pankreas, pencernaan makanan dihancurkan menjadi zat-zat yang sederhana yang hanya diserap dan digunakan oleh sel jaringan tubuh. Berbagai perubahan sifat makanan terjadi karena kerja berbagai enzim yang terkandung di dalam berbagai cairan pencernaan.
Setiap jenis zat mempunyai tugas khusus bekerja atas satu jenis makanan dan tidak mempunyai pengaruh terhadap jenis lain.
1.2 Rumusan Masalah
1.      Jelaskan organogenesis sistem pencernaan!
2.      Jelaskan histologi saluran cerna!
3.      Uraikan susunan saluran pencernaan!
4.      Jelaskan anatomi kelenjar pencernaan dan sekresinya!
5.      Jelaskan pembagian region abdomen!
6.      Jelaskan prinsip umum : motilitas, pengaturan saraf, sirkulasi darah!
7.      Jelaskan transfor dan pencampuran makanan dalam saluran pencernaan!
8.      Jelaskan fungsi sekresi!
9.      Jelaskan mekanisme pengontrolan sistem pencernaan!
10.  Jelaskan fungsi hati!
11.  Jelaskan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein!
1.3 Tujuan
1.      Mengetahui organogenesis sistem pencernaan
2.      Mengetahui histologi saluran cerna!
3.      Mengetahui susunan saluran pencernaan!
4.      Mengetahui anatomi kelenjar pencernaan dan sekresinya!
5.      Mengetahui pembagian region abdomen!
6.      Mengetahui prinsip umum : motilitas, pengaturan saraf, sirkulasi darah!
7.      Mengetahui transfor dan pencampuran makanan dalam saluran pencernaan!
8.      Mengetahui fungsi sekresi!
9.      Mengetahui mekanisme pengontrolan sistem pencernaan!
10.  Mengetahui fungsi hati!
11.  Mengetahui metabolisme karbohidrat, lemak dan protein!










BAB II
PEMBAHASAN

Pendahuluan Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan (alimentar), yaitu tuba muscular panjang yang merentang dari mulut sampai anus, dan organ-organ aksesoris. Di dalam saluran pencernaan terdapat organ aksesoris/tambahan seperti gigi, lidah, kelenjar saliva (air ludah/liur), hati, kandung empedu dan pancreas. Saluran pencernaan yang terletak dibawah area diafragma disebut saluran gastrointestinal.
1. Pencernaan secara mekanik
Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut, yaitu penghancuran makanan oleh gigi yang dibantu lidah.
2. Pencernaan secara kimiawi
Pencernaan kimiawi terjadi di dalam rongga mulut, usus, dan lambung dengan bantuan enzim. Enzim adalah suatu zat kimia yang membantu proses pencernaan.
3. Fungsi sistem pencernaan
Fungsinya yang utama adalah untuk menyediakan makanan, air dan elektrolit bagi tubuh dari nutrien (zat-zat makanan) yang dicerna oleh saluran pencernaan untuk kemudian diserap. Proses mencerna dan menyerap makanan,air dan elektrolit dilakukan secara mekanik maupun kimia oleh saluran pencernaan yg bermula dari mulut sampai ke anus. Pencernaan berlangsung secara mekanik dan kimia, dan meliputi proses-proses berikut :
·                    Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam mulut.
·                    Pemotongan dan Penggilingan makanan di lakukan secara mekanik oleh   gigi. Makanan kemudian dicampur dengan saliva sebelum ditelan.
·                    Peristaltis adalah gelombang otot polos involunter yang menggerakan makanan tertelan melalui saluran pencernaan.
·                    Digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul    kecil sehingga absorpsi dapat berlangsung.
·                    Absorpsi adalah pergerakan produk akhir pencernaan dari lumen saluran pencernaan ke dalam sirkulasi darah dan limfatil sehingga dapat digunakan oleh sel tubuh.
·                    Egesti (defekasi) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna, juga bakteri, dalam bentuk feses dari saluran pencernaan.
2.1 Organogenesis Sistem Pencernaan
Saluran pencernaan primitif terbagi menjadi 3 bagian, yaitu usus depan (fore gut), usus tengah (mid gut), dan usus belakang (hind gut).
1.      Usus depan: terbentuk oleh adanya pelipatan endoderm atap arkenteron bagian anterior, yang akan diikuti oleh mesoderm splanknik. Usus depan akan menjadi rongga mulut, faring, esofagus, lambung dan duodenum.
2.      Usus tengah: daerah arkenteron antara usus depan dan usus belakang. Usus tengah akan menjadi jejenum, ileum dan kolon
3.      Usus belakang: terbentuk oleh adanya pelipatan endodern atap arkenteron bagian posterior, yang akan diikuti oleh mesoderm splanknik. Usus belakang akan menjadi rektum dan kloaka atau anus
Epitel saluran pencernaan terbentuk dari endoderm, kecuali epitel mulut dan anus – dari ektoderm. Jaringan-jaringan/ struktur-struktur lain penyususn saluran pencernaan dibentuk oleh mesoderm splanknik.
Pembentukan mulut
Mulut terbentuk pada bagian anterior usus depan. Invaginasi ektoderm (= lekuk stomodeum) yang diikuti dengan evaginasi endoderm usus depan menyebabkan terbentuknya keping oral. Keping oral makin lama makin menipis, akhirnya pecah → menjadi lubang mulut.
Pembentukan anus
Anus terbentuk pada bagian posterior usus belakang. Invaginasi ektoderm (= lekuk proktodeum) yang diikuti dengan evaginasi endoderm usus belakang menyebabkan terbentuknya keping anal. Keping anal makin lama makin menipis, akhirnya pecah → menjadi lubang anus.
2.2 Histologi Saluran Cerna
Saluran pencernaan umumnya mempunyai sifat struktural tertentu yang terdiri atas 4 lapisan utama yaitu: lapisan mukosa,submukosa, lapisan otot, dan lapisan serosa.
1.      Lapisan mukosa terdiri atas (1) epitel pembatas; (2) lamina propria yang terdiri dari jaringan penyambung jarang yang kaya akan pembuluh darah kapiler dan limfe dan sel-sel otot polos, kadang-kadang mengandung juga kelenjar-kelenjar dan jaringan limfoid; dan (3) muskularis mukosae.
2.      Submukosa terdiri atas jaringan penyambung jarang dengan banyak pembuluh darah dan limfe, pleksus saraf submukosa (juga dinamakan Meissner), dan kelenjar-kelenjar dan/atau jaringan limfoid.
3.      Lapisan otot tersusun atas: (1) sel-sel otot polos,berdasarkan susunannya dibedakan menjadi 2 sublapisan menurut arah utama sel-sel otot yaitu sebelah dalam (dekat lumen), umumnya tersusun melingkar (sirkuler); pada sublapisan luar, kebanyakan memanjang (longitudinal). (2) kumpulan saraf yang disebut pleksus mienterik (atau Auerbach), yang terletak antara 2 sublapisan otot. (3) pembuluh darah dan limfe.
4.      Serosa merupakan lapisan tipis yang terdiri atas (1) jaringan penyambung jarang, kaya akan pembuluh darah dan jaringan adiposa; dan (2) epitel gepeng selapis (mesotel).
Fungsi utama epitel mukosa saluran pencernaan adalah:
1.Menyelenggarakan sawar (pembatas), bersifat permeabel selektif antara isi saluran dan jaringan tubuh.
2.Mempermudah transpor dan pencernaan makanan
3.Meningkatkan absorpsi hasil-hasil pencernaan (sari-sari makanan). Sel-sel pada lapisan ini selain menghasilkan mukus juga berperan dalam pencernaan atau absorpsi makanan.
            Nodulus limfatikus yang banyak terdapat pada lamina propria dan lapisan submukosa sebagai sistem pertahanan tubuh atau pelindung dari infeksi mikroorganisme dari invasi virus dan bakteri. Muskularis mukosae dan lapisan otot untuk pergerakan lapisan mukosa secara independen (otonom) dari pergerakan saluran pencernaan lain, sehingga meningkatkan kontak dengan makanan. Kontraksi lapisan mukosa mendorong (peristaltik) dan mencampur makanan (segmentasi) dalam saluran pencernaan.
Pleksus-pleksus saraf mengatur kontraksi muskuler ini, yang membentuk gangglia parasimpatis. Banyaknya jala-jala serabut pre- dan postganglionik sistem saraf otonom dan beberapa serabut-serabut sensoris viseral dalam ganglia ini memungkinkan komunikasi diantara mereka. Kenyataan bahwa saluran pencernaan menerima banyak persyarafan dari sistem saraf otonom memberikan penjelasan anatomik akan besarnya pengaruh gangguan emosi pada saluran pencernaan – suatu fenomena yang penting pada pengobatan psikosomatis.
1.      Mulut
Proses pencernaan dimulai sejak makanan masuk ke dalam mulut. Di dalam mulut terdapat alat-alat yang membantu dalam proses pencernaan, yaitu gigi, lidah, dan kelenjar ludah (air liur). Fungsi rongga mulut:
  1. Mengerjakan pencernaan pertama dengan  jalan mengunyah
  2. Untuk berbicara
  3. Bila perlu, digunakan untuk bernafas.
Di dalam rongga mulut, makanan mengalami pencernaan secara mekanik dan kimiawi. Beberapa organ di dalam mulut, yaitu :
a.      Gigi
Gigi berfungsi untuk mengunyah makanan sehingga makanan menjadi halus. Keadaan ini memungkinkan enzim-enzim pencernaan mencerna makanan lebih cepat dan efisien.
Gigi dapat dibedakan atas empat macam yaitu gigi seri, gigi taring, gigi geraham depan, dan gigi geraham belakang. Secara umum, gigi manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu mahkota gigi (korona), leher gigi (kolum), dan akar gigi (radiks). Mahkota gigi atau puncak gigi merupakan bagian gigi yang tampak dari luar. Setiap jenis gigi memiliki bentuk mahkota gigi yang berbeda-beda. Gigi seri berbentuk seperti pahat, gigi taring berbentuk seperti pahat runcing, dan gigi geraham berbentuk agak silindris dengan permukaan lebar dan datar berlekuk-lekuk. Bentuk mahkota gigi pada gigi seri berkaitan dengan fungsinya untuk memotong dan menggigit makanan. Gigi taring yang berbentuk seperti pahat runcing untuk merobek makanan. Sedangkan gigi geraham dengan permukaan yang lebar dan datar berlekuk-lekuk berfungsi untuk mengunyah makanan. Leher gigi merupakan bagian gigi yang terlindung dalam gusi, sedangkan akar gigi merupakan bagian gigi yang tertanam di dalam rahang. Email gigi merupakan lapisan keras berwarna putih yang menutupi mahkota gigi. Tulang gigi, tersusun atas zat dentin. Sumsum gigi (pulpa), merupakan rongga gigi yang di dalamnya terdapat serabut saraf dan pembuluh-pembuluh darah. Itulah sebabnya bila gigi kita berlubang akan terasa sakit, karena pada sumsum gigi terdapat saraf.
Gigi ada dua macam :
  • Sulung, Mulai tumbuh pada anak usia anak anak umur 6 – 7 bulan. Lengkap pada umur 2,5 tahun jumlahnya 20 buah disebut juga gigi susu, terdiri dari : 8 buah gigi seri, (dens insisivus), 4 buah gigi taring (dens kaninus) dan 8 buah gigi geraham (molare).
·         Gigi Tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6 – 18 tahun, jumlahnya 32 buah, terdiri dari : 8 buah gigi seri, (dens insisivus), 4 buah gigi taring (dens kaninus) 18 buah gigi geraham (molare)dan 12 buah gigi geraham (premolare).

b.  Lidah
Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut yang dapat membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lidah dikenal sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap. Lidah juga turut membantu dalam tindakan bicara.Juga membantu membolak balik makanan dalam mulut. Lidah dibagi atas tiga bagian :
  • Pada pangkal lidah yang belakang terdapat epiglottis yang berfungsi untuk menutup jalan napas pada waktu kita menelan makanan, supaya makanan jangan masuk ke jalan napas.
  • Punggung lidah (dorsum lingua) terdapat putting-putting pengecap atau ujung saraf pengecap. 
  • Frenulum lingua merupakan selaput lender yang terdapat pada bagian bawah kira kira di tengah, jika lidah digerakan ke atas Nampak selaput lender. Flika sublingual terdapat di sebelah kiri dan kanan frenulun lingua, di sini terdapat pula lipatan selaput lender. Pada pertengahan flika sublingual initerdapat saluran dari grandula parotis, submaksilaris dan glandula sublingualis.
Bagian lidah yang berperan dalam mengecap rasa makanan adalah papilla. Papilla ini merupakan bentukan dari saraf-saraf sensorik (penerima rangsang).
Fungsi Lidah :
  • Untuk membersihkan gigi serta rongga mulut antara pipi dan  gigi
  • Mencampur makanan dengan ludah
  • Untuk menolak makanan dan minuman kebelakang
  • Untuk berbicara
  • Untuk mengecap manis, asin dan pahit
  • Untuk merasakan dingin dan panas
Tiap rasa pada zat yang masuk ke dalam rongga mulut akan direspon oleh lidah di tempat yang berbeda-beda. Letak setiap rasa berbeda-beda, yaitu:
1.      Rasa asin      —–>  lidah bagian tepi depan
2.      Rasa manis  —–>  lidah bagian ujung
3.      Rasa asam   —–>  lidah bagian samping
4.      Rasa pahit   —–>  lidah bagian belakang / pangkal lidah
Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan kimia. Lidah merupakan organ yang tersusun dari otot. Permukaan lidah dilapisi dengan lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir, dan reseptor pengecap berupa tunas pengecap. Tunas pengecap terdiri atas sekelompok sel sensori yang mempunyai tonjolan seperti rambut yang disebut papilla

c.   Kelenjar Ludah
Kelenjar ludah menghasilkan ludah atau air liur (saliva). Kelenjar ludah dalam rongga mulut ada tiga pasang, yaitu :
  1. Kelenjar parotis, terletak di bawah telinga, diantara otot pengunyah dengan kulit pipi. Cairan ludah hasil sekresinya dikeluarkan melalui duktus stesen ke dalam rongga mulut melalui satu lubang dihadapannya gigi molar kedua atas. Saliva yang disekresikan sebanyak 25-35 %. Kelenjar parotis menghasilkan ludah yang berbentuk cair
  2. Kelenjar submandibularis, terletak di rahang bawah Letaknya di bawah selaput lender dasar rongga mulut bermuara di dasar rongga mulut atau terletak lebih belakang dan kesamping dari kelenjar sublinguinalis. Saluran menuju kelantai rongga mulut belakang gigi seri pertama.  Kelenjar ludah disarafi  oleh saraf saraf tak sadar. Saliva yang disekresikan sebanyak 60-70 %. Kelenjar submandibularis menghasilkan getah yang mengandung air dan lendir.
  3. Kelenjar sublingualis,  terletak di bawah lidah Terletak pada rongga mulut bagian belakang, duktusnya bernama duktus wartoni, bermuara di rongga mulut dekat dengan frenulum lingua. Saliva yang disekresikan sebanyak 3-5 %. Kelenjar sublingualis menghasilkan getah yang mengandung air dan lendir
Fungsi saliva adalah  :
  • Melarutkan makanan secara kimia,
  • Melembabkan dan melumasi makanan
  • Mengurai zat tepung menjadi polisakarida dan maltosa
  • Zat buangan
  • Zat antibakteri dan antibody


2.      Faring
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang. Ke atas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari bagian superior (bagian yang sama tinggi dengan hidung), bagian media (bagian yang sma tinggi dengan mulut) dan bagian inferior nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga.
Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas ke depan sampai di akar lidah bagian inferior disebut laring ofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring. Menelan (deglutisic), jalan udara masuk ke bagian depan terus ke leher bagian depan sedangkan jalan makanan masuk ke belakang dari jalan napas dan di depan dari ruas tulang belakang. Makanan melewati epiglottis lateral melalui resus piriformis masuk ke esophagus tanpa membahayakan jalan udara. Gerakan menelan mencegah masuknya makanan ke jalan udara, pada waktu yang sama jalan udara ditutup sementara. Permulaan menelan, otot mulut dan lidah berkontraksi secara bersamaan.
3.        Esofagus (kerongkongan)
Esophagus adalah yang menghubungkan tekak dengan lambung, yg letaknya dibelakang trakea yg berukuran panjang ± 25 cm dan lebar 2 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di bawah lambung. Lapisan dinding dari dalam ke luar : lppisan selaput lender (mukosa),lapisan submukosa, lapisan otot melingkar sekuler, dan lapisan otot memanjang longitudinal. Esofagus terletak di belakang trakea dan di depan tulang punggung, setelah melalui toraks menembus diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung dengan lambung. Fungsi dari esofagus adalah menghantarkan bahan yang dimakan dari faring ke lambung dan tiap ujung esofagus dilindungi oleh suatu spinter yang berperan sebagai barier terhadap refleks isi lambung kedalam esophagus.
Otot kerongkongan dapat berkontraksi secara bergelombang sehingga mendorong makanan masuk ke dalam lambung. Gerakan kerongkongan ini disebut gerak peristalsis. Gerak ini terjadi karena otot yang memanjang dan melingkari dinding kerongkongan mengkerut secara bergantian. Jadi, gerak peristalsis merupakan gerakan kembang kempis kerongkongan untuk mendorong makanan masuk ke dalam lambung. Makanan berada di dalam kerongkongan hanya sekitar enam detik. Bagian pangkal kerongkongan (faring) berotot lurik. Otot lurik pada kerongkongan bekerja secara sadar menurut kehendak kita dalam proses menelan. Artinya, kita menelan jika makanan telah dikunyah sesuai kehendak kita. Akan tetapi, sesudah proses menelan hingga sebelum mengeluarkan feses, kerja otot-otot organ pencernaan selanjutnya tidak menurut kehendak kita (tidak disadari).    
4.        Gaster  (lambung)
Lambung (ventrikulus) merupakan kantung besar yang terletak di sebelah kiri rongga perut sebagai tempat terjadinya sejumlah proses pencernaan. Lambung terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian atas (kardiak), bagian tengah yang membulat (fundus), dan bagian bawah (pilorus).
Kardiak berdekatan dengan hati dan berhubungan dengan kerongkongan. Pilorus berhubungan langsung dengan usus dua belas jari. Di bagian ujung kardiak dan pilorus terdapat klep atau sfingter yang mengatur masuk dan keluarnya makanan ke dan dari lambung.
Dinding lambung terdiri dari otot yang tersusun melingkar, memanjang, dan menyerong. Otot-otot tersebut menyebabkan lambung berkontraksi, sehingga makanan teraduk dengan baik dan bercampur merata dengan getah lambung. Hal ini menyebabkan makanan di dalam lambung berbentuk seperti bubur.
Di dalam lambung terjadi gerakan mengaduk. Gerakan mengaduk dimulai dari kardiak sampai di daerah pilorus. Gerak mengaduk terjadi terus menerus baik pada saat lambung berisi makanan maupun pada saat lambung kosong. Jika lambung berisi makanan, gerak mengaduk lebih giat dibanding saat lambung dalam keadaan kosong. Mungkin kita pernah merasakan perut terasa sakit dan berbunyi karena perut kita sedang kosong. Hal itu disebabkan gerak mengaduk saat lambung kosong.
Makanan umumnya bertahan tiga sampat empat jam di dalam lambung. Makanan berserat bahkan dapat bertahan lebih lama. Dari lambung, makanan sedikit demi sedikit keluar menuju usus dua belas jari melalui sfingter pilorus.
Fungsi dari lambung:
  • Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan oleh peristaltic lambung dan getah lambung.
  • Fungsi asam lambung sebagai pembunuh kuman atau racun yang masuk bersama makanan serta untuk mengasamkan makanan agar mudah dicerna.
  • Getah cerna lambung yang dihasilkan :
1.         Pepsin, fungsinya memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan peptone)
2.         Asam garam (HCl), fungsinya mengasamkan makanan dan membuat suasana asam pada pepsinogen menjadi pepsin.
3.         Renin, fungsinya sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dan dari karsinogen (karsinogen dan protein susu)
4.         Lapisan lambung, jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak yang marangsang sekresi getah lambung.
5.        Intestinum minor
Usus halus atau intestinum minor adalah bagian dari system pencernaan makanan yang berpangkal pylorus dan berakhir pada sekum panjangnya ± 6 m, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan yang terdiri dari lapisan usus halus, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, lapisan serosa.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).


Kelenjar – kelenjar usus menghasilkan enzim – enzim pencernaan, yaitu :
  • Peptidase, berfungsi mengubah peptide menjadi asam amino
  • Sukrase, berfungsi mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
  • Maltase, berfungsi mengubah maltose menjadi glukosa
  • Laktase, berfungsi mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa
Fungsi usus halus:
  • Menerima zat-zat makanan yang sudah di cerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe.
  • Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
  • Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.
Di dalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan getah usus yang menyempurnakan makanan:
·         Enterokinase, mengaktifkan enzim proteolitik.
  • Eriksin menyempurnakan perncernaan protein menjadi asam amino.
  • Lactase mengubah lactase menjadi monosakrida
  • Maltose mengubah maltose menjadi monosakarida
  • Sucrose mengubah sukrosa menjadi monosakarida.
Usus halus terdiri dari tiga bagian :
a.)    Usus dua belas jari (duodenum)
Nama duodenum berasal dari bahasa latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari. Duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke (jejunum). Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Panjang duodenum adalah 20 cm.
Jejunum dan ileum mempunyai panjang sekitar ±6 m. 2 per 5 bagian atas adalah (jejunum) dengan panjang ±2,5 m dan ileum dengan panjang 4 sampai 5 m. lekukan jejunum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium.
Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabanng-cabang arteri dan vena mesentrika superior, pembuluh linfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan peritoneum yang membentuk mesenterium. Sambungan antara jejunum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas. Ujung bawah ileum berhubungan dengan sekum dengan perantaraan lubang yang bernama orifisium ileosekalis. Orifisium ini di perkuat oleh sfingter ileosekalis dan pada bagian ini terdapat katup falvula sekalis atau valvula baukhahini yang berfungsi untuk mencegah cairan dalam kolom asendens tidak masuk kembali ke ileum.
b.)    Usus kosong (jejunum)
Berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”. Menempati 2/5 sebelah atas dari usus halus. Terjadi pencernaan secara kimiawi. Panjang dari jejunum adalah 2,5 m
c.)    Usus penyerapan (ileum)
Ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan menempati 3/5 bagian akhir usus halus. Panjang dari ileum adalah 3,6 m.
6.        Intestinum Mayor
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar atau Intestinum mayor panjangnya ± 1,5 m, lebarnya 5-6 cm. Lapisan-lapisan usus besar dari dalam ke luar :
  • Selaput lender
  • Lapisan otot melingkar
  • Lapisan otot memanjang
  • Jaringan ikat.


  • Fungsi usus besar, terdiri dari :
  1. Menyerap air dari makanan
  2. Tempat tinggal bakteri E.Coli
  3. Tempat feses     
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri di dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
Intestinum mayor terdiri dari :
a.)    Sekum
Sekum (bahasa latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Di bawah sekum terdapat appendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing sehingga disebut juga umbai cacing, panjangnya ± 6 cm. Seluruhnya ditutupi oleh peritoneum mudah bergerak walaupun tidak mempunyai mesentrium dan dapat diraba melalui dinding abdomen pada orang yang masih hidup.
b.)        Kolon Asendens
Kolon assendens mempunyai panjang 13 cm, terletak di abdomen bawah sebelah kanan membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di bawah hati melengkung ke kiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatica, dilanjutkan sebagai kolon transversum.


c.)    Kolon Transversum
Panjangnya ±38 cm membujur dari kolon asendens sampai ke kolon desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis.
d.)   Kolon desendens
Panjangnya ±25 cm terletak di abdomen bawah bagian kiri membujur dari atas ke bawah dan fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.
e.)    Kolon Sigmoid
Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai S, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum
f.)      Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).
Dalam anatomi manusia, umbai cacing adalah ujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik.
Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.


7.      Rektum
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
8.        Anus
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus. Anus terletak di dasar pelvis, dindingnya diperkuat voleh 3 sfingter yaitu :
  • Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak.
  • Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.
  • Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak.
Defekasi (buang air besar) didahului oleh transport. Feses ke dalam rectum yang mengkibatkan ketegangan dinding rectum mengakibatkan rangsangan untuk reflex defekasi sedangkan otot usus lainnya berkontraksi. M. levator ini relaksasi secara volunteer dan tekanan ditimbulkan oleh otot otot abdomen.
2.3 Susunan Saluran Pencernaan
·         Oris (mulut)
·         Faring (tenggorokan)
·         Esofagus (kerongkongan)
·         Ventrikulus (atau gaster = lambung)
·         Intestinum minor (usus halus) :
·         Duodenum (usus 12 jari) , yeyunum, Ileum.
·         Intestinum Mayor (usus besar) :
·         Sekum, Kolon (Asenden, transversum,
·         desenden, Sigmoid)
·         Rektum
·         Anus
2.4 Anatomi kelenjar pencernaan dan ekskresinya

Kelenjar Saliva
Disamping kelenjar-kelenjar kecil yang tersebar di seluruh rongga mulut, terdapat 3 pasang kelenjar saliva yang besar; kelenjar parotis, submandibularis (submaxilaris), dan sublingualis.
Kelenjar saliva tersusun atas unit-unit morfologik dan fungsional yang dinamakan adenomer. Suatu adenomer memiliki bagian sekretoris yang terdiri atas sel-sel glandularis. Dekat basis sel sekretoris dan duktus interkalaris terdapat sel-sel otot polos yang disebut mioepitel. Kelenjar saliva yang besar tidak semata-mata kelompokan adenomer tetapi mengandung unsur-unsur lain seperti jaringan penyambung, pembuluh darah dan limfe, dan saraf-saraf. Saluran yang terdapat dalam lobulus dinamakan duktus intralobularis-bergabung menjadi duktus
ekstralobularis.
Fungsi kelejar saliva adalah membasahi dan melumasi rongga mulut dan isinya, memulai pencernaan makanan, menyelenggarakan eksresi zat-zat tertentu seperti urea dan tiosianat, dan mereabsorpsi natrium dan mengeksresi kalium.
1. Kelenjar Parotis
Kelenjar parotis merupakan kelenjar asinosa bercabang, bagian sekretorisnya terdiri atas sel-sel seromukosa. Granula-granula sekresinya kaya akan protein dan memiliki akitivitas amylase.
2. Kelenjar Submandibularis (Submaxilaris)
Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar tubuloasiner bercabang. Bagian sekretorisnya tersusun atas sel-sel mukosa dan seromukosa. Sel-sel seromukosa mengandung granula-granula sekresi protein dengan aktivitas amilotik lemah. Sel-sel pada kelenjar submandibularis dan sublingualis mengandung dan mengsekresi enzim lisosim, yang aktivitas utamanya adalah menghancurkan dinding bakteri.


3. Kelenjar Sublingualis
Kelenjar sublingualis merupakan kelenjar tubulo-asiner bercabang.
Histofisiologi kelenjar saliva
Fungsi saliva adalah membasahi dan melumasi makanan dilakukan oleh air
dan glikoprotein. Saliva pada manusia terdiri atas sekresi kelenjar parotis (25%),
submandibularis (70%), dan sublingualis (5%). Amilase saliva berperan dalam
pencernaan amilum (karbohidrat). Pencernaan ini mulai dalam mulut, tetapi juga
berlangsung dalam lambung sebelum getah lambung mengasamkan makanan,
dengan demikian sangat mengurangi aktivitas amilase.
Sekresi saliva diregulasi oleh sistem saraf simpatis dan parasimpatis,
keduanya mempunyai ujung-ujung saraf dalam kelenjar-kelenjar tersebut. Simpatis
menghambat parasimpatis memacu.
Pankreas
Pankreas tersusun atas bagian eksokrin dan endokrin. Bagian endokrin
terdiri atas pulau Langerhans, dan bagian eksokrin terdiri atas kelenjar asiner, maka disebut bagian asini pankreas. Fungsi utama pankreas adalah menghasilkan enzim-enzim pencernaan yang bekerja dalam usus halus dan mengeksresi hormone insulin dan glukagon ke dalam
aliran darah.
Sel asiner pankreas merupakan sel serosa, dan memilki sifat memsintesis protein. Setelah disintesis dalam bagian basal sel, maka proenzim selajutnya meninggalkan retikulum endoplasma kasar dan masuk apparatus Golgi. Proenzimproenzim tersebut dikumpulkan dalam vesikel-vesikel sekresi yang disebut sebagai granula prozimogen. Granula sekresi yang matang (granula zimogen), melekat pada membran dan terkumpul pada bagian apical (ujung) sel. Bagian eksokrin
pankreas manusia mensekresikan:
1. air
2. ion-ion: bikarbonat.
3. enzim: karboksipeptidase, ribonuklease, deoksiribonuklease, lipase, dan
amilase.
4. proenzim sebagai berikut: tripsinogen, kimotripsinogen.
Regulasi sekresi asini pankreas diatur oleh 2 hormon – sekretin dan kolesistokinin (dahulu dinamakan pankreoenzim) – yang dihasilkan oleh mukosa duodenum. Perangsangan nervus vagus (saraf parasimpatis) juga akan meningkatkan sekresi pankreas.
1.      Sekretin bersifat merangsang sekresi cairan, sedikit protein (enzim) dan kaya akan bikarbonat. Fungsinya terutama mempermudah transport air dan ion. Hasil sekresi ini berperanan untuk menetralkan kimus yang asam (makanan yang baru dicernakan sebagian) sehingga enzim-enzim pancreas dapat dapat berfungsi pada batas pH netral optimalnya.
2.      Kolesistokinin (CCK) merangsang sekresi cairan (sedikit), banyak protein dan enzim. Hormon ini bekerja terutama dalam proses pengeluaran granula-granula zimogen. Kerja gabungan ke dua enzim tersebut menghasilkan sekresi getah pankreas yang kaya akan enzim.
Hati (Hepar)
Hati merupakan organ terbesar dari tubuh, setelah kulit, terletak dalam rongga abdomen di bawah diafragma. Sebagian besarnya darahnya (sekitar 70%) berasal dari vena porta. Melalui vena porta, semua zat yang diabsorpsi melalui usus mencapai hati kecuali asam lemak, yang ditranspor melalui pembuluh limfe. Hati menghasilkan empedu suatu cairan penting dalam pencernaan lemak; memegang peranan penting pada metabolisme lipid; karbohidrat, dan protein menginaktifkan dan memetabolisme banyak zat-zat tostik dan obat-obatan; dan peranan dalam metabolisme besi dan sintesis protein-protein darah dan faktor-faktor yang dibutuhkan untuk koagulasi darah. Kandung empedu mengabsorpsi air dari empedu dan menyimpan empedu dalam bantuk pekat.
2.5 Pembagian Region Abdomen
Ada beberapa cara untuk menentukan permukaan dinding perut dalam beberapa regional
1. Dalam bentuk kuadran
Dalam bentuk kuadran merupakan bentuk garis besar dan sederhana. Penentuan kuadran ini dengan menarik garis (horizontal dan vertikal) melalui umbilikus. Dengan cara ini dinding abdomen terbagi atas 4 daerah yang sering disebut :


1.              Kuadran kanan atas
2.              Kuadran kiri atas
3.              Kuadran kanan bawah
4.              Kuadran kiri bawah


Kepentingan pembagian ini yaitu untuk menyederhakan penulisan laporan, misalnya untuk kepentingan konsultasi atau pemeriksaan kelainan yang mencakup daerah yang cukup jelas.

Berikut gambaran secara besar tentang organ yang terdapat pada kuadran-kuadran.
Kuadran Kanan Atas
Kuadran Kiri Atas
Hati, kantung empedu, paru, esofagus
Hati, jantung, esofagus, paru, pankreas, limfa, lambung
Kuadran Kanan Bawah
Kuadran Kiri Bawah
Usus 12 jari (duo denum), usus besar, usus kecil, kandung kemih, rektum, testis, anus
Anus, rektum, testis, ginjal, usus kecil, usus besar


2. Dalam bentuk regio
Regio digunakan untuk pemeriksaan yang lebih rinci atau lebih spesifik, yaitu dengan menarik dua garis sejajar dengan garis median dan garis transversal yang menghubungkan dua titik paling bawah dari arkus kosta dan satu lagi yang menghubungkan kedua spina iliaka anterior superior (SIAS).
Bedasarkan pembagian yang lebih rinci tersebut permukaan depan abdomen terbagi menjadi 9 regio:
1.      Regio hypocondriaca dextra
2.      Regio epigastrica
3.      Regio hypocondriaca sinistra
4.      Regio abdominal lateralis dextra
5.      Regio umbilicalis
6.      Regio abdominal lateralis sinistra
7.      Regio inguinalis dextra
8.      Regio pubica (hypogastrium)
9.      Regio inguinalis sinistra






Kepentingan pembagian ini, yaitu bila kita meminta pasien untuk menunjukan dengan tepat lokasi rasa nyeri serta melakukan deskripsi perjalanan rasa nyeri tersebut. Dalam hal ini sangat penting untuk membuat peta lokasi rasa nyeri beserta perjalanannya, sebab sudah diketahui karakteristik dan lokasi nyeri akibat kelainan masing-masing organ intra abdominal berdasarkan hubungan persarafan viseral dan somatik.
Secara garis besar organ-organ dalam abdomen dapat diproyeksikan pada permukaan abdomen dalam bentuk regio, yaitu antara lain:
  • Hati atau hepar berada di regio hypocondriaca dextra, epigastrica dan sedikit ke hypocondriaca sinistra.
  • Lambung berada di regio epigastrium.
  • Limpa berkedudukan di regio hypocondrium kiri.
  • Kandung empedu atau vesika felea sering kali berada pada perbatasan regio hypocondrium kanan dan epigastica.
  • Kandung kemih yang penuh dan uterus pada orang hamil dapat teraba di regio hypogastrium.
  • Apendiks berada di daerah antara regio inguinalis dextra, abdominalis lateral kanan, dan bagian bawah regio umbilicalis.
2.7  Prinsip Umum : Motilitas, Pengaturan Saraf, Sirkulasi Darah
A. Motilitas
1. Aktivitas Listrik Pada Otot Polos Gastrointestinal
Adapun aktifitas atau pergerakan otot polos tersebut dipengaruhi oleh aktifitas potensial listrik yang telah teratur sedemikian rupa, sehingga tanpa kita sadari system ini bekerja dengan sempurna. Aktifitas listrik tersebut meliputi :
1.Faktor yang menimbulkan Depolarisasi membrane (membuat lebih mudah dirangsang) : peregangan otot, perangsangan oleh asetilkolin, perangsangan oleh saraf parasimpatis yang mensekresi asetilkolin, perangsangan oleh hormone gastrointestinal spesifik.
2.Faktor yang menimbulkan Hiperpolarisasi membrane (membuat serat otot kurangmudah dirangsang) : pengaruh norepinefrin / epinefrin pada membrane otot, perangsangan saraf-saraf simpatis yang mensekresi norepinefrin.
2. Pengaturan Hormonal Terhadap Motilitas Gastrointestinal
Traktus Gastrointestinal sebagaimana bagian lain dari tubuh manusia juga memiliki sistem pengaturan dengan peranan sekresi hormon. Hal ini terutama ditujukan pada pengaturan motilitas gastrointestinal itu sendiri. Hormon-hormon yang terlibat diantaranya :
1.      Kolesitokinin : disekresikan oleh sel I dalam mukosa duodenum dan jejunum sebagairespon terhadap pemecahan produk lemak, asam lemak dan monogliserid dalam usus.Efeknya: kontraksi kandung empedu, menghambat motilitas lambung agar empedumengemulsikan lemak dan memberi cukup waktu untuk pencernaan lemak di usus bagian atas.
2.      Sekretin : disekresi oleh sel S dalam mukosa duodenum sebagai respon terhadap asamlambung.Efeknya: penghambatan (ringan) terhadap motilitas sebagian besar traktusgastrointestinal.
3.      Peptida penghambat asam lambung : disekresikan oleh mukosa usus halus bagian atassebagai respon terhaadap asam lemak dan asam amino dan sedikit pada karbohidrat.Efeknya: sedikit menurunkan aktifitas motorik lambung, memperlambat pengosonganisi lambung.
3.  Gerakan-gerakan Fungsional Pada Traktus Gastrointestinal
Dalam proses memasukkan makanan, memproses hingga mengeluarkan zat-zatsisa pada saluran pencernaan dibantu oleh gerakan-gerakan yang secar fungsionalmendukung proses tersebut. Secara umum gerakan tersebut terbagi menjadi :
1.Gerakan Propulsif (Peristaltik)Makanan bergerak maju sepanjang saluran dengan kecepatan yang sesuai untuk terjadinya pencernaan dan absorbsi. Rangsangan yang dapat menimbulkan gerakan peristaltik antara lain :
a.Peregangan usus, iritasi epitel pelapis usus, sinyal saraf ekstrinsik terutama parasimpatis. 
b.Reflek mienterikus / reflek peristaltik dan gerakan peristaltik ke arah anus(³hukum dari usus´).
2.Gerakan mencampur yang menjaga agar isi usus tetap tercampur setiap waktu. Pada beberapa tempat,gerakan peristaltik sendiri menimbulkan sebagian besar pencampuran. Pada tempatlain, kontraksi konstriktif yang lebih berperan dalam proses pencampuran, namun ada pula yang melibatkan kedua proses tersebut.



B.  Aliran Darah Gastrointestinal
Pembuluh darah system gastrointestinal disebut sirkulasi splanknik. Sirkulasi ini meliputi aliran darah yang melalui usus sendiri ditambah aliran darah melalui limpa, pancreas dan hepar. Sebelum memasuki sirkulasi sistemik, darah disaring di hepar dari berbagai macam bakteri dan bahan partikel lain (agen-agen berbahaya) dari traktusgastrointestinal. Selain itu, sebagian besar (sekitar tiga perempat dari total yang terserap)berupa zat nutrisi nonlemak dan larut air diserap dan disimpan oleh sel-sel hati.Sedangkan zat nutrisi berdasar lemak tak larut air diabsorbsi ke saluran limfatik usus yang kemudian dialirkan ke dalam darah melalui duktus torasikus. Anatomi suplai darahgastrointestinal adalah :
1.Dinding usus halus dan usus besar disuplai oleh arteri mesenterika superior daninterior.
2.Lambung disuplai oleh arteri illiaka.
  Pengontrolan Saraf Terhadap Aliran Darah Gastrointestinal
Rangsangan saraf parasimpatis terhadap lambung dan kolon bagian bawah akan meningkatkan aliran darah setempat pada saat yang bersamaan dengan peningkatansekresi kelenjar. Penigkatan aliran darah kemungkinan karena peningkatan aktifitas kelenjar.Rangsangan saraf simpatis menyebabkan vasokonstriksi yang kuat pada arteriolsehingga dengan penurunan aliran darah yang besar pada hampir seluruh traktus gastrointestinal, berfungsi untuk menutup aliran darah gastrointestinal dan aliran darahsplanknik lain agar dapat memenuhi kebutuhan oragan vital saat kerja fisik yang hebat,serta mempertahankan semua jaringan vital dari bahaya kematian seluler akibatkekurangan perfusi terutama otak dan jantung. Dapat berlangsung sekitar 1 jam. Setelahitu aliran sering kembali hampir normal melalui mekanisme ³autoregulasi escape´dengan tujuan mengembalikan aliran darah yang membawa nutrisi ke kelenjar dan ototgastrointestinal.
C.        Pengontrolan Saraf Terhadap Fungsi Gastrointestinal
Traktus gastrointestinal memiliki persarafan sendiri yang disebut system saraf enteric. System ini terletak di dinding usus dan mengatur pergerakan dan sekresigastrointestinal. Sistem enteric terutama terdiri dari dua pleksus:
 1.Satu pleksus bagian luar yang terletak diantara lapisan otot longitudinal dan sirkular,disebut pleksus minterikus atau pleksus auerbach
 2.Satu pleksus bagian bagian dalam disebut pleksus submukosa atau pleksus meissner,yang terletak didalam submukosa. Pleksus mienterikus terutama mengatur  pergerakan gastrointestinal, dan pleksus submukosa terutama mengatur sekresigastrointestinal dan aliran darah lokal.
Selain system saraf diatas terdapat juga serat-serat saraf simpatis dan parasimpatis yang berhubungan dengan kedua pleksus mienteretikus dan submukosa, perangsangan olehsystem simpatis dan parasimpatis dapat mengaktifkan dan menghambat fungsi gastrointestinal. Ujung-ujung sarafnya melepaskan neurotransmitter. Pengaturan anatomissystem saraf enteric serta hubunganya dengan system saraf simpatis dan parasimpatismendukung jenis reflek gastrointestinal salah satunya refleks gastrokolik, reflek enterogastrik, sekresi gastrointestinal, peristaltic, serta reflek berasal dari lambung,duodenum, refleks nyeri, dan refleks defekasi. system simpatis dan parasimpatis dapatmengaktifkan dan menghambat fungsi gastrointestinal. Ujung-ujung sarafnya melepaskanneurotransmitter. Dalam usaha untuk lebih memahami berbagai fungsi sistem saraf enterik gastrointestinal, para peneliti dari seluruh dunia telah mengidentifikasikan selusinatau lebih zat-zat neurontransmiter yang berbeda yang dilepaskan oleh ujung-ujung saraf dari berbagai tipe neuron enterik. Dua dari neurontransmiter yang telah kita kenal adalah(1) asetilkolin, dan (2) norepinefrin. Yang lain adalah (3) adenosin trifosfat, (4) serotonin,(5) dopamin, (6) kolisistokinin, (7) substansi P, (8) polipeptida intestinal vasoaktif, (9)somatostatin, (10) leu-enkefalin, (11) metenkefalin, dan (12) bombesin.Fungsi-fungsi khusus dari banyak neurontransmiter ini tidak terlalu dikenal untuk dibahas disini, selain pembahasan hal berikut: Asetilkolin paling sering merangsangaktivitas gastrointestinal. Norepinefrin, hampir selalu menghambat aktivitasgastrointestinal. Hal ini juga berlaku pada epinefrin, yang mencapai traktusgastrointestinal terutama lewat aliran darah setelah disekresikan oleh medula adrenal kedalam sirkulasi. Substansi transmiter lain yang disebutkan tadi adalah gabungan dari bahan-bahan eksitator dan inhibitor. Asetilkolin (Ach) merupakan neurontransmiter yangdikeluarkan oleh semua serat praganglion otonom, serat pascaganglion parasimpatis, danneuron motorik. Epinefrin hormon primer yang dikeluarkan oleh medula adrenal.
2.8  Transfor dan Pencampuran Makanan dalam Saluran Pencernaan
Agar makanan dapat dicerna secara optimal dalam saluran pencernaan, waktu yng diperlukan pada masing-masing bagian saluran bersifat terbatas. Selain itu pencampuran yang
tepat juga harus dilakukan. Tetapi karena kebutuhan untuk pencampuran dan pendorongan
sangat berbeda pada tiap tingkat proses, berbagai mekanisme umpan balik hormonal dan saraf
otomatis akan mengontrol tiap aspek dari proses ini.
Pengaturan pencernaan makanan
Mengunyah makanan bersifat penting untuk pencernaan semua makanan, karena akan
membantu pencernaan makanan untuk alasan sederhana berikut : karena enzim-enzim pencernaan hanya bekerja pada permukaan partikel makanan, kecepatan pencernaan sangat
tergantung pada total area permukaan yang terpapar dengam sekresi usus. Pada umumnya otot-
otot pengunyah dipersarafi olehcabang motorik dari saraf kranial kelima, dan proses
mengunyah dikontrol oleh nukleus dalam batang otak.
Menelan adalah suatu aksi fisiologis yang kompleks,  terutama karena faring pada hampir setiap saat melakukan beberapa fungsi lain di samping menelan dan hanya diubah dalam
beberapa detik ke dalam traktus untuk mendorong makanan. Yang terutama penting adalah bahwa respirasi tidak terganggu akibat menelan.
Pada umumnya menelan dapat dibagi menjadi
(1) tahap volunter, yang mencetuskan proses menelan,
(2) tahap faringeal, yang bersifat involunter dan membantu jalannya makanan melalui faring ke dalam esofagus,
(3) tahap esofageal, fase involunter lain yang mempermudah
jalannya makanan dari faring ke lambung.
Proses menelan secara otomatis diatur dalam urutan yang teratur oleh daerah-daerah neuron di batang otak yang didistribusikan ke seluruh substantiaretikularis medula dan bagian bawah pons. Impuls motorik dari pusat menelan kefaring dan esofagus bagian atas yang menyebabkan penelanan dijalarkan oleh saraf kranial ke-5, ke-9, ke-10, dan ke-12 serta bahkan beberapa saraf servikal superior
Sewaktu gelombang peristaltik esofagus berjalan ke arah lambung, timbul suatu gelombang relaksasi, yang dihantarkan melalui neuron peghambat mienterikus, mendahului
peristaltik, Selanjutnya seluruh lambung dan sedikit lebih luas, bahkan duodenum menjadi
terelaksasi sewaktu gelombang ini mencapai bagian akhir esofagus dan dengan demikian
mempersiapkan lebih awal untuk menerima makanan yang didorong ke bawah esofagus selama
proses menelan.
Pengaturan fungsi motorik lambung
Fungsi motorik dari lambung ada tiga :
(1) penyimpanan sejumlah besar makanan sampai makanan dapat diproses di dalam duodenum,
(2) pencampuran makanan ini dengan sekresi dari lambung sampai membentuk suatu campuran setengah cair yang disebut kimus, dan
(3) pengosongan makanan dengan lambat dari lambung ke dalam usus halus pada kecepatan
yang sesuai untuk pencernaan dan absorpsi yang tepat oleh usus halus.
Saat lambung berisi makanan, gelombang konstriktor peristaltik yang lemah (gelombang pencampur) mulai timbul dibagian tengah dinding lambung dan bergerak ke arah antrum sepanjang dinding lambung sekitar satu kali setiap 15 sampai 20 detik. Sewaktu gelombang konstriktor berjalan dari korpus ke dalam antrum, gelombang menjadi lebih kuat, beberapa menjadi sangat kuat dan menimbulkan cincin konstriktor peristaltik yang kuat yang mendorong isi antrum di bawah tekanan tinggi ke arah pilorus.
Pengosongan lambung ditimbulkan oleh kontraksi peristaltik yng kuat pada antrum
lambung. Kecepatan pengosongan lambung diatur oleh sinyal dari lambung dan duodenum.
Akan tetapi duodenum memberi sinyal yang kebih kuat, selalu mengontrol pengosongan kimus
ke dalam duodenum pada kecepatan yang tidakmelebihi kecepatan kimus dicerna dan
diabsorbsi dalam usus halus
2.9  Fungsi Sekresi
Di sepanjang traktus gastrointestinal , kelenjar sekretoris mempunyai dua fungsi utama. Pertama, enzim-enzim pencernaan disekresi pada sebagian besar daerah rongga mulut sampai
ujung distal ileum. Kedua, kelenjer mukus, dari rongga mulut sampai ke anus, mengeluarkan
mukus untuk melumaskan dan melindungi semua bagian saluran pencernaan.
1.      Mulut & Esofagus
Di dalam mulut, melalui proses pengunyahan, makanan bercampurdengan saliva dan
didorong melalui proses menelan ke dalam esofagus . Gelombang peristaltik di esofagus
menggerakkan makanan ke dalam lambung.
2.      Lambung
Motilitas dan sekresi lambung diatur oleh mekanisme persarafan dan humoral.
Komponen saraf adalah refleks otonom lokal, yang melibatkan neuron-neuron kolinergik, dan impuls-impuls dari SSP melalui nervus vagus. Rangsang vagus meningkatkan sekresi gastrin melalui pelepasan gastrin - releasing peptide.Serat-serat vagus lain melepaskan asetilkolin, yang bekerja langsung pada sel-sel kelenjar di korpus dan fundus untuk meningkatkan sekresi asam dan pepsin. Rangsang nervus vagus di dada atau leher meningkatkan sekresi asam dan pepsin, tetapi vagotomi tidak menghilangkan respons sekresi terhadap rangsang lokal.
Untuk memudahkan pengaturan fisiologik sekresi lambung biasanya dibahas berdasarkan pengaruh otak ( sefalik ),lambung, dan usus. Pengaruh / fase Sefalik adalah respons yang diperantarai oleh nervus vagus yang diinduksi oleh aktivitas di SSP. Pengaruh Lambung terutama adalah respons-respons refleks lokal dan respons terhadap gastrin. Pengaruh  usus adalah efek umpan balik hormonal dan refleks pada sekresi lambung yang dicetuskan dari
mukosa usus halus.
Pengaruh Sefalik
Adanya makanan dalam mulut secara refleks merangsang sekresi lambung. Serat-serat
eferen untuk refleks ini adalah nervus vagus. Peningkatan sekresi lambung yang diperantarai
oleh vagus mudah dilatih. Pada manusia, sebagai contoh : melihat,mencium bau,dan
memikirkan makananakan meningkatkan sekresi lambung.
Peningkatan ini disebabkan oleh refleks bersyarat saluran cerna yang telah berkembang sejak awal masa kehidupan. Rangsang hipotalamus anterior dan bagian-bagian korteks frontalis orbital di sekitarnya meningkatkan aktivitas eferen vagus dan sekresi lambung. Pengaruh otak
menentukan sepertiga sampai separuh dari asam yang disekresikan
sebagai respons terhadap makanan normal.
Respons Emosi
Keadaan kejiwaan memiliki pengaruh terhadap sekresi dan motilitas lambung yang
terutama diperantarai oleh nervus vagus. Rasa cemas dan depresi menurunkan sekresi lambung
dan aliran darah serta menghambat motilitas lambung.
Pengaruh Lambung
Adanya makanan dalam lambung mempercepat peningkatan sekresi lambung yang
disebabkan oleh penglihatan atau bau makanan dan adanya makanan di mulut.
Reseptor di dinding lambung dan mukosa berespons terhadap peregangan
dan rangsang kimia, terutama asam-asam amino dan produk pencernaan terkait lain. Serat-serat dari reseptor masuk ke dalam pleksus submukosa, tempat badan sel neuron reseptor berada.
Serat-serat tersebut bersinaps pada neuron parasimpatis postganglion yang berakhir di
sel-sel parietal dan merangsang sekresi asam.
Neuron-neuron postganglion dalam lengkung refleks lokal adalah neuron yang sama
dengan yang dipersarafi oleh neuron preganglion vagus desendens dari otak yang memperantarai
fase sefalik sekresi. Produk-produk pencernaan protein juga
menyebabkan peningkatan sekresi gastrin, dan hal ini meningkatkan aliran asam.

Pengaruh usus
Walaupun di mukosa usus halus dan lambung terdapat sel-sel yang berisi gastrin,
pemberian asam amino langsung ke dalam duodenum tidak meningkatkan kadar gastrin dalam
darah. Lemak, karbohidrat, dan asam dalam duodenum menghambat sekresi asam lambung dan
pepsin serta motilitas lambung melalui mekanisme saraf dan hormonal. Identitas enterogastron
yakni sebagai hormon usus berperan dalam inhibisi belum jelas diketahui. Sekresi asam
lambung meningkat setelah sebagian besar usus halus diangkat. Hipersekresi, yang secara kasar
setara dengan jumlah usus yang diangkat, sebagian mungkin disebabkan oleh hilangnya sumber
hormon-hormon yang menghambat sekresi asam.
3.      Usus halus
Sejauh ini cara terpenting untuk mengatur sekresi usus halus adalah dengan berbagai refleks saraf setempat terutama refleks yang dimulai oleh rangsangan taktil dan iritasi serta oleh
peningkatan aktifitas saraf enterik yang berhubungan dengan gergerakan gastrointestinal. Oleh
karena itu dihampir semua tempat, sekresi pada usus halus terjadi hanya sebagai respons terhadap keberadaan kimus dalam usus - semakin banyak jumlah kimus semakin banyak
sekresinya.
Beberapa hormon yang dapat merangsang sekresi didaerah manapun pada traktus gastrointestinal juga dapat meningkatkan sekresi usus halus khususnya sekretin dan kolesistokinin. Beberapa eksperimen menunjukkan bahwa zat-zat hormonal yang diekstraks dari mukosa usus halus oleh kimus mungkin membantu mengontrol sekresi. Pada umumnya mekanisme refleks enterik setempat hampir selalu ikut memegang peranan yang dominan.
4. Usus besar
Mukosa usus besar, seperti pada usus halus mempunyai banyak kriptus lieberkuhn, tetapi
pada mukosa ini, berbeda dengan usus halus, tidak memiliki vili. Sel-sel epitel hampir tidak mengandung enzim. Sebaliknya sel ini terutama mengandung sel-sel mukus yang hanya mensekresi mukus. Mukus dalam usus besar jelas melindungi dinding usus terhadap ekskoriasi,
tetapi selain itu, juga menghasilkan media yang lengket untuk melekatkan bahan feses bersama-
sama. Lebih lanjut mukus melindungi dinding ususdari sejumlah besar aktifitas bakteri yang berlangsung di dalam feses, dan menambah sifat basa dari sekresi ( pH 8,0 yang disebabkan oleh sejumlah besar natrium bikarbonat) menyediakansuatu sawar untuk menjaga agar asam yang
terbentuk didalam tinja tidak menyerang dinding usus.
Apabila suatu segmen usus besar menjadi sangat teriritasi, seperti yang terjadi bila
infeksi bakteri berlangsung menyeluruh selama enteritis, mukosa mensekresikan sejumlah besar
air dan elekrolit selain sekresi larutan mukus alkali yang kental dan normal. Sekresi ini berfungsi
untuk mengencerkan faktor pengiritasi dan menyebabkan pergerakan tinja yang cepat menuju
anus. Hal ini biasanya menyebabkan terjadinya diare, disertai kehilangan sejumlah air dan
elektrolit. Tetapi diare juga menyapu bersih faktor iritan, yang menimbulkan pemulihan
penyakit lebih cepat daripada bila terjadi sebaliknya.
2.10          Mekanisme Pengontrolan Sistem Pencernaan
Hormon Regulator
Hormon-hormon utama yang mengontrol fungsi dari sistem pencernaan yang diproduksi dan dirilis oleh sel-sel di mukosa lambung dan usus kecil . Hormon-hormon ini dilepaskan ke dalam darah dari saluran pencernaan , perjalanan kembali ke jantung melalui arteri dan , dan kembali ke sistem pencernaan , dimana mereka merangsang cairan pencernaan dan menyebabkan gerakan organ . Hormon-hormon yang mengontrol pencernaan adalah gastrin , secretin , dan cholecystokinin ( CCK ) :
    Gastrin menyebabkan perut memproduksi asam untuk melarutkan dan mencerna beberapa makanan . Hal ini juga diperlukan untuk pertumbuhan normal dari lapisan perut , usus kecil , dan usus besar .
    Secretin menyebabkan pankreas untuk mengirimkan jus pencernaan yang kaya akan bikarbonat . Ini merangsang lambung untuk menghasilkan pepsin , enzim yang mencerna protein , dan juga merangsang hati untuk memproduksi empedu .
    CCK menyebabkan pankreas untuk tumbuh dan menghasilkan enzim jus pankreas , dan hal itu menyebabkan kantong empedu untuk kosong .
Saraf Regulator :
Dua jenis saraf membantu untuk mengontrol tindakan dari sistem pencernaan . Ekstrinsik ( luar ) saraf datang ke organ pencernaan dari bagian bawah sadar otak atau dari sumsum tulang belakang . Mereka melepaskan bahan kimia yang disebut asetilkolin dan disebut adrenalin lain . Asetilkolin menyebabkan otot organ pencernaan untuk memeras dengan kekuatan lebih dan meningkatkan " push" makanan dan jus melalui saluran pencernaan . Asetilkolin juga menyebabkan perut dan pankreas untuk menghasilkan jus lebih pencernaan . Adrenalin melemaskan otot lambung dan usus dan mengurangi aliran darah ke organ-organ ini .

Bahkan lebih penting , meskipun, adalah intrinsik ( dalam) saraf , yang membentuk jaringan yang sangat padat tertanam pada dinding kerongkongan , lambung, usus kecil , dan usus besar . Saraf intrinsik dipicu untuk bertindak ketika dinding organ berongga yang membentang oleh makanan . Mereka melepaskan berbagai zat berbeda yang mempercepat atau menunda pergerakan makanan dan produksi jus oleh organ pencernaan .
2.11          Fungsi Hati

1.      Sekresi, hati memproduksi empedu yang berperan dalam emulsifikasi dan absorpsi lemak.
2.      Metabolisme. Hati memetabolis protein, lemak, dan karbohidrat tercerna.
a.       Hati berperan penting dalam mempertahankan  homeostatic gula darah. Hati menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan mengubahnya kembali menjadi glukosa jika diperlukan tubuh.
b.      Hati mengurai protein dari sel-sel tubuh dan sel darah merah yang rusak. Organ ini membentuk urea dari asam amino berlebih dan sisa nitrogen.
c.       Hati menyintesis lemak dari karbohidrat dan protein, dan terlibat dalam penyimpanan dan pemakaian lemak.
d.      Hati menyintesis unsur-unsur pokok membran sel (lipoprotein, kolestrol dan fosfolid).
e.       Hati menyintesis protein plasma dan faktor-faktor pembekuan darah. Organ ini juga menyintesis bilirubin dari produk penguraian hemoglobin dan mensekresinya ke dalam empedu.
3.      Penyimpanan. Hati menyimpan mineral, seperti zat besi dan tembaga, serta vitamin larut lemak (A, D, E, dan K), dan hati menyimpan toksin tertentu (contohnya pestisida) serat obat yang tidak dapat diuraikan dan disekresikan.
4.      Detoksifikasi. Hati melakukan inaktivasi hormone dan dektosifikasi toksin dan obat. Hati memfagosit eritrosit dan zat asing yang terdistindegrasi dalam darah.
5.      Produksi panas. Berbagai aktivitas kimia dalam hati menjadikan hati sebagai sumber utama panas tubuh, terutama saat tidur.
6.      Penyimpanan darah. Hati merupakan reservoir untuk sekitar 30% curah jantung dan, bersama dengan limpa, mengatur volume darah yang diperlukan tubuh.

2.12          Metabolisme Karbohidrat, Lemak dan Protein
1.      Metabolisme karbohidrat

Karbohidrat adalah senyawa yang tersusun atas unsur-unsur C, H, dan O dan memiliki rumus umum Cn(H2O)n. Karbohidrat di perlukan untuk menyediakan tenaga dan membuat tubuh  tetap semangat . sekitar 65% dari makanan yang di konsumsi harus berbentuk karbohidrat kompleks seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.
Contohnya, glukosa memiliki rumus molekul C6H12O6 yang dapat ditulis sebagai C6(H2O)6.
struktur glukosa.
Karbohidrat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
1.     Monosakarida: fruktosa, glukosa, dan galaktosa.
2.     Disakarida: maltosa, sukrosa, dan laktosa.
3.     Polisakarida: tepung (amilum), selulosa, dan glikogen.
Metabolisme Karbohidrat
Di dalam sistem pencernaan, karbohidrat mengalami degradasi dengan bantuan enzim, seperti:
a. Enzim amilase: Berfungsi menguraikan molekul amilum (pati) menjadi maltosa.
b. Enzim maltase: Berfungsi menguraikan molekul maltosa menjadi glukosa.
c. Enzim sukrase: Berfungsi mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
d. Enzim laktase: Berfungsi menguraikan laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
e. Enzim selulose: Berfungsi menguraikan selulosa menjadi selobiosa.
f. Enzim pektinase: Berfungsi menguraikan pektin menjadi asam pektin.
g. Enzim dektrase: Berfungsi menguraikan amilum menjadi dektrin.

       Proses metabolisme karbohidrat, yaitu:
Bila jumlah glukosa yang dikonsumsi melebihi keperluan tubuh, sebagian glukosa ditimbun di hati dan otot sebagai glikogen. Hal ini disebabkan kapasitas pembentukan glikogen terbatas dan pola penimbunan glikogen telah mencapai batasnya. Kelebihan glukosa akan diubah menjadi lemak dan ditimbun di dalam jaringan dan lemak.
         Metabolisme karbohidrat:

1.                        Glikolisis
Glikolisis adalah suatu proses yang menghasilkan perubahan satu molekul glukosa menjadi dua molekul piruvat. Proses ini dapat berlangsung didalam sel yang paling sederhana tanpa memerlukan oksigen, lintas glikolisis memperlihatkan lima fungsi utama di dalam sel yakni :
1.      Glukosa diubah menjadi piruvat, yang dapat dioksidasi dalam siklus asam sitrat.
2.         Banyak senyawa selain glukosa dapat memasuki lintas glikolisis pada tahap antara (intermediat).
3.         Dalam beberapa sel lintas tersebut diubah untuk sintesis glukosa.
4.         Lintas tersebut mengandung zat antara yang terlibat dalam reaksi metabolik lainnya.
5.         Untuk tiap-tiap molekul glukosa yang dikonsumsi, secara netto dihasilkan dua molekul ATP melalui fosforilasi tingkat substrat.
Secara keseluruhan, persamaan yang setara untuk proses glikolisis adalah :
C6H12O6 +  2 ADP  +  2 NAD+ +  2 Pi à
2 C3H4O3 +  2 ATP  +  2 NADH +  2H+ +  2 H2O
Rumus yang tampak di atas tidak memperlihatkan kerumitan lintas glikolitik yang melibatkan sepuluh langkah reaksi enzimatik sitoplasmik yaitu :
Langkah 1, Heksokinase mengkatalisis fosforilasi α-D-glukosa menjadi α-D-glukosa-6-fosfat secara ireversibel, disini diperlukan  ATP dan Mg2+.
Langkah 2, Glukosa-6-fosfat isomerase mengkatalisis isomerasi dari α-D-glukosa-6-fosfat menjadi α-D-fruktosa-6-fosfat secara reversibel yang berlangsung dengan bebas.
Langkah 3, Fosfofruktokinase memfosforilasi α-D-fruktosa-6-fosfat menjadi α-D-fruktosa-1,6-bisfosfat secara ireversibel, memerlukan ATP dan Mg2+. Fosfofruktokinase diatur secara alosterik dengan sejumlah efektor dimana semuanya terlibat dalam transduksi energi.
Langkah 4, Fruktosa-1,6-bisfosfat aldolase memecah α-D-fruktosa-1,6-bisfosfat menjadi D-gliseraldehida-3-fosfat dan dihidroksiaseton fosfat.
Langkah 5, Triosafosfat isomerase mengubah dihidroksiaseton fosfat menjadi D-gliseraldehida-3-fosfat.
Langkah 6, Gliseraldehida-3-fosfat dehidrogenase mengkatalisis oksidasi D-gliseraldehida-3-fosfat, disertai dengan fosforilasi zat antara asam karboksilat, untuk menghasilkan  D-1,3-bisfosfogliserat. NAD+ direduksi menjadi   NADH + H+. Ini merupakan satu-satunya reaksi redoks yang terjadi dalam glikolisis.
Langkah 7, Fosfogliserat kinase mengubah D-1,3-bisfosfogliserat menjadi   D-3-fosfogliserat, langkah ini menghasilkan ATP.
Langkah 8, Fosfogliseromutase mengkatalisis isomerasi antara                     D-3-fosfogliserat dan D-2-fosfogliserat.
Langkah 9, Enolase mendehidrasi D-2-fosfogliserat menghasilkan fosfoenolpiruvat. Reaksi ini memerlukan Mg2+.
Langkah 10, Piruvat kinase mengubah secara ireversibel fosfoenolpiruvat menjadi piruvat (produk akhir glikolisis).
2.      Perubahan Piruvat
Perubahan piruvat yang dihasilkan melalui glikolisis bergantung pada ketersediaan oksigen, keadaan energi dari suatu sel, dan mekanisme yang tersedia bagi sel untuk mengoksdasi NADH menjadi NAD+.
C3H4O3 + 2 1/2 O2 à 3 CO2 + 2 H2O
Agar glikolisis dapat terus berlangsung, maka NAD+ yang diperlukan untk reaksi oksidatifdlam langkah 6 harus dihasilkan lagi dari NADH. Tanpa oksigen, reaksi dapat berlangsung dengan mereduksi piruvat mejadi laktat, yang dikatalisis oleh laktat dehidrogenase dengan reaksi :
3.      Glukoneogenesis
Dalam sel mamalia, glukosa adalah sumber energi yang paling melimpah, glukosa dimetabolisme di dalam semua sel sebagai bahan bakar glikolitik dan disimpan dalam hati dan otot sebagai polimer glikogen dengan syarat yang diperlukan adalah (1) ketersediaan rangka karbon spesifik yang berasal dari asam amino tertentu, (2) energi dalam entuk ATP dan (3) enzim yang sesuai.
2. Metabolisme Lemak/Lipid
A. Pengertian Lemak (Lipid)
Lemak merupakan sumber utama energi tubuh . tetapi sebaiknya hanya 15% dari makanan yang berasal dari lemak . Lemak tersusun atas unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Terdiri atas asam lemak dan gliserin atau gliserol.
struktur umum molekul lemak (lipid)
Metabolisme Lemak
Sintesa lemak disebut lipogenesis, terjadi di sitoplasma, dibantu enzim lipase.
Secara umum sintesa lemak dibagi dalam 3 bagian, yaitu:
a. Pembentukan gliserol
Dari senyawa antara glikolisis, yaitu dihidroksi aseton fosfat yang diubah menjadi senyawa fosfogliseraldehida.
b. Pembentukan asam lemak
Dari penambahan berulang senyawa berkarbon dua (C2), yaitu malonil CoA dari Asetil CoA dalam siklus Krebs.
c. Penggabungan gliserol dengan asam lemak

3. Metabolisme Protein
A.                Pengertian protein
Protein  merupakan senyawa polimer organik yang berasal dari monomer  asam amino yang mempunyai  ikatan peptida. Istilah protein berasal dari bahasa Yunani “protos” yang memiliki arti “yang paling utama”.
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan memperbaiki sel-sel yang rusak. Lebih kurang 20% dari makanan kita harus dalam bentuk protein.
Protein tersusun atas unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (N), kadang-kadang unsur phosphor (P), dan sulfur (S).

D Metabolisme Protein
Metabolisme protein dikatalisis oleh beberapa enzim, yaitu:
a. Pepsin, merombak protein menjadi asam amino.
b. Renin, mengubah kaseinogen menjadi kasein (susu) yang diaktifkan oleh susu.
c. Kemotripsin, menguraikan protein menjadi peptida dan asam-asam amino.
d. Tripsin, mengubah protein menjadi peptida dan asam amino.
e. Erepsin, mengubah pepton menjadi asam amino.
f. Peptidase, mengubah polipeptida menjadi asam-asam amino.
Protein diserap oleh dinding usus dalam bentuk asam amino, melalui pembuluh darah vena porta menuju ke hati. Pada proses metabolisme asam amino, proses dekarboksilasi yang memisahkan gugusan karboksil dengan asam amino menjadi ikatan baru, yang merupakan zat antara yang masih mengandung unsur nitrogen. Selanjutnya, terjadi proses transaminasi yang menghasilkan pemindahan gugusan asam amino (NH2) dari asam amino ke ikatan lain, menjadi asam amino yang berbeda dengan asam amino yang pertama.










BAB III
PENUTUP
3.1  kesimpulan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrient, air dan elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh. Manusia menggunakan molekul-molekul organic yang terkandung dalam makanan dan O2 untuk menghasilkan energi.
Proses pencernaan dimulai ketika makanan masuk ke dalam organ pencernaan dan berakhir sampai sisa-sisa zat makanan dikeluarkan dari organ pencernaan melalui proses defekasi. Makanan masuk melalui rongga oral (mulut). Langkah awal adalah proses mestikasi (mengunyah). Terjadi proses pemotongan, perobekan, penggilingan, dan pencampuran makanan yang dilakukan oleh gigi.

3.2  saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat lebih memahami anatomi dan fisiologi dari system pencernaan dan meminimalisir terjadinya kesalahan dalam memberikan asuhan keperawatan pada gangguan system pencernaan

















Daftar Pustaka
Sloane Ethel.2003 Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula.Jakarta: EG
Guyton,Hall.2006. Fisiologi Kedokteran. JakartaPenerbit:EKG
Junqeira, L.C. & Jose Carneiro (1980). Basic Histology Lange Medical Publications, Clifornia.
http://www.scribd.com/doc/47310850/makalah-gastrointestinal
http://demliani.blogspot.com/2010/04/pencampuran-makanan-dalam-saluran.html

http://biology.about.com/od/organsystems/a/aa032907a_2.htm

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut