Home

Selasa, 09 September 2014

Filled Under:

Pokok-Pokok Ajaran Islam tentang Kesehatan

MAKALAH
Pokok-Pokok Ajaran Islam tentang Kesehatan


Disusun Oleh :
Kelompok 1
1.      Indah Puspa Pratiwi
2.      Yuliyanita
3.      Rima Wulandari
4.      Eneng Firasati Lailiya
5.      Widya Marwah
6.      Lisnawati
7.      Elya Nuraeni
8.      Nurmalia
9.      Aida Fitria Qisti








SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI
Jalan Babakan Sirna No. 25 Kota Sukabumi
TAHUN 2013/2014
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kelompok kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul :Pokok-Pokok Ajaran Islam tentang Kesehatan
Kami menyadari bahwa didalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,  kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karena itu dengan rendah hati kami berharap kepada pembaca untuk memberikan masukan, saran dan kiritik yang sifatnya membangun guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.








Sukabumi, November 2013



Penulis








DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I Pendahuluan
1.1  Latar Belakang
1.2  Rumusan Masalah
1.3  Tujuan
BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian Hidup Sehat
2.2 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Manusia
2.3 Pokok-Pokok Ajaran Islam tentang Kesehatan Fisik
2.4 Pokok-Pokok Ajaran Islam tentang Kesehatan Psikologis
2.5 Pokok-Pokok Ajaran Islam tentang Kesehatan Sosial dan Spiritual

BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka











BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Islam mendorong umat manusia yang beriman untuk mencapai sesuatu yang baik bagi mereka di dunia dan di akhirat untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan ilmu dan amal saleh dan sebagai prasyarat yang harus dimiliki adalahsehat / kesehatan.
Kitab suci Al-Qur’an merupakan sumber pedoman, bimbingan, dan kekuatan bagi kaum muslim di seluruh penjuru di dunia. Melalui Al-Qur’an, islam membimbing manusia menuju hidup sehat baik lahir maupun batin.  Tidak sedikit hadis-hadis Nabi Muhamad yang mengandung nilai-nilai medis. Yang selanjutnya mempengaruhi perkembangan ilmu kedokteran Islam.
Berpedoman kepada Al-Qur’an dan al-sunah, Islam membimbing manusia menuju hidup sehat, yaitu prilaku takwa berupa prilaku yang ditandai ketaatan kepada sang Pencipta sebagai konseo kesehatan Islami. Islam menolak praktek kesehatan apapun yang bertentangan dengan ajaran islam. Misalnya memohon bantuan dengan benda yang dianggap keramat atau oarng ang memiliki kekuatan sedangkan amalan-amalannya bertentangan dengan ajaran Islam.
Pengertian kesehatan tidak dijumpai dalam al-Qur’an, walaupun hal ini tidak berarti bahwa al-Quran tidak mementingkan masalah kesehatan. Al-quran kelihatanya tidak ingin terlibat dalam perdebatan dalam pengertian kata-kata, melainkan lebih menukik kepada sebab-sebab yang dapat menimbulkan kesehatan, seperti perintah makan dan minum yang halal dan baik, tidak berlebihan, tidak memabukkan, dll.  
Demikian pula kata ‘afiyah tidak dijumpai dalam al-qur’an. Melainkan terdapat dalam hadis Nabi yang artinya: “ Ya Alloh perkayalah diriku dengan ilmu, hiasilah diriku dengan ketakwaan dan percantiklah diriku dengan kesehatan yang sempurna”.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian hidup sehat?
2.      Faktor apa saja yang mempengaruhi kesehatan manusia
3.      Bagaimana pokok-pokok ajaran islam tentang kesehatan fisik?
4.      Bagaimana pokok-pokok ajaran islam tentang kesehatan psikologis?
5.      Bagaimana pokok-pokok ajaran islam tentang kesehatan sosial dan spiritual?

1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian hidup sehat
2.      Mengetahui faktor yang mempengaruhi kesehatan manusia
3.      Memahami pokok ajaran islam tentang kesehatan fisik
4.      Memahami pokok ajaran islam tentang kesehatan psikologis
5.      Memahami pokok ajaran islam tentang kesehatan tentang kesehatan sosial dan spiritual



























BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hidup Sehat
Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal, jasmani, harta, dan keturunan. Setidaknya tiga dari yang disebut di atas berkaitan dengan kesehatan. Tidak heran jika ditemukan bahwa Islam amat kaya dengan tuntunan kesehatan.
Paling tidak ada dua istilah literatur keagamaan yang digunakan untuk menunjuk tentang pentingnya kesehatan dalam pandangan Islam, yaitu:
  1. Kesehatan yang terambil dari kata sehat;
  2. Afiat.
Keduanya dalam bahasa Indonesia, sering menjadi kata majemuk sehat afiat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “afiat” dipersamakan dengan kata “sehat”. Afiat diartikan sehat dan kuat, sedangkan sehat sendiri antara lain diartikan sebagai keadaan segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit).
Tentu pengertian kebahasaan ini berbeda dengan pengertian dalam tinjauan ilmu kesehatan, yang memperkenalkan istilah-istilah kesehatan fisik, kesehatan mental, dan kesehatan masyarakat.
Istilah sehat dan afiat masing-masing digunakan untuk makna yang berbeda , kendati diakui tidak jarang hanya disebut salah satunya, karena masing-masing kata tersebut dapat mewakili makna yang dikandung oleh kata yang tidak disebut.
Dalam literatur keagamaan, bahkan dalam hadits-hadits Nabi saw. Ditemukan sekian banyak do’a, yang menagandung permohonan afiat, disamping permohonan memperoleh sehat.
Dalam kamus bahasa Arab, kata afiat diartikan sebagai perlindungan Allah untuk hamba-Nya dari segala macam bencana dan tipu daya. Perlindungan itu tentunya tidak dapat diperoleh secara sempurna kecuali bagi mereka yang mengindahkan petunjuk-petunjuk-Nya. Maka kata afiat dapat diartikan sebagai berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan penciptaannya.
Kalau sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan, maka agaknya dapat dikatakan bahwa mata yang sehat adalah mata yang dapat melihat maupun membaca tanpa menggunakan kaca mata. Tapi, mata yang afiat adalah yang dapat melihat dan membaca objek-objek yang bermanfaat serta mengalihkan pandangan dari objek-objek yang terlarang, karena itulah fungsi yang diharapkan dari penciptaan mata
 Pengertian Hidup Sehat juga dapat didefinisikan sebagai hidup tanpa gangguan masalah yang bersifat fisik maupun non fisik. Gangguan masalah yang bersifat fisik maupun non fisik. Gangguan fisik berupa penyakit-penyakit yang menyerang tubuh dan fisik seseorang. Sementara non fisik menyangkut kesehatan kondisi jiwa, hati dan pikiran seseorang. Artinya, kesehatan meliputi unsur jasmani dan rohani.
Pengertian Hidup Sehat mencakup aturan dan pola seseorang untuk menjalankan hidup dengan cara proporsional dan terkontrol. Pola tersebutlah yang akan membuat orang menjadi sehat. Untuk sehat butuh aturan maka akan muncullah kehidupan yang serampangan. bukan hanya kesehatan fisik yang akan terganggu, namun lebih berbahaya lagi bila menyangkut kesehatan jiwa.
Kesehatan amatlah penting untuk meraih kebahagiaan hidup. Syarat utama seseorang dapat menikmati kebahagiaan dalam hidup ini adalah saat mereka memiliki kesehatan secara jasmani dan rohani. Pengertian hidup sehat ini menjadi cara seseorang untuk menuju kebahagiaan hidup.
Nabi Muhammad SAW lewat sunnahnya memberi perhatian yang serius terhadap kesehatan manusia. Sunnah Nabi menganggap keselamatan dan kesehatan sebagai nikmat Allah yang terbesar yang harus diterima dengan rasa syukur.
Firman Allah dalam Al Quran Surah Ibrahim [14]:7 Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.
Bentuk syukur terhadap nikmat Allah melalui kesehatan ini adalah senantiasa menjaga kesehatan sesuai dengan sunnatullah. Rasulullah bersabda. “Dua nikmat yang sering tidak diperhatikan oleh kebanyaka manusia yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas)



2.2 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Manusia
Faktor utama yang sangat mempengaruhi kesehatan, yaitu :
1.      Udara
Setiap saat kita menghirup udara karena tubuh kita memerlukan oksigen untuk bekerja. Itulah mengapa biasanya di daerah pegunungan tubuh kita akan terasa lebih segar karena tubuh dapat maksimal mendapatkan oksigen yang di perlukan sehingga mempengaruhi kerja metabolisme tubuh kita.
2.      Air
Tubuh kita juga sangat memerlukan air untuk dapat bekerja. Jika tubuh kita kekurangan air akan sangat berpengaruh bagi kesehatan. Penyakit kencing batu misalnya, salah satu penyebabnya adalah karena organ kandung kemih kita kekurangan air untuk dapat melarutkan zat garam yang ada di dalam tubuh sehingga terjadi pengendapan.
3.      Makanan dan minuman
Makanan dan minuman yang memenuhi kecukupan nutrisi sangat di butuhkan oleh tubuh. Karena masing masing organ tubuh kita memerlukan kandungan nutrisi dan zat tertentu agar dapat berfungsi dengan baik. Itulah mengapa kita di anjurkan agar dapat mengkonsumsi makanan sehat yang cukup nutrisi setiap hari.
4.      Istirahat
Istirahat yang cukup juga sangat di perlukan oleh tubuh. Karena beberapa organ tubuh kita juga perlu untuk istirahat bekerja pada waktu tertentu. Itulah mengapa kita merasakan sangat tidak nyaman bahkan sulit berkonsentrasi jika kita kekurangan waktu untuk tidur setiap harinya.
5.      Emosi
Keseimbangan emosi sangat berpengaruh bagi kesehatan. Di beberapa Negara maju seperti di Eropa bahkan telah di teliti ada beberapa kasus penyakit yang di timbulkan oleh kadar stress yang tinggi dari pengidapnya. Banyak sekali organ tubuh yang terganggu pada saat emosi kita tidak seimbang.
6.      Olahraga
Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, mungkin kata-kata itu sudah lama sekali pernah kita dengar. Kita olahraga sangat penting bagi tubuh, olahraga yang rutin dan teratur dapat menurunkan kadar kolesterol, kadar gula darah dan lainnya.

Faktor- faktor lain yang mempengaruhi kesehatan :
1.      Environment atau lingkungan.
2.      Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological balance.
3.      Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya.
4.      Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.
2.3 Pokok-Pokok Ajaran Islam tentang Kesehatan Fisik
Mengenai definisi kesegaran jasmani ada beberapa ahli memberikan pengertian sebagai berikut : Sadoso Sumosardjuno (1989 : 9) mendefinisikan Kesegaran Jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari-hari dengan gampang, tanpa merasa lelah yang berlebihan, serta masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan-keperluan mendadak. dengan kata lain Kesegaran jasmani dapat pula didefinisikan sebagai kemampuan untuk menunaikan tugas dengan baik walaupun dalam keadaan sukar, dimana orang yang kesegaran jasmaninya kurang, tidak akan dapat melakukannya.

A.    Beberapa Ayat Al-Quran Yang Menerangkan Tentang Kesehatan Fisik
1.      QS. Al-Baqarah: 222
“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah suatu kotoran”. oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah Suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”
2.      QS. : Al-Muddatsir: 4-5
 “Dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah.”
3.      QS. : Al-A’raf: 31
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”       
Islam, memperhatikan pula kualitas makanan. Tafrit (terlalu menghemat) dan terlalu rakus merupakan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam:
1.      Terlalu banyak makan akan menyebabkan usus tersiksa dan mengganggu pencernaan, membuat makanan menjadi masam, kadang-kadang menimbulkan luka, infeksi pada usus besar dan usus dua belas. Kadang usus menjadi lebih panjang karena menahan makanan, bahkan kelebihan makanan mampu menembus dinding usus dan melukainya sehingga membahayakan. Semua penyakit ini, terjadi karena terlalu kenyang.
  1. Makan terlalu kenyang akan mengganggu proses pencernaan, menjadikan proses pencernan menjadi begitu sulit. Karena itu Rasulullah menganjurkan agar mengatur jarak waktu makan dan tidak akan makan kecuali lapar.
  2. Rasulullah mensifatkan orang-orang yang berlebih-lebihan dalam makan sebgai orang yang rakus.
  3. Islam tidak menyukai orang yang gemar membusungkan perutnya dan buncit, sebab keduanya akan menghalangi seorang muslim untuk berjihad dan mematikan semangat kerja.
  4. Di antara gangguan kesehatan yang berbahaya, dan baru ditemukan dewasa ini adalah hubungan usus besar dengan alat-alat perasa (indra perasa) dalam tubuh, terutama hati. Hal ini yang disebut pengaruh usus besar terhadap hati. Kondisi usus besar yang penuh dengan makanan akan menimbulkan gas asam, akhirnya akan mengganggu hati, kadang-kadang menimbulkan kuguncangan hati, tekanan darah rendah atau sebaliknya tekanan darah tinggi (hipertensi) yang berakibat menimbulkan berbagai macam penyakit dalam.
  5. Perasaan sakit pada hati disebabkan karena usus besar dikacau-balaukan oleh makanan, dimana ia tidak mampu mencernanya dengan baik.
  6. Dalam kondisi sakit, terutama demam, maka perut besar memerlukan pelayanan sendiri.
4.      QS. : Al-An’am: 145
 “Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi – karena Sesungguhnya semua itu kotor – atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam Keadaan terpaksa, sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.” (QS. Al-An’am: 145)
B.     Beberapa Hadis-Hadis Nabi Yang Menerangkan Tentang Kesehatan Fisik

1.      Dalam Kitab Lu’Lu’ wal Marjan
 “Abu Hurairah r.a. berkata: Nabi saw. Bersabda: Tuntunan fitrah itu ada lima (atau: lima dari tuntunan fitrah) yaitu: khitan, mencukur bulu di sekitar kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku, dan memotong (menggunting) kumis”. (HR. Bukhari Muslim)[9]
Islam adalah perintis pertama yang berbicara tentang bakteri dan kotoran yang dimasukkan dalam istilah “khabats atau “khataya” atau “syaithan”. Sebagai contoh adalah sabda Rasulullah saw.:
potonglah kukumu, sesungguhnya syetan duduk (bersembunyi) di bawah kukumu yang panjang” .
Hadits diatas dengan jelas menunjukkan adanya bakteri yang tersembunyi di bawah kuku-kuku, seperti bakteri thypoeid, desentri atau telur cacing
Banyak bakteri yang hidup di bawah kuku yang panjang  dan kotor. Kondisi semacam ini dapat menularkan penyakit, yakni ketika kita setelah berak tidak mencuci tangan dengan bersih hingga bakteri yang ada pada tangan berpindah ke makanan. Di antara penyakit yang dipindahkan adalah semua penyakit yang dibawa lalat terutama typhoeid, solamania, desentri, keracunan makanan, dan telur cacing terutama cacing aksoris dan ascaris (cacing gelang, yaitu cacing yang hidup di dalam usus halus manusia) dan cacing pita dengan segala macamnya.
Inilah sebagian penyakit yang dipindahkan oleh serangga, yang dapat berpindah hanya dengan menyentuh.
Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw. Bersabda: Andaikan aku tidak memberatkan pada umatku (atau pada orang-orang) pasti aku perintahkan (wajibkan) atas mereka bersiwak (gosok gigi) tiap akan sembahyang. ” (HR. Bukhari Musllim)
Pejelasan:
Syara’ melarang seseorang melakukan shalat sedang pada mulutnya masih terdapat sisa-sisa makanan, melainkan terlebih dahulu dibersihkan dan berkumur tiga kali. Gigi-gigi dibersihkan dan sisa-sisa makanan yang ada dikeluarkan, karena sisa-sisa makanan yang tertinggal dalam mulut akan membusuk, dan apabila masuk di antara gigi-gigi akan menimbulkan infeksi yang pada gilirannya menyebabkan kerusakan gigi, oleh karena itu dilarang menelannya. Apabila ditinggalkan begitu saja, akan menimbulkan bau yang tidak sedap dan juga mengganggu kesehatan gigi. Itulah hikmah Rasulillah mendorong kita untuk menggunakan siwak (sikat gigi). Rasulullah bersabda:
siwak adalah membersihkan mulut dan mendapat keridhoan Tuhan
Rasulullah bersabda:
Yang artinya:
1433. Usamah bin Zaid r.a. berkata: “Rasulullah saw. Bersabda: “Tha’un (wabah cacar) itu suatu siksa yang diturunkan Allah kepada sebagian Bani Isra’il atau atas umat yang sebelummu. Maka bila kamu mendengar bahwa pentakit itu berjangkit di suatu tempat, janganlah kalian masuk ke tempat itu, dan jika di daerah di mana kamu telah ada di sana maka janganlah kamu keluar dari daerah itu karena melarikan diri dari padanya”. ”.
Penjelasan:
Islam meletakkan suatu kaidah kesehatan yang sangat penting untuk mengantisipasi penyakit menular, seperti kolera, tha’un, dan sopak.
Kaidah-kaidah ini tidak berbeda dengan nilai-nilai sains modern dewasa ini. Apabila kita mengetahui perkembangan kesehatan, maka kita akan mengetahui jika terjadi wabah kolera, atau sopak di suatu kota, maka buatlah pengaman di sekitarnya. Kemudian dengan alasan apapun, tak seorang pun didizinkan memasukinya, kecuali para petugas kesehatan atau orang yang mempunyai kepentingan di dalamnya, itu pun mesti di bawah pengawasan Departemen Kesehatan.
Suatu ketika Umar bin Khattab hendak mengunjungi Syam bersama para sahabat. Maka Abu Ubaidah, Gubernur Syam pada waktu itu, keluar untuk menjemputnya di jalan dan menyampaikan kepadanya bahwa di negeri ini sedang berjangkit wabah penyakit tha’un, maka Umar pun bermusyawarah dengan para sahabat yang mengikutinya. Di antara mereka ada yang mengusulkan agar tetap ke Syam dan tidak membatalkan atau tidak lari dari qadar Allah. Sebagian yang lain mengusulkan agar kembali dan tidak menghadapkan kaum muslimin dan para sahabat itu ke dalam lingkungan yang terjangkit wabah tha’un itu. Mereka berpendapat bahwa lari dari qadar Allah kepada qadar Allah.
Akhirnya datang seorang sahabat menyampaikan sebuah hadits yang didengar dari Rasulullah saw. Maka mereka kembali ke Madinah, sedangkan penduduk Syam diperintahkan agar tidak meninggalkan daerahnya sehingga wabah itu benar-benar hilang.
2.      Dalam Kitab Shahih Muslim
 “Semua yang memabukkan adalah haram, dan semua yang memabukkan adalah khamr.” (HR. Muslim melalui Ibnu Umar)
Di sisi lain Imam At-Tirmidzi, AN-Nasa’I, dan Abu Dawud meriwatkan melalui sahabat Jabir bin Abdillah bahwa Nabi saw. bersabda:
 “sesuatu yang memabukkan bila banyak, maka sedikit pun tetap haram”. (HR. Imam At-Tirmidzi, AN-Nasa’I, dan Abu Dawud)
Dari pengertian kata khamr dan esensinya seperti yang dikemukakan di atas, maka segala macam makanan dan minuman yang terolah atau tidak, selama mengganggu pikiran maka dia adalah haram.


Rasulullah saw. bersabda:
“Pukulah dia dengan pagar ini sebab minuman ini minuman orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir.”
Minuman keras dapat membangkitkan kangker tenggorokan, di samping menyebabkan pendarahan di tenggorokan, pembengkakan pembulu darah di pangkal tenggorokan, radang pangkreas, dan lain-lainya, ada kalanya dapat menyebabkan kematian.
Khamr mempunyai arti setiap minuman yang dihasilkan dari perasan anggur, namun berarti pula setiap yang memabukkan disebut khamr, karena dapat menutupi dan merusak akal. Rasulullah mendera peminum khamr sebanyak 40 kali deraan. Umar bin Khattab mencambuknya dengan 80 kali cambukan, menurut hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah pernah bersabda: “Setiap yang memabukkan itu khamr, dan setiap khamr itu haram”.
Islam adalah satu-satunya agama yang datang laksana undang-undang dasar, atau protokol-protokol yang mengatur kedokteran, pengobatan, dan kesehatan masyarakat. Dialah yang pada saat ini disebut dengan “at-Tibbul Wiqa’i”.
Pokok-pokok yang terkandung dalam syari’at Islam tentang kesehatan adalah sebagai berikut:
  1. Sanitation and personal hygiene (kesehatan lingkungan dan kesehatan), yang meliputi kesehatan badan, tangan, gigi, kuku, dan rambut. Demikian juga kebersihan lingkungan, jalan, rumah, tata kota, saluran irigasi, sumur dll.
  2. Epidemiologi (prteventif penyakit menular) melalui karantina, preventif kesehatan, tidak memasuki suatu daerah yang terjangkit wabah penyakit, tidak lari dari tempat itu, mencuci tangan sebelum menjenguk orang sakit dan sesudahnya, berobat ke dokter dan mengikuti semua petunjuk preventif dan terapinya.
  3. Memerangi binatang melata, serangga dan hewan yang menularkan penyakit kepada orang lain. Oleh karena itu diperintahkan agar membunuh tikus, kala jengking dan musang serta membunuh serangga yang berbahaya seperti kutu, lalat dan diperintahkan untuk membunuh anjing liar dan anjing gila.
  4. Nutrition (kesehatan makanan)

Masalah kesehatan makanan ini terbagi ke dalam tiga bagian yaitu:
  1. Menu makanan yang berfaedah terhadap kesehatan jasmani, seperti tumbuh-tumbuhan, daging binatang darat, daging binatang laut, segala sesuatu yang dihasilkan dari daging, madu, kurma, susu, dan semua yang baergizi.
  2. Tata makanan. Islam melarang berlebih-lebihan dalam hal makanan, makan bukan karena lapar hingga kekenyangan, diet ketika sedang sakit, memerintahkan puasa agar usus dan perut besarnya dapat beristirahat dan tidak berbuka puasa dengan berlebih-lebihan dan melampaui batas.
  3. Mengharamkan segala sesuatu yang berbahaya bagi kesehatan, seperti bangkai, darah, dan daging babi.
Kesehatan jasmani dan fisik merupakan keadaan yang sangat penting dalam mendukung seluruh kegiatan. Pelaksanaan ibadah dalam Islam seperti salat, puasa, dan ibadah haji hanya dapat dikerjakan dengan sempurna apabila keadaan jasmani dalam keadaan sehat. Kesehatan jasmani erat kaitannya dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal dan baik, yaitu makanan dan minuman yang selain secara hukum dinyatakan boleh dimakan dan diminum, juga harus dalam keadaan baik (thayib), yang dalam penilitian ahli kesehatan terkait dengan makanan yang mengandung gizi dan kalori menurut penilian ahli kesehatan.
Dalam ajaran islam upaya memelihara kesehatan jasmani dan fisik ini terkait dengan ajaran tentang bersuci (thaharah) seperti penggunaan air yang bersih dan mensucikan untuk keperluan memasak, minum, mandi, berwudhu,dan sebagainya, ketentuan barang-barang yang dinilai sebagai najis, kotor, dan menjijikkan, mandi, berwudhu, istinja’, buang air, tayamum, mencuci pakaian, tempat dan lingkungan.
Ajaran tentang thaharah yang terkait dengan pelaksanaan berbagai ibadah dalam islam yang demikian detail dan mendalam itu, selain ditujukan untuk persyaratan ibadah agar dianggap sah secara hukum, tetapi juga agar timbul budaya, sikap hidup dan kepribadian yang mencintai dan peduli terhadap kebersihan dalam arti seluas-luasnya.
Upaya memelihara kesehatan jasmani dan fisik ini diikuti pula dengan ketentuan adanya sejumlah barang-barang yang dilarang untuk dikonsumsi. Seperti, bangkai, anjing, babi, air seni (urine), dll. Dengan demikian, tampak bahwa ajaran islam sangat mementingkan kesehatan jasmani dan fisik yang dilakukan dengan cara memelihara kebersihan makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan seterusnya yang secara keseluruhan terintegrasi dalam pelaksaan ibadah.
Telah disinggung bahwa bersih itu pangkal sehat. Selanjutnya, makanan dan minuman yang dikonsumsi harus yang bergizi dan harus sekaligus halal. Bergizi saja tidak cukup dan halal saja juga belum cukup. Allah memang memerintahkan kepada kaum muslilmin supaya makan makanan yang halalan thayyiban. Demikian firman Allah:
Artinya:
Wahai manusia ! makanlah dari (makanan) halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu (Q.S. al-Baqarah/2:l68).
Secara hukum makanan yang kita makan itu harus halal dan secara realistik makanan itu harus bersih dan bergizi karena kandungan pengertian thayyiban adalah baik, lezat, bergizi, dan sehat (Warson, [t.th.]:939). Terkandung pengertian makanan atau minuman sehat adalah aman dikonsumsi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Makanan  yang direkomendasikan oleh ilmu-ilmu kesehatan (kedokteran, keperawatan, gizi, teknologi pangan) di luar cakupan ‘thayyiban’ karena harus kita hindarkan dalam arti tidak mengonsumsinya.
Makanan yang bergizi akan meningkatkan kekuatan tubuh (Thobieb, 2002:l65) yang berarti tubuh atau jasmani menjadi sehat. Kualitas sehat jasmani menurut Islam dipandang baik. Nabi bersabda:
Artinya:
Orang mukmin yang kuat itu lebih baik daripada orang mukmin yang lemah (al-Hadis).
Orang yang kondisi jasmaninya sehat tentu lebih energik, inovatif, dan lebih kreatif (Thobieb,2002:173) dan memiliki daya mobilitas yang tinggi. Meskipun demikian, hanya memiliki kesehatan jasmani belum sempurna menurut pandangan Islam. Orang sehat jasmaninya belum tentu sehat rohaninya






2.4  Pokok-Pokok Ajaran Islam tentang Kesehatan Psikologis
Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal, jasmani, harta, dan keturunan bagi umat manusia. Diantara kelima unsur tersebut yang berkaitan dengan kesehatan adalah jiwa, akal dan jasmani..
Islam sangat menekankan tentang kebersihan, baik kebersihan jasmani maupun rohani. Di satu sisi Allah memerintahkan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan fisik, di sisi yang lain Allah juga memerintahkan untuk menjaga kesehatan mental dan jiwa (rohani).
Dalam hal kesehatan jasmani, Islam memerintahkan untuk menjaga kebersihan pakaian (QS. Al-Muddatsir: 4-5) dan perintah untuk membersihkan badan (hadits tentang lima hal dari fitrah)
Sedangkan dalam hal kesehatan rohani, Islam memerintahkan untuk meninggalkan segala sesuatu yang dapat merusak akal, seperti khamr dan segala sesuatu yang dapat menghilangkan akal.
Kesehatan jasmani dan fisik dalam ajaran islam memiliki hubungan yang erat dengan kesehatan yang bersifat rohaniah. Orang yang sedang sakit gigi misalnya, menyebabkan pikiran dan perasaannya terganggu, takut jika penyakitnya tidak dapat disembuhkan. Demikian pula orang yang terganggu kesehatan rohaninya seperti tergoncang jiwanya akibat mendapatkan musibah atau dihadapkan pada berbagai permasalahan yang menyebabkan tidak nafsu makan, badan lemas, dan pada akhirnya sakit.
Al-Qur’an banyak berbicara tentang penyakit jiwa. Mereka yang lemah iman dinilai sebagai orang yang memiliki penyakit di dalamnya dadanya. Penyakit- penyakit kejiwaan pun beraneka ragam dan bertingkat-tingkat. Sikap angkuh, benci, dendam, fanatisme, antaralain disebabkan karena bentuk keberlebihan seseorang. Sedangkan rasa takut, cemas, pesisme, rendah diri, dll adalah karena kekurangannya.
Seorang dikatakan sehat rohaninya jika ia terbebas dari penyakit batiniah. Penyakit ini cukup banyak. Al-Ghazali menyebutkan (al-Ghazali, V,l974:l00-560) antara lain:
1.    Hubb ad-Dunya (Cinta dunia) berlebihan karena menumbuhkan kemunafikan.
2.    Rakus, amat dekat dengan cinta dunia, bahkan saling berkelindan. Cinta harta menyebabkan rakus, atau rakus merupakan perwujudan cinta harta.
Nabi Muhammad saw memberikan contoh profil orang cinta harta dan rakus melalui sabdanya sebagai berikut:
Artinya:
Jikalau manusia itu memiliki dua lembah emas, niscaya ia akan mencari yang ketiga untuk tambahan dari dua lembah tadi, dan rongga manusia itu tidak akan penuh selain oleh tanah; dan Allah menerima taubat terhadap siapa yang mau bertaubat (al-Hadis).
Dari hadis ini dapat dipahami bahwa orang yang menuruti kemauan nafsu untuk mencari kekayaan, seberapa pun kekayaan telah diraih, ia tetap kurang puas dan akan selalu ingin mencari terus.
Kisah umat terdahulu dapat dicontohkan figur Qarun, di India ada tokoh raja bernama Rahwana atau Dasamuka adalah contoh konglomerat yang amat rakus. Sekarang kita tahu betapa kekayaan Husni Mubarak, mantan Presiden Mesir yang memerintah selama lebih dari 30 tahun dan berakhir sangat dramatis, yaitu diturunkan secara paksa oleh rakyatnya sendiri. Selama berkuasa, ia  memiliki uang sebanyak lebih dari 360 trilyun rupiah. Maunya masih ingin tetap berkuasa memeras rakyat.Muamar Gadafi dikenal sangat totaliter dalam memerintah. Ia ingin tetap membangun keluarganya yang memerintah. Ketika perubahan harus terjadi supaya rakyat hidup layak, ia mempertahankannya, meskipun ribuan nyawa ia korbankan dengan menembaki mereka melalui mesin perangnya, yaitu para serdadunya.
Kita harus bisa memetik pelajaran dari kehidupan akhir para perakus kekayaan dan kekuasaan. Mereka pasti berakhir dengan tragedi. Secara agama, mereka dikutuk dan disaksikan oleh orang banyak (rakyat) sebagai penjahat.
3.    Kikir
Kikir merupakan akibat pasti dari cinta harta adan rakus. Kikir merupakan sifat yang amat buruk. Alquran mengatakan:
Artinya:
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS Ali Imran/3 : 180).


Nabi mengatakan bahwa kikir itu menghilangkan keimanan:
Artinya:
Dua perkarta tidak akan berkumpul pada orang mukmin, yaitu kikir dan jahat akhlak (H.R. at-Turmuzi dari Abu Sa’d).
Karena begitu buruknya sifat kikir, Rasulullah menuntun doa dan membentuk pribadi kaum muslimin supaya jauh dari sifat kikir. Demikian doa beliau:
Artinya:
Ya Allah sesungguhnya hamba berlindung pada-Mu dari kekikiran, dan hamba berlindung pada-Mu dari sifat pengecut, dan hamba berlindung pada-Mu dari ketuaan yang sia-sia (al-Hadis).
Jika kita memandang Rasulullah sebagai teladan kita, tentunya kita rajin berdoa sebagaimana Rasulullah tuntunkan itu. Rajin berdoa dengan doa itu lambat laun dan pasti akan menuntun pada diri kita untuk tidak kikir karena malu setiap hari memeohon supaya titak kikir sementara kita akan mengingkari permohonan kita sendiri
5.      Ria (Pamer) dan Takabbur (Sombong)
Riya’, dalam bahasa Indonesia ditulis ria, berarti sombong, congkak, bangga karena telah berbuat baik. Sifat ini buruk. Berbuat baik hanya akan menjadi baik kalau niatnya baik, cara yang ditempuh baik, dan tujuannya juga baik. Niat yang baik adalah ikhlas lillahi ta’la. akhirnya kelak, orang-orang sombong adalah neraka. Rasulullah bersabda:

Artinya:
Apakah tidak aku tunjukkan kepadamu penduduk surga, yaitu setiap orang lemah dan dipandang lemah. Jika ia bersumpah kepada Allah, niscaya Allah akan menumpahkan kebajikan kepadanya; dan penduduk neraka, yaitu tiap-tiap orang yang sombong dan terpandang sombong  yang angkuh dalam, gerak-geriknya (HR. Bukhari dan Muslim dari Harisah bin Wahab).
Sabda Nabi Muhammad s.a.w
Artinya:
Sesungguhnya dalam neraka jahannam ada sebuah lembah yang bernama habhab. Allah menempatkan orang-orang sombong di dalamnya (H.R. Tabrani, Abu Ya’la, dan Hakim dari Abu Musa, dalam syarat Muslim).
Hadis ini dikutp oleh Imam al-Ghazali dalam Ihya’-nya. Orang-orang sombong itu kelak akan diubah menjadi semut merah yang sangat kecil dan diinjak-injak oleh manusia, sementara manusia tidak merasakan kalau mereka menginjak-injak semut – yang sejatinya adalah manusia itu.
Nabi Muhammad saw memberi tuntunan kepada kaum muslimin supaya menjauhkan diri dari sifat sombong. Demikian doa tuntunan beliau:

Artinya:
Ya Allah aku mohon perlindungan kepada-Mu dari hembusan sombong (H.R. Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Jubair bin Math’am).
6.      ‘Ujub
‘Ujub adalah heran dengan diri sendiri  (baik sebagai pribadi maupun kelompok, chauvinism). ‘Ujub bisa muncul karena merasa memiliki sesuatu yang orang lain
tidak memilikinya. Sifat ini amat buruk. Menurut Allah, ‘ujub tidak ada artinya sama sekali. Allah berfirman:
Artinya:
Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-bera (Q.S. at-Taubah/9:25).
Sifat ‘ujub hendaknya dijauhi karena merupakan penyakit jiwa. Memelihara ‘ujub dalam diri berarti memelihara penyakit dalam diri, tentu lama-lama ia menjadi sakit jiwa yang berarti tidak sehat secara rohani. Terlalu lama sakit jiwa pasti akan merembet kepada badannya karena ada hubungan timbal bailk antara tubuh dan jiwa, yaitu manakala jiwa sakit tentu tubuh akan ikut sakit pula. Sebaliknya tubuh sakit, jiwa akan sakit pula. Jiwa sehat akan berpengaruh pada kesehatan tubuh, dan tubuh  sehat akan berpengaruh pada kesehatan jiwa.
6.    Munafiq
Secara umum dan praktis, munafik adalah orang yang tidak cocog antara lahir dan batinnya. Secara lisan ia mengatakan ‘ya’, batinnya mengatakan ‘tidak’ atau sebaliknya. Secara lisan mengatakan ‘beriman’  dan batinnya mengatakan ‘tidak’, hakikatnya tidak beriman. Tujuan kemujnafikan untuk mengelabuhi orang lain dan mencari keuntungan diri. Rasulullah bersabda:
Artinya:
Barang siapa melakukan empat perkara, ia adalah seorang munafik murni.Barang siapa melakukan salah satu dari empat perkara itu, dia mempunyai salah satu dari sifat kemunafikan sehingga dia meninggalkannya, yaitu: bila ia dipercaya dia berkhiayanat, bila dia berkata dia pasti dusta, bila dia berjanji dia tidak menepatinya, dan bila dia berttengkar dia meninggalkan yang benar (al-Hadis – al Fath al-Mubdi,I:65).
Sebenarnya masih begitu banyak penyakit hati yang menyebabkan secara rohani orang menjadi sakit  seperti hasud (dengki), profokatif, iri hati menyaksikan kesuksesan orang lain,  menghayal (mengharap datangnya sesuatu yang secara logika tidak mungkin), pemalas, dan suka dipuji (sum’ah).
Jika di dalam diri seseorang terkumpul antara lain (al-Hufi,2000:77-573): Kasih sayang, pemurah, keberanian, adil, suka perdamaian, al-‘iffah (kesucian)ash-shidqu (jujur), sabar, mau bermusyawarah, al-hilmu (lapang dada), pemaaf, al-‘afwa (kesetiaan), al-haya’(malu), az-zuhd (hidup sederhana), al-qana’ah (merasa cukup apa yang telah ada padanya), at-tawaddu’ (rendah hati), at-tib al-isyarah (bergaul secara baik), hub al-‘amal (cinta bekerja), al-bisyru wa al-fukahah (gembira dan lelucon sekedarnya), orang semacam ini secara rohani adalah sehat.
Jika diperhatikan secara seksama, ternyata ada tipe manusia yang secara rohani sehat yang indikasinya: rajin ibadah, perilakunya baik, berbicaranya sopan membaca Alquran bagus, dan hidupnya sederhana, tetapi secara jasmani kurang sehat, terlihat melankolis (bahasa Jawa memelas), terlihat lemah, batuk-batuk kecil, raut muka kusut, tempat huniannya kurang terawat, tentu profil ini tidak dikehendaki oleh Islam. Ia musti juga harus sehat secara jasmani maupun rohani.
Orang yang sehat secara jasmani tetapi sakit rohaninya, tentu lebih tampak nafsu kebinatangannya. Sebaliknya, orang yang sehat rohani tetapi sakit jasmaninya tentu mobilitasnya amat terbatas. Menurut Islam, tipologi ideal adalah orang yang secara jasmani dan rohani sehat. Hubungan antara jasmani dan rohani merupakan hubungan timbal balik, saling mempengaruhi, dan saling ada ketergantungan. Jasmani sehat mempengaruhi rohani menjadi sehat.Rohani sehat mengarahkan kepada perilaku supaya jasmani juga sehat.
Orang yang secara rohani sehat tetapi tidak sehat secara jasmani dikarenakan keterbatasan pemikirannya atau berpikir secara parsial bahwa dunia itu tidak penting, dunia itu hanya ghurur (menipu), dunia hanya lahw (sendaugurauan), dan dunia hanya sementara sehingga tidak atau kurang memperhatikan kepentingan jasmani dan hanya terobsesi keakhiratan.
Selanjutnya membiarkan diri secara jasmani tidak atau kurang terawat, sakit-sakitan, dan termarginalisasi oleh struktur dan sistem sosial di mana ia tinggal, padahal realitas sosial itu senantiasa berubah dan berkembang secara cepat. Kemajuan hari ini akan segera menjadi kuno beberapa dekade kemudian. Islam menghendaki umatnya  supaya sehat dan kuat baik jasmani maupun rohaninya laksana Thalut. Allah berfirman:
Artinya:
Dan Nabi mereka berkata kepada mereka, “sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu”. Mereka menjawab: ‘Bagaimana Thalut memperoleh kerajaan atas akmi, sedangkan kami lebih berhak atas kerajaan itu daripadanya, dan dia tidak diberi kekayaan yang banyak ? (Nabi) menjawab:’Allah telah memilihnya (menjadi raja) kami dan memberikan kelebihan ilmu dan fisik .” Allah memberikan kerajaan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas lagi Maha mengetahui (Q.S. al-Baqarah/2:247).
Tipologi Thalut adalah orang yang sanggup bukan hanya memimpin dirinya, melainkan juga memimpin orang banyak, memimpin negara, dan memimpin supaya hukum-hukumn Tuhan berlaku di muka bumi. Profil Thalut, jika siang memimpin perusahaan yang masing-masing sektor – sejak dari modal awal hingga sektor  paling ujung berfungsi  dan menghasilkan produk secara halalan thayyiban  – dan jika malam ia ‘asyiq-ma’syuq (tenggelam dalam zikir kepada Allah) laksana petapa yang telah meninggalkan kehidupan dunia. Demikianlah hakikat basthatan fi al-‘ilm wal al-jism.
Manusia dalam melakukan hubungan dan interaksi dengan lingkungannya baik materil maupun sosial, semua itu tidak keluar dari tindakan penyesuaian diri atau adjustment. Tetapi apabila seseorang tersebut tidak dapat atau tidak bisa menyesuaikan diri dikatakan  ksehatan mentalnya terganggu atau diragukan. (Abdul Aziz El Quusiy terjemahan Dzakia Drajat, Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa/Mental, 1974. hal 10)
Contoh penyesuaian diri yang wajar tersebut adalah seseorang yang menghindarkan dirinya dari situasi yang membahayakan dirinya. Sedangkan penyesuaian diri yang tidak wajar misalnya seseorang yang takut terhadap binatang yang biasa seperti kucing, kelinci dan sebangsanya. Dari dua contoh tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa orang yang bisa melakukan penyesuaian diri secara wajar dikatakan sehat mentalnya dan orang yang tidak bisa melakukan penyesuaian diri secara wajar, menunjukkan penyimpangan dari kesehatan mentalnya.
Kesehatan mental dalam kehidupan manusia merupakan masalah yang amat penting karena menyangkut soal kualitas dan kebahagian manusia. Tanpa kesehatan yang baik orang tidak akan mungkin mendapatkan kebahagian dan kualitas sumber daya manusia yang tinggi. (Yahya Jaya, Kesehatan Mental, 2002. hlm 68)
Banyak teori yang dikemukan oleh ahli jiwa tentang kesehatan mental, misalnya teori psikoanalisis, behavioris dan humamisme. Sungguhpun demikian teori tersebut memiliki batasan-batasan dan tidak menyentuh seluruh dimensi (aspek) dan aktivitas kehidupan manusia sebagai makhluk multidimensional dan multipotensial. Manusia sebagai makhluk multidimensional setidak-tidaknya memiliki dimensi jasmani, rohani, agama, akhlak, sosial, akal, dan seni (estetika). Sedangkan sebagai makhluk multi potensial manusia memiliki potensi yang amat banyak yang dikaruniakan Allah SWT kepadanya yang dalam islam terkandung dalam asma ulhusna. Salah satunya adalah agama. Agama adalah jalan utama menuju kesehatan mental, karena dalam agama ada kebuutuhan-kebutuhan jiwa manusia, kekuatan untuk mengendalikan manusia dla memenuhi kebutuhaan, serta sampai kepada kekuatan untuk menafikan pemenuhan kebuthan manusia tanpa membawa dampak psikologis yang negative. (Yahya Jaya, Kesehatan Mental. 2002).
Menurut Hasan Langgulung, kesehatan mental dapat disimpulkan sebagai “akhlak yang mulia”. Oleh sebab itu, kesehatan mental didefinisikan sebagai “keadaan jiwa yang menyebabkan merasa rela (ikhlas) dan tentram ketika ia melakukan akhlak yang mulia.
Didalam buku Yahya Jaya menjelaskan bahwa kesehatan mental menurut islam yaitu, identik dengan ibadah atau pengembangan potensi diri yang dimiliki manusia dalam rangka pengabdian kepada Allah dan agama-Nya untuk mendapatkan Al-nafs Al-muthmainnah (jiwa yang tenang dan bahagia) dengan kesempurnaan iman dalam hidupnya.
Sedangkan dalam bukunya Abdul Mujib dan Yusuf Mudzkir kesehatan menurut islam yang dkutip dari Musthafa fahmi, menemukan dua pola dalam mendefenisikan kesehatan mental:
1.         Pola negatif (salaby), bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari  neurosis (al-amhradh al-’ashabiyah) dan psikosis (al-amhradh al-dzihaniyah).
2.         Pola positif (ijabiy), bahwa kesehatan mental adalah kemampuan individu dalam penyesuaian terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungan sosial.
Islam sebagai suatu agama yang bertujuan untuk membahagiakan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sudah barang tentu dalam ajaran-ajaranya memiliki konsep kesehatan mental. Begitu juga dengan kerasulan Nabi Muhammad SAW adalah bertujuan untuk mendidik dan memperbaiki dan membersihkan serta mensucikan jiwa dan akhlak.
Di dalam Al-Qur’an sebagai dasar dan sumber ajaran islam banyak ditemui ayat-ayat yang berhubungan dengan ketenangan dan kebahagiaan jiwa sebagai hal yang prinsipil dalam kesehatan mental. Ayat-ayat tersebut adalah:
Artinya: 
Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka  seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan  (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-kitab dan al-hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (keadaan  nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Q.S. 3: 164)
Dalam hadits Rasulullah dijelaskan juga yaitu:
Artinya: Sesungguhnya aku diutus oleh Allah adalah bertugas untuk menyempurnakan kemulian Akhlak manusia.
Dengan kejelasan ayat Al-Qur’an dan hadits diatas dapat ditegaskan bahwa kesehatan mental (shihiyat al nafs) dalam arti yang luas adalah tujuan dari risalah Nabi Muhammad SAW diangkat jadi rasul Allah SWT, karena asas, cirri, karakteristik dan sifat dari orang yang bermental itu terkandung dalam misi dan tujuan risalahnya. Dan juga dalam hal ini al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk, obat, rahmat dan mu’jizat (pengajaran) bagi kehidupan jiwa manusia dalam menuju kebahagian dan peningkatan kualitasnya sebagai mana yang ditegaskan dalam ayat berikut:
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang   ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Ali Imran: 104)
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah menjanjikan kemenangan kepada orang-orang yang mengajak kepada kebaikan,menyuruh kepada yang makruf dan mencegah kapada yang mungkar. Keimanan,katqwaan,amal saleh,berbuat yang makruf, dan menjauhi perbuatan keji dan mungkar faktor yang penting dalam usaha pembinaan kesehatan mental.
Artinya: Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka   bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan  adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Al-Fath: 4)
Ayat di atas menerangkan bahwa Allah mensifati diriNya bahwa Dia-lah Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Bijaksana yang dapat memberikan ketenangan jiwa ke dalam hati orang yang beriman.
Artinya: Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira  kepada orang-orang Mu´min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. (Q.S. Al-Isra: 9)
Artinya: Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan   Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (Q.S. Al-Isra: 82)
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit- penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Q.S. Yunus: 57)
Berdasarkan kejelasan keterangan ayat-ayat Al-Qur’an diatas, maka dapat dikatakan bahwa semua misi dan tujuan dari ajaran Al-Qur’an (islam) yang berintikan kepada akidah, ibadah, syariat, akhlak dan muamalata adalah bertujuan dan berperan bagi pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas dan berbahagia.
Islam memiliki konsep tersendiri dan khas tentang kesehatan mental. Pandangan islam tentang kesehatan jiwa berdasarkan atas prinsip keagamaan dan pemikiran falsafat yang terdapat dalam ajaran-ajaran islam.

2.5  Pokok-Pokok Ajaran Islam tentang Kesehatan Sosial dan Spiritual
Hidup bermasyarakat dalam arti seluas-luasnya adalah merupakan salah satu naluri manusia. Ia tidak bisa dan tidak mungkin mampu hidup sendirian. Berdasarkan petunjuk Al-Qur’an dan hadis, kita menjumpai ajaran etika bermasyarakat tersebut antara lain ajaran tolong-menolong, saling menasehati, menghormati, saling asah, asuh, dan asih.
Ajaran islam tentang perlunya membangun masyarakat yang sehat dapat pula dari hampir seluruh misi, hikmah, dan pesan ang terdapat dalam ajaran ibadah dalam islam. Salat misalnya, dapat ditujukan agar mampu mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Zakat ditujukan untuk menunjukkan kepedulian social dengan membantu orang yang membutuhkan agar tercapainya kesehatan sosial, yang menyangkut aspek spiritual berupa suruhan wajib yang termasuk dalam rukun islam.







BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan Saran
Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal, jasmani, harta, dan keturunan. Setidaknya tiga dari yang disebut di atas berkaitan dengan kesehatan. Tidak heran jika ditemukan bahwa Islam amat kaya dengan tuntunan kesehatan.
Nabi Muhammad SAW lewat sunnahnya memberi perhatian yang serius terhadap kesehatan manusia baik itu kesehatan fisik, psikologis atau mental dan juga kesehatan sosial yang berkaitan dengan aspek spiritual. Sunnah Nabi menganggap keselamatan dan kesehatan sebagai nikmat Allah yang terbesar yang harus diterima dengan rasa syukur.
Demikian uraian yang kami susun, dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan pembaca dapat lebih bersyukur atas apa saja bentuk kesehatan yang dimikili dan berusaha untuk terus menjaga dan merawat kesehatan kita baik fisik, maupun psikologisnya.












LEMBAR PERNYATAAN

Penyusunan makalah yang berjudul Pokok-Pokok Ajaran Islam tentang Kesehatan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dengan mengambil sumber dari media elektronik dan buku yang berkaitan dengan materi ini.
Makalah ini dibuat setelah dilakukan diskusi kelompok untuk membahas dan menyamakan presepsi tentang materi tersebut. Jadi berbagai materi yang ada di makalah ini sudah merupakan hasil diskusi berdasarkan sumber yang kami dapat.









Sukabumi, November 2013



Penulis








DAFTAR PUSTAKA
Rochman,kholil lur. (2010), Kesehatan Mental. Purwokerto: STAIN 
Ahmad Syauqi Al-Fanjari, Nilai Kesehatan dalam Syari’at Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),20-21.
Ikhsan muhammad. 2008. Konsep Sehat dan Sakit Menurut Islam.http://forum.abatasa.com.
Danusiri M. 2012. Pandangan Islam tentang kesehatan.http://danusiri.dosen.unimus.ac.id.
Bisyaroh Neneng. 2009. Paradigma Sehat Dalam Islam. http://arrisalah.org

Anonym. 2007 . Konsep kesehatan. http://clickcentre.blogspot.com

1 komentar:

Pengikut