Home

Rabu, 10 September 2014

Filled Under:

Perasaan dan Emosi

MAKALAH
Perasaan dan Emosi

Disusun Oleh :
1.      Indah Puspa Pratiwi
2.      Yuliyanita
3.      Rima Wulandari
4.      Eneng Firasati Lailiya
5.      Widya Marwah
6.      Lisnawati
7.      Elya Nuraeni
8.      Nurmalia
9.      Aida Fitria Qisti



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI
Jalan Babakan Sirna No. 25 Kota Sukabumi
2013

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kelompok kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul :Perasaan dan Emosi. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata ajar Psikologi Keperawatan.
Kami menyadari bahwa didalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,  kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karena itu dengan rendah hati kami berharap kepada pembaca untuk memberikan masukan, saran dan kiritik yang sifatnya membangun guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
                                                           



Sukabumi, Desember 2013

Penulis







DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.    Perasaan dan Emosi
B.     Pengertian Perasaan dan Emosi
C.     Ciri-ciri Perasaan
D.    Jenis-jenis Perasaan
E.     Faktor yang Mempengaruhi Perasaan
F.      Intensitas Perasaan
G.    Dimensi Perasaan
H.    Teori Emosi
I.       Perkembangan Emosi
J.       Komponen Emosi
K.    Rangsangan dan Emosi
L.     Gangguan Afek dan Emosi
M.   Psikologi Keperawatan dalam Era Globalisasi
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan dan Saran


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
 Secara faktual, bahwasannya di dalam emosi terkandung perasaan yang di miliki oleh setiap orang. Oleh karena itu pembicaraan tentang emosi dan perasaan tidak pernah lepas dari unsur manusia. Dari beberapa pendapat tentang emosi dan perasaan yang di kemukakan oleh para ahli pada umumnya sepakat bahwa perasaan itu di artikan sebagai keadaan yang di rasakan sedang terjadi dalam diri seseorang dan sedangkan emosi terjadi hanya ketika seseorang merasakan sesuatu terjadi dalam dirinya.
      Pada dasarnya emosi dan perasaan itu keduanya relative sama. Perasaan yang diartikan emosi adalah perasaan yang tidak terkait dengan yang dirasakan fisik. Sedangkan menurut seorang peneliti emosi dari Australia National University, yakni, Anna Wierzbicka, tidak semua budaya memiliki kata untuk emosi sebagaimana yang di konsepkan dalam bahasa Inggris sedangkan kata yang bermakna perasaan (feeling) ada dalam semua bahasa. Menurutnya, kata emosi lebih disukai karena kesannya lebih objektif dan lebih ilmiah dari pada kata perasaan. Oleh sebab itu kata emosi lebih luas digunakan dalam dunia ilmu pengetahuan.


B.     Rumusan Masalah
C.    Tujuan






BAB II
PEMBAHASAN


A.    Perasaan dan Emosi
Perasaan atau feeing dan emosi atau emotion adalah salah satu rumpun kegiatan atau abilitas kejiwaan manusia dari perumpunan jiwa trikotomi jiwa- kognis , emosi dan konasi- dan slah satu abilitas jiwa dari catur tomi jiwa- kognisi , emosi konasi dan atau psikomotor- dan salah satu dari trisakti jiwa menurut Ki Hajar Dewantara- cipta (kognisi), rasa (emosi), dan karsa (konasi, kehendak). Perasaan dan emos itu merupakan salah satu dari 3 atau 4 kemampuan jiwa manusia. Perasaan dan emosi itu merupakan salah satu faktor atau penyusun dari keinginan (desires) di samping factor  motif
Motif suatu keingginan adalah tertujukan pada suatu tujuan yang ingin dicapai oleh suatu kegiatan yang berlangsung. Perasaan dan emosi adalah keadaan temporer dari individu
Perasaan dan emosi pada umumnya disifatkan sebagai keadaan (state) yang ada pada inividu atau organisme pada sesuatu waktu. Misal seseorang merasa sedih, senang, takut, marah ataupun gejala-gejala yang lain setelah melihat, mendengar, atau merasakan sesuatu. Dengan kata lain perasaan dan emosi disifatkan sebagai satu keadaan kejiwaan pada organisme atau individu sebagai akibat adanya peristiwa atau persepsi yang dialami oleh organisme.
Lalu apakah yang dimaksud dengan (feeling) atau (emotion) itu. Menurut Chaplin (1972) perasaan adalah keadaan atau state individu sebagai akibat dari persepsi sebagai akibat stimulus baik externel maupun internal. Mengenai emosi, Chaplin berpendapat bahwa definisi mengenai emosi cukup bervariasi yang dikemukakan oleh para ahli psikologi dari berbagai orientasi. Namun demikian dapat dikemukakan atas “general agreement” bahwa emosi merupakan reaksi yang kompleks yang mengandung aktivitas dengan derajat yang tinggi dan adanya perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat, karena itu emosi lebih intens daripada perasaan, dan sering terjadi perubahan perilaku, hubungan dengan lingkungan kadang-kadang terganggu.
Emosi pada umumnya berlangsung dalam waktu yang relatif singkat, sehingga emosi berbeda dengan mood atau suasana hati pada umunya berlangsung dalam waktu yang relatif lebih lama daripada emosi, tetapi intensitasnya kurang apabila dibandingkan dengan emosi. Apabila seseorang mengalami marah atau emosi, maka kemarahan tersebut tidak segera hilang begitu saja, tapi masih terus berlangsung dalam jiwa seseorang ( ini yang dimaksud dengan mood) yang akan berperan dalam diri orang yang bersangkutan. Namun demikian ini juga perlu dibedakan dengan temperamen. Temperamen adalah keadaaan psikis seseorang yang lebih permanen daripada mood, karena itu temperamen lebih merupakan predisposisi yang ada pada diri seseorang, dan karena itu temperamen lebih merupakan aspek kepribadian seseorang apabila dibandingkan dengan mood.

B.     Pengertian Perasaan dan Emosi
Perasaan atau dalam istilah lain disebut  “renjana” adalah gejala psikis yang memiliki sifat khas subjektif yang berhubungan dengan persepsi dan dialami sebagai rasa senang-tidak senang, sedih-gembira dalam berbagai derajat dan tingkatannya.
Menurut Maramis (1999), perasaan adalah nada perasaan menyenangkan atau tidak, yang menyertai suatu pikiran dan biasanya berlangsung lama serta kurang disertai oleh komponen fisiologik.
Perasaan adalah sesuatu tentang keadaan jiwa manusia yang dihayati secara senang atau tidak senang.
·         Contoh:
ü  Perasaan menyenangkan: senang, bangga, kasih saying, gembira, enak, lezat, keindahan, dan ketenangan.
ü  Perasaan tak menyenangkan: sedih, kecewa, sakit, gelisah, dan kacau.

Menurut Kartono K. (1996), perasaan atau renjana adalah reaksi rasa dari segenap organisme psiko-fisik.
Menurut Abu Ahmadi (1983), perasaan adalah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubunga dengan peristiwa mengenal dan bersifat subjektif.
Perasaan biasanya didefinisikan sebagai gejala psikis yang bersifat subyektif yang umumnya berhubungan  dengan gejala-gejala mengenal, dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf.
Berlainan  dengan berfikir, maka perasaan itu bersifat subyektif, banyak dipengaruhi oleh keadaan diri seseorang. Perasaan umumnya bersangkutan dengan fungsi mengenal artinya perasaan dapat timbul karena mengamati, menanggap, menghayalkan, mengingat-ingat, atau memikirkan sesuatu. Kendati pun demikian perasaan bukanlah hanya sekedar  gejala tambahan daripada fungsi pengenalan saja, melainkan adalah fungsi tersendiri.
 Suatu keadaan dalam diri individu sebagai suatu akibat dari yang dialaminya atau yang dipersepsinya. Ada beberapa sifat tertentu yang ada padanya yaitu:
1)    Pada umumnya perasaan berkaitan dengan persepsi, dan merupakan reaksi terhadap stimulus yang mengenainya.
2)    Perasaan bersifat subjektif, lebih subjektif apabila dibandingkan dengan peristiwa psikis yang lain.
3)    Perasaan dialami oleh individu sebagai perasaan senang atau tidak senang sekalipun tingkatannya dapat berbeda-beda.
Menurut English and English, emosi adalah “A complex feeling state accompained by characteristic motor and glandular activies “ (suatu keadaan yang kompleks yang disertai karakteristik kegiatan kelenjar dan motoris). Sedangkan Sarlito Wirawan Sarwono berpendapat bahwa emosi merupakan “ setiap keadaan  pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkatan lemah   (dangkal) maupun pada tingkatan yang luas (mendalam)
Emosi merupakan keadaan yang ditimbulkan oleh situasi tertentu (khusus), dan emosi cenderung terjadi dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah (approach) atau menyingkiri (avoidance) terhadap sesuatu, dan perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya expresi kejasmanian, sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi.
Namun demikian kadang –kadang orang masih dapat mengontrol keadaan dirinya sehingga emosi yang dialami tidak tercetus keluar dengan perubahan atau tanda-tanda kejasmanian tersebut. Hal ini berkaitan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ekman dan Friesen (Carlson, 1987) adanya tiga rules, yaitu :
  1. masking
Yaitu keadaan seseorang yang dapat menyembunyikan atau dapat menutupi emosi           yang dialaminya.
  1. modulation
Yaitu orang tidak dapat meredam secara tuntas mengenai gejala kejasmaniannya, tetapi hanya dapat mengurangi saja.
  1. simulation
Yaitu orang tidak mengalami sesuatu emosi, tetapi seolah-olah mengalami emosi dengan menampakkan gejala kejasmanian.

C.    Ciri-ciri Perasaan
Setiap individu memiliki reaksi yang bersifat individual dalam menghadapi suatu keadaan, baik itu persepsi, perasaan, dan emosi
Ciri-ciri perasaan adalah sebagai berikut :
1.      Subjektif :Setiap orang memiliki selera perasaan yang berbeda – beda
2.       Mudah Berubah : Apa yang kita benci hari ini, bisa menjadi kita sukai keesok hariannya.
3.      Mengandung Penilaian : Kita membandingkan perasaan-perasaan yang pernah kita rasa sebelumnya, sebelum kita menilai.Ini menyenangkan atau tidak menyenangkan.
4.      Bekerja Berdasar Prinsip Kesenangan : Perasaan tidak memilih apa yang benar – salah atau baik –buruk. Ia hanya memilih berdasarkan prinsip kesenangan.
5.      Perasaan selalu terkait dengan gejala kejiwaan yang lain, khususnya persepsi. Contoh: Dalam diri seseorang timbul perasaan gelisah dan takut karena memikirkan atau mengingat trauma pada masa lalu, Perasaan gembira saat mendapatkan hadiah yang diberikan oleh orang tua.
6.      Perasaan sifatnya individual atau subjektif. Contoh: Pada saat menonton suatu pertandingan sepak bola, ada yang gembira karena tim yang di andalkan dapat memasukkan bola ke gawang lawan, tapi ada juga yang sedih karena tim yang dibanggakannya kalah, Dalam keluarga, pada saat anaknya belum pulang dari sekolah, si ibu mungkin cemas, tapi si bapak tenang-tenang saja.

D.    Jenis-jenis Perasaan
 Ada tiga golongan perasaan, yaitu:
1.    Perasaan presens : perasaan yang timbul dalam keadaan yang sekarang nyata dihadapi, yaitu berhubungan dengan situasi yang aktual.
2.    Perasaan yang menjangkau maju, merupakan jangkauan ke depan yaitu perasaan dalam kejadian-kejadian yang akan datang, jadi masih dalam pengharapan.
3.    Perasaan yang berkaitan dengan waktu yang telah lampau yaitu perasaan yang timbul dengan melihat kejadian-kejadian yang telah lalu. Misal orang merasa sedih karena teringat waktu masih dalam keadaan jaya.
Max Scheler mengajukan pendapat ada empat macam tingkatan dalam perasaan, yaitu:
1.    Perasaan tingkat sensoris, yaitu perasaan yang didasarkan atas kesadaran yang berhubungan dengan stimulus pada kejasmanian, misal rasa sakit, panas, dingin.
2.    Perasaan kehidupan vital, yaitu perasaan yang tergantung pada  keadaan jasmani keseluruh, misal rasa segar, lelah.
3.    Perasaan psikis atau kejiwaan yaitu perasaan senang, susah, takut.
4.    Perasaan kepribadian, yaitu perasaan yang berhubungan dengan keseluruh pribadi, misal harga diri, putus asa.
Bigot dkk. (1950) memberikan klasifikasi perasaan sebagai berikut:
1.    Perasaan keinderaan, yaitu perasaan yang berkaitan dengan alat indera, misal perasaan yang berhubungan dengan pencecapan, misal rasa asin, pahit, manis dan sebagainya.
2.    Perasaan psikis atau kejiwaan, yang masih dibedakan atas:
a.  Perasaan intelektual
Yaitu perasaan yang timbul apabila orang dapat memecahkan sesuatu soal atau mendapatkan hal-hal baru sebagai hasil kerja dari segi intelektualnya. Perasaan ini juga merupakan pendorong atau motivasi individu dalam berbuat dan merupakan motivasi dalam lapangan ilmu pengetahuan.
b. Perasaan kesusilaan
Yaitu perasaan yang timbul apabila orang mengalami hal-hal yang baik atau buruk menurut norma-norma kesusilaan.
c. Perasaan keindahan atau perasaan estetika
Yaitu perasaan yang timbul apabila orang mengalami sesuatu yang indah atau yang tidak indah.
d. Perasaan kemasyarakatan atau perasaan sosial
Yaitu perasaan yang timbul dalam hubungannya dengan interaksi sosial, yaitu hubungan individu satu dengan individu lain.
e. Perasaan harga-diri
Perasaan harga-diri ini dapat positif, yaitu apabila individu dapat menghargai dirinya sendiri dengan secara baik, tetapi sebaliknya perasaan harga-diri ini dapat negatif, yaitu apabila seseorang tidak dapat menghargai dirinya secara baik.
f. Perasaan KeTuhanan
Perasaan ini timbul menyertai kepercayaan kepada Tuhan yang mempunyai sifat-sifat serba sempurna. Perasaan ini merupakan perasaan tertinggi atau terdalam. Perbuatan manusia yang luhur, yang suci bersumber pada perasaan keTuhanan ini. Dengan perasaan keTuhanan segala sesuatu akan tertuju kepadaNya.
E.     Faktor yang Mempengaruhi Perasaan

1.                  Keadaan jasmani atau fisik individu yang bersangkutan. Contoh : Perasaan individu yang sedang sakit, lebih sensitive dibandingkan orang sehat, Perasaan individu yang pendek gemuk kebal terhadap kritik.
2.                  Struktur kepribadian individu dalam mengalami suatu perasaan. Contoh: Individu yang kepribadiannya mudah marah,  Individu yang berkepribadian introvert memiliki perasaan yang sensitive, Kepribadiannya peramah biasanya perasaanya halus.
3.                  Keadaan temporer pada diri individu pada diri individu atau bergantung pada suasana hati, individu yang sedang kalut pikirannya sangat peka terhadap perasaan di banding orang yang normal.

F.     Intensitas Perasaan
Intensitas (tingkat dan kekuatan) perasaan bergantung pada hal-hal sebagai berikut :
a.          Intensitas perasaan persepsi lebih kuat dibanding tanggapan, fantasi dan ingatan. Misalnya perasaan saat bertemu dengan saudara kandung yang sudah lama berpisah, intensitasnya lebih kuat dibanding perasaan yang timbul tatkala hal itu sudah menjadi kenangan.
b.          Intensitas perasaan melalui pengamatan indra pembau dan pengecap intensitasnya lebih tinggi dibanding perasaan melalui penglihatan dan pendengaran,misalnya perasaan akibat mencium bau bangkai lebih intens dari pada mendengar suara gaduh.
c.          Intensitas dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis, misalnya dahulu, perasaan saya apabila mendengar  musik dangdut muak sekali, tetapi sekarang, begitu mendengar alunan musiknya saja sudah ingin joget.
d.         Intensitas perasaan turun  karena perasaan itu dialami berulang-ulang atau sudah cukup lama, misalnya memutar VCD dengan lagu-lagu yang berulang-ulang membosankan, perasaannya tidak senang di banding pada saat pertama kali memutar VC  tersebut.

G.    Dimensi Perasaan

1.      Exited feeling : perasaan yang dialami individu disertai adanya perilaku atau perbuatan yang menampak.
2.       Innert feeling  : perasaan yang dialami individu tanpa disertai adanya perilaku atau perbuatan.
3.       Expectancy feeling dan Release feeling : suatu perasaan yang dialami oleh individu sebagai sesuatu yang belum nyata expected feeling, disamping itu perasaan yang dialami oleh individu karena sesuatu itu telah nyata, ini dimaksud denganRelease feeling.
Menurut Wund:
Seperti di kemukakan oleh Bimo Walgito (1989), menurut Wund perasaan itu memiliki 3 dimensi, yaitu :
a.       Perasaan senang dan tidak senang, misalnya seorang pasien merasa senang karena penyakitnya dinyatakan sembuh oleh dokter atau seorang pasien merasa tidak senang di rawat di suatu rumah sakit karena pelayanannya jelek.
b.      Perasaan excited atau inner feeling, yaitu perasaan yang dialami individu disertai prilaku atau perbuatan yang tampak, misalnya karena diterima masuk akademi keperawatan, perasaannya gembira disertai menari-nari.
c.       Perasaan expectancy atau release feeling, yaitu perasaan yang masih dalam pengharapan atau memang betul-betul telah terjadi.

Menurut Stern:
Sebagaimana dipaparkan oleh Bimo Walgito (1989), yang manyebutkan bahwa dimensi perasaan adalah :
a.       Perasaan presentyaitu perasaan yang berhubungan dengan situasi actual atau yang sedang terjadi, misalnya saya merasa senang karena saat ini anak saya bias kuliah di Akademi Keperawatan.
b.      Perasaan yang menjangkau majuyaitu perasaan yang masih dalam pengharapan, misalnya alangkah gembiranya apabila kelak anak saya menjadi seorang dokter.
c.       Perasaan yang berhubungan dengan waktu lampaumisalnya merasa sedih apabila mengingat masa lampau, sewaktu masih anak-anak yang penuh derita.

H.    Teori Emosi

1.      Teori yang berpijak pada hubungan emosi dengan gejala kejasmanian.
  1. Teori yang hanya mencoba mengklasifikasikan dan mendiskripsikan pengalaman emosional (emotional experiences).
  2. Melihat emosi dalam kaitannya dengan perilaku, dalam hal ini adalah bagaimana hubungannya dengan motivasi.
  3. Teori yang mengaitkan dengan aspek kognitif.
 Ada dua pendapat tentang terjadinya emosi, yaitu :
1.      Nativistik (emosi adalah bawaan) Adalah bahwa ekspresiemsi pada dasarnya sama saja hewan dan manusia, anak kecil maupun dewasa.
2.      Empirik (emosi adalah hasil belajar atau pengalaman) Adalah mengutamakan antara yang berpusat diotak dengan rangsangan dari lingkungan melalui jaringan syaraf pada tubuh manusia.






I.       Perkembangan Emosi

Sikap yang disertai emosi yan berlebih-lebihan disebut kompleks misalnya kompleks rendah diri yaitu sikap negatif  terhadap dirinya sendiri yang disertai perasaan malu tidak berdaya segan bertemu orang lain, dan sebagainya.
1.      Takut
Takut adalah perasaan yang sangat mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan sedapat mungkin menghindari kontak dengan hal itu. Rasa takut yang lain merupakan kelainan kejiwaan adalah kecemasan atau anazieti yaitu rasa takut yang  tidak jelas sasarannya.

2.        Khawatir
Khawatir atau was-was adalah rasa takut yang tidak mempunyai objek yang jelas atau tidak ada objek sama sekali. Kekhawatiran menyebabkan rasa tidak senang gelisah, tegang, tidak tenang dan tidak aman.

3.       Cemburu
Cemburu adalah bentuk khusus dari kekhawatiran yang disadari oleh adanya keyakinan terhadap milik sendiri dan ketakutan akan kehilangan kasih sayang dari seseorang.

4.      Gembira
Gembira merupakan ekspresi dari kalangan yaitu perasaan terbebas dari ketegangan biasanya kegembiraan itu disebabkan oleh hal-hal yang bersifat tiba-tiba atau surprise

5.      Marah
Sumber utama dari kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu aktivitas untuk mencapai tujuannya.





J.      Komponen Emosi
Komponen dari emosi antara lain :
1.      Cognitif Component
Emosi kita dipengaruhi oleh kepercayaan, pandangan terhadap sesuatu. Ketika ada seorang karyawan sudah menyukai pekerjaannya, orang tersebut akan menikmatinya dengan sepenuh hati.
2.Phisiological
Kalai kita diserang singa, tangan kita akan melindungi muka kita dari cakar dan giginya, kita akan dengan cepat melakukan gerakan refleks, kita harus mengetahui tanda-tanda tersebut dan harus tau bagaimana mengatasinya.
3.Behavioral
Setiap orang mempunyai cara-caranya sendiri untuk mengungkapkan emosinya. Seperti kalau kita sedang bahagia akan tersenyum. Setiap individu mempunyai budaya sendiri-sendiri untuk mengungkapkan emosinya.
K.    Rangsangan dan Emosi
Emosi adalah istilah yang digunakan untuk keadaan mental dan fisiologis yang berhubungan dengan beragam perasaan, pikiran, dan perilaku. Dalam hal ini organisme manusia berusaha mencari keseimbangan sehingga akan menyebabkan respon psikologis yang disertai dengan timbulnya suatu perasaan suatu perasaan yang sama-sama menggerakkan mekanisme untuk menyiapkan terlaksananya gerak-gerak yangpenuh tenaga ataupun mengakibatkan dicapainya keseimbangan kembali.
Tidak mengherankan kalau pada keadaan tertentu di mana terjadi suatu rangsangan yang cukup kuat untuk menimbulkan keadaan-keadaan dimana emosi dapat merangsang bekerjanya perasaan dan organ pembangkit tenaga cadangan, akan terjadi suatu tenaga gerak yang mengagumkan.
Syarat mutlak tergeraknya emosi adalah adanya rangsangan sedangkan rangsangan-rangsangan dapat menimbulkan emosi kalu rangsangan dapat menggerakkan dorongan-dorongan individu. Berapa jauh efek rangsangan tersebut terhadap emosi sangat bergantung pada sifat dan temprament serta keadaan individu itu sendiri, disamping juga bergantung pada keteraturan dan kekuatan rangsang yang memacu emosi tersebut. Pengertian dan pengalaman terhadap situasi sesaat ikut menentukan pula. Di dalam kegiatan olahraga, pengalaman bertanding para olahragawan selalu mendapat rangsangan-rangsangan emosi yang beraneka macam. Paling baik apabila rangsangan tersebut dapat merangsang emosi setinggi-tingginya tanpa menimbulkan gejala-gejala over stimulus, sehingga olahragawan tersebut dapat bertindak dengan semangat yang tinggi tanpa kehilangan pertimbangan pikir dan akalnya. Kepekaan emosi tidaklah sama, setiap olahragawan memiliki kepekaan emosi yang berbeda-beda bergantung pada kekayaan pengalaman, pengertian, pengetahuan terhadap situasi sesaat dan masih banyak lagi hal-hal yang ikut mempengaruhinya.

L.     Gangguan Afek dan Emosi
Afek adalah perasaan yang menguasai segenap hidup jiwa dan tidak bisa dikontrol serta dikuasai oleh pikiran. Afek biasanya disertai reaksi jasmaniah, yaitu peredaran darah, denyut jantung, dan pernapasan bisa cepat atau menjadi lemah. Emosi adalah gejala kejiwaan yang berhubungan dengan kejasmanian.
Contoh :
Orang yang sedang marah, mengambil, melempar, membanting benda dari sekitarnya disertai mekanya merah, tekanan darah meningkat, dan gemetar. Anak yang tidak lulus ujian, menangis sampai kejang-kejang bahkan sampai pingsan disertai muka pucat dan keluar keringat dingin.
Gangguan pada afeksi antara lain :
1.depresi atau melankolis
Ciri-ciri psikologik misalnya : sedih, susah, murung, rasa tak berguna, gagal, kehilangan, tak ada harapan, putus asa, dan penyesalan yang patologis. Ciri-ciri somatik misalnya : anoreksia, konstipasi, kulit lembab atau dingin, tekanan darah dan Polds turun. Ada depresi dengan penarikan diri dan agitasi atau kegelisahan.


2.kecemasan
Ciri-ciri psikologik misalnya : khawatir, gugup, tegang, cemas, rasa tak aman, takut. Ciri-ciri somatik misalnya : palpitasi (debaran jantung cepat/keras), keringat dingin pada telapak tangan, tekanan darah meninggi, peristaltik bertambah.
Sakit Mental karena Gangguan Emosi
Biasanya terkait dengan neurosis, yaitu kesalahan penyesuaian diri secara emosional karena tidak dapat diselesaikan suatu konflik tak sadar. Sakit mental karena gangguan emosi antara lain :
1.neurosis cemas-kecemasan akan memobilisasi daya pertahanan individu. Kecemasan tidak ada kaitannya dengan benda atau kebendaan, tapi mengambang bebas. Gejalanya:
a. faktor somati misalnya : napas sesak, dada tertekan, kepala seperti mengambang, linu, cepat capek, kleringat dingin, dan palpitasi
b. faktor psikologi misalnya : perasaan was-was, khawatir, dan bicara cepat terputus-putus.
2.neurosis histerik-fungsi mental dan jasmani hilang tanpa dikehendaki. Gejalanya : kelumpuhan pada ekstremitas, kejang-kejang, anestesia, analgesia, tuli, buta, stupor, dan twilight state
3.neurosis fobik-adanya perasaan faktakut yang berlebihan terhadap benda atau keadaan yang disadari oleh individu bukan sebagai ancaman.
4.neurosis depresi-gangguan perasaan dengan ciri-ciri semangat berkurang, rasa harga diri rendah, menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan makan. Biasanya berakar pada rasa salah yang tidak disadari. Gejalanya :
a. faktor somati misalnya : perasaan tak senang, tak bersemangat, lelah, apatis, dan bicara pelan
b. faktor psikologik misalnya : pendiam, rasa sedih, pesimistik, putus asa, malas bergaul.



M.   Psikologi Keperawatan dalam Era Globalisasi
Berikut peranan psikologi dalam keperawatan:
1.      Terjalinnya hubungan interpersonal.
Hubungan interpersonal didukung oleh keterbukaan perawat. Perawat membuka diri tentang pengalaman yang berguna untuk terapi klien. Tukar menukar pengalaman ini memberikan keuntungan pada klien untuk mendukung kerjasama dan memberi dukungan. Melalui penelitiaan ditemukan bahwa peningkatan keterbukaan antara perawat dan klien menurunkan tingkat kecemasan perawat dan klien.
Tujuan terjalinnya hubungan interpersonal antara lain:
1.      Menyenangkan hati klien.
2.      Mengetahui dan mengerti pembicaraan.
3.      Memberikan rasa puas pada klien.
4.      Memberikan rasa aman pada pembicara.
5.       Menunjukkan rasa saling percaya.
6.      Menghargai pembicaraan.
2.      Komunikasi yang baik antara perawat dengan klien (empati).
Rasakan apa yang dirasakan klien. Perawat yang merasakan apa yang dirasakan klien akan mampu mengkomunikasikan dengan seluruh sikap tubuhnya kepada klien. Perawat menyampaikan bahwa ia sungguh mengerti perasaan, tingkah dan pengalaman klien, dan mengkomunikasikan pengertian itu kepada klien. Sehingga klien merasa bahwa ia dimengerti. Melalui penelitian, Mansfield mengidentifikasi perilaku verbal dan non verbal yang menunjukkan tingkat empati yang tinggi sebagai berikut:
a.       Memperkenalkan diri dengan klien.
b.      Kepala dan badan membungkuk kearah klien.
c.       Respon verbal terhadap pendapat klien, khususnya pada kekuatan dan sumber daya klien.
d.      Kontak mata dan respon pada tanda non verbal klien, misalnya nada suara, gelisah, ekspresi wajah.
e.       Tunjukkan perhatian, minat, kehangatan melalui ekspresi wajah.
f.       Nada suara konsisten dengan ekspresi wajah dan respon verbal.
3.      Adanya rasa saling percaya antara perawat dan klien.
Rasa saling percaya sangat dibutuhkan guna tercipta rasa percaya bahwa segala yang dilakukan perawat adalah untuk kesembuhan, kenyamanan dan keamanan klien sehingga tidak terjadi salah paham antara tugas-tugas perawat pada klien. Selain itu antara perawat dan klien dapat tercipta kedekatan layaknya keluarga sendiri. Hal ini berguna agar tercipta rasa nyaman dan aman pada klien.
4.      Adanya motivasi yang muncul dari perawat untuk mempercepat kesembuhan klien. Motivasi yang datang dari perawat untuk klien antara lain:
a.       Menghindari sikap negatif.
Contoh :
1.      Menyatakan hal-hal yang dapat menimbulkan kekhawatiran dan keputusasaan.
2.      Menyinggung pasien.
3.      Berkata kasar.
4.      Merasa jijik atau aneh.

b.      Menghibur klien.
Contoh :
a.       Menjaga selera humor.
b.      Mengajak klien untuk bersenda gurau.
c.       Meyakinkan kesembuhan klien.
Contoh :
A.    Berdo’a untuk kesembuhan klien.
B.     Menyapa dengan senyuman.

Psikologi Keperawatan dikembangkan untuk memahami pengaruh psikologis terhadap bagaimana seseorang menjaga dirinya agar tetap sehat, dan mengapa mereka menjadi sakit dan untuk menjelaskan apa yang mereka lakukan saat mereka jatuh sakit. Selain mempelajari hal-hal tersebut di atas, psikologi keperawatan mempromosikan intervensi untuk membantu orang agar tetap sehat dan juga mengatasi kesakitan yang dideritanya.
Psikologi keperawatan tidak mendefinisikan “sehat” sebagai tidak sakit. Sehat dilihat sebagai pencapaian yang melibatkan keseimbangan antara kesejahteraan fisik, mental dan sosial. Psikologi keperawatan mempelajari seluruh aspek kesehatan dan sakit sepanjang rentang hidup. Psikologi keperawatan berfokus pada pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, seperti bagaimana mendorong anak mengembangkan kebiasaan hidup sehat, bagaimana meningkatkan aktivitas fisik, dan bagaimana merancang suatu kampanye yang dapat mendorong orang lain memperbaiki pola makannya.
Psikologi keperawatan juga mempelajari aspek-aspek psikologis dari pencegahan dan perawatan sakit. Seorang psikolog kesehatan misalnya, membantu mereka yang bekerja di lingkungan yang memiliki tingkat stress yang tinggi untuk mengelola stress dengan efektif, sehingga tekanan yang dialami di lingkungan kerja tidak mempengaruhi kesehatan mereka. Seorang psikolog kesehatan juga dapat bekerja dengan mereka yang sedang menderita suatu penyakit agar dapat menyesuaikan mental dan fisik mereka dengan penyakit tersebut atau untuk mematuhi treatment yang dirancang oleh dokter yang merawatnya.
Psikologi keperawatan juga berfokus pada etiologi dan kaitannya dengan kesehatan, sakit dan disfungsi. Etiologi merujuk pada asal dan penyebab sakit, dan psikolog kesehatan secara khusus tertarik pada faktor-faktor perilaku dan sosial yang menyumbang kesehatan dan sakit dan disfungsi. Faktor-faktor tersebut meliputi kebiasaaan yang merusak atau menunjang kesehatan seperti konsumsi alkohol, merokok, olahraga, mengenakan sabuk pengaman, dan cara-cara ‘berkawan’ dengan stress.
Peranan Psikologi dalam dunia keperawatan sangat besar. Hal tersebut disebabkan karena peran psokologis seseorang selalu menyertai diri, sejak mulai merasakan sakit kemudian masuk rumah sakit hingga keluar dari rumah sakit dan sembuh. Psikologi keperawatan menganalisa dan berusaha meningkatkan system perawatan kesehatan dan merumuskannya dalam kebijakan kesehatan.Selain itu, dengan ilmu psikologi kita dapat lebih memahami kepribadian dan tingkah laku pasien sehingga kita dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan sudut pandang yang berbeda.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan dan Saran
Perasaan dan emosi pada umumnya disifatkan sebagai keadaan (state) yang ada pada inividu atau organisme pada sesuatu waktu. Telah diuraikan ciri-ciri perasaan, jenis-jenisnya, faktor yang mempengaruhinya, intensitas dan dimensinya. Misal seseorang merasa sedih, senang, takut, marah ataupun gejala-gejala yang lain setelah melihat, mendengar, atau merasakan sesuatu. Dengan kata lain perasaan dan emosi disifatkan sebagai satu keadaan kejiwaan pada organisme atau individu sebagai akibat adanya peristiwa atau persepsi yang dialami oleh organisme.
Perasaan dan emosi memiliki sifat subjektif artinya berbeda antara individu satu dengan yang lainnya. Kita diharapkan bisa menyelaraskan antara perasaan dan emosi dengan keadaan lingkungan dan waktu.













DAFTAR PUSTAKA

Fauzi Ahmad, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2004.
Sobur Alex, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2003.
Suryabrata Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 1998.
Yusuf Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT Remaja Rosda Karya , 2006.
episentrum.com/search/pengertian-perasaan-menurut-psikologi.html
riswantobk.wordpress.com/definisi-perasaan-dan-emosi//
www.wikipedia.com
jenisperasaanemosi.org
http://mazdaifyuke.wordpress.com/2012/02/25/peranan-psikologi-dalam-keperawatan-2/






















BAB III

PENUTUP

1 komentar:

  1. sangat membantu untuk menambah pengetahuan, tetapi saya sebagai pembaca kurang puas karena penulis tidak mencantumkan footnote2nya, jadi pembaca tidak mengetahui mana yang dari buku a mana dari buku b, makasih :) tp sejauh ini sangat membantu

    BalasHapus

Pengikut