Home

Rabu, 10 September 2014

Filled Under:

Imunologi

MAKALAH
Imunologi


Disusun Oleh :
1.      Indah Puspa Pratiwi
2.      Yuliyanita
3.      Rima Wulandari
4.      Eneng Firasati Lailiya
5.      Widya Marwah
6.      Lisnawati
7.      Elya Nuraeni
8.      Nurmalia
9.      Aida Fitria Qisti



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI
Jalan Babakan Sirna No. 25 Kota Sukabumi
2013
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
            Assalamu’alaikum Wr. Wb
            Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat berkat dan rahmatnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini terdiri dari pokok pembahasan mengenai konsep dasar “Imunologi”. Setiap pembahasan di bahas secara sederhana sehingga mudah dimengerti.
            Makalah ini membahas tentang Pengertian Imunologi, Mekanisme Sistem Imun, Antigen dan Antibodi, Respon Kekebalan, dan Ketidakseimbangan Sistem Pertahanan Tubuh.
            Kami sadar, sebagai mahasiswi yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan dalam makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
            Wassalamu’alaikum Wr. Wb



Sukabumi, September 2013

  Penulis



DAFTAR ISI

Kata Pengantar .....................................................................................................................
Daftar Isi................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................
1.1  Latar Belakang ................................................................................................................
1.2  Rumusan Masalah ...........................................................................................................
1.3  Tujuan .............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................
2.1 Pengertian Imunologi ......................................................................................................
2.2 Sejarah Imunologi ...........................................................................................................
2.3 Mekanisme Sistem Imun .................................................................................................
2.4 Organ Penyusun Sistem Kekebalan Tubuh .....................................................................
2.5 Antigen dan Antibodi .....................................................................................................
2.6 Respon Kekebalan ..........................................................................................................
2.7 Ketidakseimbangan Sistem Pertahanan Tubuh ...............................................................
BAB III PENUTUP .............................................................................................................
3.1 Kesimpulan dan Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................





BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Sejak lahir setiap individu sudah dilengkapi dengan sistem pertahanan, sehingga tubuh dapat mempertahankan keutuhannya dari berbagai gangguan yang datang dari luar maupun dari dalam tubuh. Sistem imun dirancang untuk melindungi inang (host) dari patogen-patogen penginvasi dan untuk menghilangkan penyakit. Sistem imun diklasifikasikan sebagai sistem imun bawaan (innate immunity system) atau sering juga disebut respon/sistem nonspesifik serta sistem imun adaptif (adaptive immunity system) atau respon/sistem spesifik, bergantung pada derajat selektivitas mekanisme pertahanan. Sistem imun terbagi menjadi dua cabang: imunitas humoral, yang merupakan fungsi protektif imunisasi dapat ditemukan pada humor dan imunitas selular, yang fungsi protektifnya berkaitan dengan sel.
Imunologi adalah cabang ilmu biomedis yang berkaitan dengan respons organisme terhadap penolakan antigenic, pengenalan diri sendiri dan bukan dirinya, serta semua efek biologis, serologis dan kimia fisika fenomena imun.
Dalam menghadapi serangan benda asing yang dapat menimbulkan infeksi atau kerusakan jaringan, tubuh manusia dibekali sistem pertahanan untuk melindungi dirinya. Sistem pertahanan tubuh yang dikenal sebagai mekanisme imunitas alamiah ini, merupakan tipe pertahanan yang mempunyai spekt rum luas, yang artinya tidak hanya ditujukan kepada antigen yang spesifik. Selain itu, di dalam tubuh manusia juga ditemukan mekanisme imunitas yang didapat yang hanya diekspresikan dan dibangkit kan karena paparan antigen yang spesifik. Tipe yang terakhir ini, dapat dikelompokkan manjadi imunitas yang didapat secara akt if dan didapat secara pasif.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan imunologi?
2.      Bagaimana mekanisme sistem pertahanan tubuh?
3.      Sebutkan organ penyusun sistem kekebalan tubuh!
4.      Jelaskan tentang antigen dan antibodi
5.      Bagaimana respon kekebalan tubuh berlangsung?
6.      Sebutkan kelainan pada sistem pertahanan tubuh!
1.3  Tujuan
1.      Mengetahui dan mengidentifikasi definisi imunologi
2.      Dapat menjelaskan mekanisme sistem pertahanan tubuh
3.      Mampu menyebutkan organ penyusun sistem imun
4.      Mengetahui tentang antigen dan antibodi
5.      Mampu menjelaskan respon kekebalan tubuh
6.      Mengetahui kelainan pada sistem pertahanan tubuh


















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Imunologi
Imunologi adalah ilmu yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi memiliki berbagai penerapan pada berbagai disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin seperti : malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft); karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun. Imunologi juga di katakan sebagai suatu bidang ilmu yang luas yang meliputi penelitian dasar dan penerapan klinis , membahas masalah antigen, antibodi, dan fungsi – fungsi berperantara sel terutama yang berhubungan dengan imunitas terhadap penyakit , reaksi biologik yang bersifat hipersensitif, alergi dan penoloakan jaringan asing.
Imunolgi terbagi menjadi 2 yaitu imunologi infeksi dan imunologi kanker.
a.       Imunologi infeksi
Bila suatu mikroorganisme menembus kulit atau selaput lendir, maka tubuh akan mengerahkan keempat komponen sistem imun untuk menghancurkannya, yaitu antibodi fagosit, komplemen dan sel – sel sistem imun. Bila suatu antigen pertama masuk kedalam tubuh, dalam beberapa hari pertama antibodi dan sel sistem imun spesifik lainnya lainnya belum memberikan respons. Tetapi komplemen dan pagosit serta komponen imun nonspesifik lainnya dapat bekerja langsung untuk menghancurkannya.
b.      Imunulogi kanker
Peran penting imunitas lainnya adalah untuk menemukan dan menghancurkan tumor. Sel tumor menunjukan antigen yang tidak ditemukan pada sel normal. Untuk sistem imun, antigen tersebut muncul sebagai antigen asing dan kehadiran mereka menyebabkan sel imun menyerang sel tumor. Antigen yang ditunjukan oleh tumor memiliki beberapa sumber; beberapa berasal dari virus onkogenik seperti papillomavirus, yang menyebabkan kanker leher rahim, sementara lainnya adalah protein organisme sendiri yang muncul pada tingkat rendah pada sel normal tetapi mencapai tingkat tinggi pada sel tumor. Salah satu contoh adalah enzim yang disebut tirosinase yang ketika ditunjukan pada tingkat tinggi, merubah beberapa sel kulit (seperti melanosit) menjadi tumor yang disebut melanoma. Kemungkinan sumber ketiga antigen tumor adalah protein yang secara normal penting untuk mengatur pertumbuhan dan proses bertahan hidup sel, yang umumnya bermutasi menjadi kanker membujuk molekul sehingga sel termodifikasi sehingga meningkatkan keganasan sel tumor.Sel yang termodifikasi sehingga meningkatkan keganasan sel tumor disebut onkogen.
Respon utama sistem imun terhadap tumor adalah untuk menghancurkan sel abnormal menggunakan sel T pembunuh, terkadang dengan bantuan sel T pembantu. Antigen tumor ada pada molekul MHC kelas I pada cara yang mirip dengan antigen virus. Hal ini menyebabkan sel T pembunuh mengenali sel tumor sebagai sel abnormal. Sel NK juga membunuh sel tumor dengan cara yang mirip, terutama jika sel tumor memiliki molekul MHC kelas I lebih sedikit pada permukaan mereka daripada keadaan normal; hal ini merupakan fenomena umum dengan tumor.Terkadang antibodi dihasilkan melawan sel tumor yang menyebabkan kehancuran mereka oleh sistem komplemen
Beberapa tumor menghindari sistem imun dan terus berkembang sampai menjadi kanker.Sel tumor sering memiliki jumlah molekul MHC kelas I yang berkurang pada permukaan mereka, sehingga dapat menghindari deteksi oleh sel T pembunuh. Beberapa sel tumor juga mengeluarkan produk yang mencegah respon imun; contohnya dengan mengsekresikan sitokin TGF-β, yang menekan aktivitas makrofaga dan limfosit. Toleransi imunologikal dapat berkembang terhadap antigen tumor, sehingga sistem imun tidak lagi menyerang sel tumor.
Makrofaga dapat meningkatkan perkembangan tumor ketika sel tumor mengirim sitokin yang menarik makrofaga yang menyebabkan dihasilkannya sitokin dan faktor pertumbuhan yang memelihara perkembangan tumor. Kombinasi hipoksia pada tumor dan sitokin diproduksi oleh makrofaga menyebabkan sel tumor mengurangi produksi protein yang menghalangi metastasis dan selanjutnya membantu penyebaran sel kanker. telah mengidentifikasikan sel kanker. Ketika melampaui batas menyatukan dengan sel kanker, makrofaga (sel putih yang lebih kecil) akan menyuntkan toksin yang akan membunuh sel tumor. Imunoterapi untuk perawatan kanker merupakan salah satu hal yang diteliti oleh penelitian medis.
Tujuan mempelajari imunologi kanker ialah :
1. Mengetahui hubungan antara respons imunologi pejamu dan tumor.
2. Menggunakan pengetahuan tentang respons imun terhadap tumor dalam diagnosis, profilaksis dan pengobatan.
2.2 Sejarah imunologi
Pada mulanya imunologi merupakan cabang mikrobiologi yang mempelajari respons tubuh, terutama respons kekebalan terhadap penyakit infeksi. Pada tahun 1546, Girolamo Fracastoro mengajukan teori kontagion yang menyatakan bahwa pada penyakit infeksi terdapat suatu zat yang dapat memindahkan penyakit tersebut dari satu individu ke individu lain, tetapi zat tersebut sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan mata dan pada waktu itu belum dapat diidentifikasi.
Pada tahun 1798, Edward Jenner mengamati bahwa seseorang dapat terhindar dari infeksi variola secara alamiah, bila ia telah terkontaminasi sebelumnya dengan cacar sapi (cow pox). Sejak saat itu, mulai dipakailah vaksin cacar.Dengan ditemukannya mkroskop maka kemajuan dalam bidang makrobiologi meningkat dan mulai dapat ditelusuri penyebab penyakit infeksi.Selain itu peneliti Perancis, Charles Richet dan Paul Portier (1901) menemukan bahwa reaksi kekebalan yang diharapkan timbul dengan menyuntikkan zat toksin pada anjing tidak terjadi, bahkan yang terjadi adalah keadaan sebaliknya yaitu kematian sehingga dinamakan dengan istilah anafilaksis (tanpa pencegahan).
Pada tahun 1873 Charles Blackley mempelajari penyakit hay fever, yaitu penyakit dengan gejala klinis konjungtivitis dan rinitis, serta melihat bahwa ada hubungan antara penyakit ini dengan serbuk sari Lalu pada tahun 1911-1914, Noon dan Freeman mencoba mengobati penyakit hay fever dengan cara terapi imun yaitu menyuntikkan serbuk sari subkutan sedikit demi sedikit. Sejak itu cara tersebut masih dipakai untuk mengobati penyakit alergi terhadap antigen tertentu yang dikenal dengan cara desensitisasi.
Pada tahun 1923, Cooke dan Coca mengajukan konsep atopi (strange disease) terhadap sekumpulan penyakit alergi yang secara klinis mempunyai manifestasi sebagai hay fever, asma, dermatitis, dan mempunyai predisposisi diturunkan. Dan mulai saat itu ilmu alergi-imunologi diterapkan dalam kelainan dan penelitian di bidang alergi klinis.
Landsteiner (1900) menemukan golongan darah ABO, dan disusul dengan golongan darah rhesus oleh Levine dan Stenson (1940) , maka kelainan klinis berdasarkan reaksi imun semakin dikenal. Pada masa itu, fenomena imun yang terjadi baru dapat dijabarkan dengan istilah imunologi saja. Baru pada tahun 1939, 141 tahun setelah penemuan Jenner, Tiselius dan Kabat menemukan secara elektroforesis bahwa antibodi terletak dalam spektrum globulin gama yang kemudian dinamakan imunoglobulin (Ig). Dengan cara imunoelektroforesis diketahui bahwa imunoglobulin terdiri atas 5 kelas yang diberi nama IgA, IgG, IgM, IgD dan IgE (WHO, 1964).
2.3 Mekanisme Sistem Imun
Sistem Imun adalah semua mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat di timbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor.
Imunitas atau Sistem imun tubuh manusia terdiri dari imunitas alami atau system imun non spesifik dan imunitas adaptif atau system imun spesifik.
1.      Sistem Imun Non Spesifik
Tubuh mempunyai dua lapisan, yaitu kekebalan tubuh non spesifik dan kekebalan tubuh spesifik. Bakteri, virus, dan zat asing harus melalui sistem kekebalan nonspesifik terlebih dahulu. Jika kekebalan nonspesifik tidak mampu menghancurkannya, berikutnya zat penginfeksi trersebut akan menghadapi sistem kekebalan spesifik.
.Sistem imun non-spesifik telah berfungsi sejak lahir, merupa­kan tentara terdepan dalam sistem imun, meliputi level fisik yaitu pada kulit, selaput lendir, dan silia, kemudian level larut seperti pada asam lambung atau enzim.
Sistem imun alami atau sistem imun nonspesifik adalah respon pertahanan inheren yang secara nonselektif mempertahankan tubuh dari invasi benda asing atau abnormal dari jenis apapun dan imunitas ini tidak diperoleh melalui kontak dengan suatu antigen. Sistem ini disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu. Selain itu sistem imun ini memiliki respon yang cepat terhadap serangan agen patogen atau asing, tidak memiliki memori immunologik, dan umumnya memiliki durasi yang singkat.


a.       Kekebalan eksternal
Kekebalan eksternal terdiri dari jaringan epitelium yang melindungi tubuh kita (kulit dan kelenjar mukus) beserta sekresi yang dihasilkannya. Selain sebagai penghalang masukn ya penyakit, epitelium juga menghasilkan zat-zat pelindung. Misalnya hasil sekresi kulit bersifat asam sehingga beracun bagi bakteri. Air ludah (saliva) dan air mata juga dapat membunuh bakteri. Mukus (lendir) menjebak mikroorganisme sehingga tidak dapat masuk ke dalam saluran pencernaan dan pernafasan.
b.      Kekebalan Internal
Kekebalan internal akan melawan bakteri, virus, atau zat-zat asing yang mampu melewati kekebalan eksternal. Kekebalan internal juga rangsangan kimiawi dan melibatkan sel-sel fagostik. Sel natural killer (sel pembunuh alami). Protein anti mikroba yang melawan zat asing yang telah masuk dalam tubuh, serta peradangan (inflamasi) dan demam.
1.    Neutrofil
Neutrofil meliputi sekitar 60% sampai 70% dari semua sel darah putih (leukosit). Sel-sel yang rusak oleh mikroba yang menyerang membebaskan sinyal kimiawi yang menarik neutrofil dari darah untuk datang. Neutrofil akan memasuki jaringan yang terinfeksi. Lalu menelan dan merusak mikroba yang ada di sana (migrasi menuju sumber zat kimia yang mengundah ini disebut kemotaksis. Akan tetapi, neutrofil cenderung merusak diri sendiri ketika mereka merusak penyerang asing dan masa hidupnya rata-rata hanya beberapa hari.
2.      Mikrofag
Mikrofag akan berlekatan dengan polisakarida di permukaan tubuh mikroba dan kemudian
3.      Eosinofil
Eosinofil meliputi sekitar 1.5 % saja dari leukosit. Sumbangan untuk eosinofil pada  pertahanan adalah melawan penyerang parasitik yang berukuran lebih besar, seperti cacing darah. Eosinofil memposisikan dirinya melawan dinding eksternal parasit dan melepaskan enzim-enzim perusak dari granula sitoplasmik. Sel-sel ini mempunyai aktivitas fagostik yang terbatas (Campbell,2004).
4.      Natural Killer (Sel Pembunuh Alami)
Natural Killer (Sel Pembunuh Alami) menyerang sel parasit dengan cara mengeluarkan senyawa penghancur yang disebut perofin. Sel natural killer dapat melisiskan dan membunuh sel-sel kanker serta virus sebelum kekebalan adaptif deaktivasi. Protein anti mikroba meningkatkan pertahanan tubuh dengan menyerang mikroorganisme secara langsung maupun dengan cara menghambat reproduksi mikroorganisme. Salah satu protein antimikroba yang penting untuk melindungi sel dari serangan virus dan interfeon.
5.      Sistem Komplemen
Sistem Komplemen adalah komponen immunitas bawaan lainnya yang penting. Aktivasi sistem komplemen mengasilkan suatu reaksi biokimia yang akan melisiskan dan merusak sel asing atau sel tak berguna. Tanpa aktivasi, komponen dari sistem komplemen bertindak sebagai proenzim dalam cairan tubuh.
6.      Sitokin dan Kemokin
Sitokin dan Kemokin (Cytokine and chemokine) adalah polipeptida yang memiliki fungsi penting dalam regulasi semua fungsi sistem imun. Sitokin dan kemokin menghasilkan hubungan kompleks yang dapat mengaktifkan atau menekan respon inflamasi. Contoh sitokin yang berperan penting dalam merespon infeksi bakteri yaitu :Interleukin-1 (IL-1) dan tumor necrosis factor-a (TNF-a).
Kekebalan internal lain adalah respon peradangan (inflamasi) dan demam. Peradangan dipicu oleh trauma fisik. Panas yang berlebihan, infeksi bakteri,dll. Peradangan bersifat lokal atau hanya muncul pada daerah terinfeksi sedangkan demam menyebar keseluruh tubuh
2.      Sistem Imun Spesifik
Kekebalan adaptif dapat bersifat alami maupun buatan. Kekebalan alami pasif diperoleh bayi dari ibunya saat dalam kandungan, sedangkan kekebalan adaptif alami aktif didapat misalnya melalui infeksi (menderita penyakit terlebih dahulu). Kekebalan adaptif buatan aktif diperoleh melalui imunisasi
Sistem imun spesifik ini meliputi sel B yang membentuk antibodi dan sel T yang terdiri dari sel T helper, sel T sitotok­sik, sel T supresor, dan sel T delayed hyper­sensitivity. Salah satu cara untuk mempertahan­kan sistem imun berada dalam kondisi op­ti­mal adalah dengan asupan gizi yang baik dan seimbang.Kedua sistem imun ini bekerja sama dengan saling melengkapi secara humo­ral, seluler, dan sitokin dalam mekanisme yang kompleks dan rumit.
Imunitas ini terjadi setelah pamaparan terhadap suatu penyakit infeksi, bersifat khusus dan diperantarai oleh oleh antibody atau sel limfoid. Imunitas ini bisa bersifat pasif dan aktif.
1. Imunitas pasif, diperoleh dari antibody yang telah terbentuk sebelumnya dalam inang lain.
2. Imunitas aktif, resistensi yang di induksi setelah kontak yang efektif denga antigen asing yang dapat berupa infeksi klinis atau subklinis, imunisasi, pemaparan terhadap produk mikroba atau transplantasi se lasing.
Sistem Imun Adaptif atau sistem imun nonspesifik mempunyai kemampaun untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi dirinya. Sistem imun adaptif memiliki beberapa karakteristik, meliputi kemampuan untuk merespon berbagai antigen, masing-masing dengan pola yang spesifik; kemampuan untuk membedakan antara antigen asing dan antigen sendiri; dan kemampuan untuk merespon antigen yang ditemukan sebelumnya dengan memulai respon memori yang kuat
Berdasarkan sel yang terlibat dalam mekanisme, kekebelan adaptif dibagi menjadi dua, yaitu kekebalan humoral dan kekebalan yang diperantai sel (cell mediated immunity)
a.       Kekebalan Humoral
Unsur yang paling berperan dalam kekebalan humoral adalah antibodi yang dihasilkan oleh  sel-sel B limfosit. Antibodi ditemukan dalam humor (cairan) tubuh, misalnya darah dan cairan limfa dan berfungsi mengikat bakteri dan racun bakteri, serta menandai virus untuk dihancurkan lebih lanjut oleh sel darah putih.
b.      Kekebalan yang Diperantai Sel
        Faktor terpenting dalam kekebalan ini adalah sel-sel hidup, yaitu sel-sel T limfosit. sel-sel ini secara aktif melawan bakteri dan virus yang ada dalam sel tubuh yang terinfeksi. Sel-sel ini juga melawan protozoa, jamur, cacing parasit.
Untuk mengetahui perbedaan sistem imun spesifik dan sistem imun non spesifik dapat di lihat dalam tabel berikut.
Perbedaan sifat sistem imun non spesifik dan spesifik

Non spesifik
Spesifik
Resistensi
Tidak berubah oleh infeksi
Membaik oleh infeksi berulang
Spesifitas
Umumnya efektif terhadap semua mikroorganisme
Spesifik untuk mikroorganisme yang sudah mensintesis sebelumnya
Sel yang penting
Fagosit, Sel NK, Sel K
Limfosit
Molekul yang penting
Lizosim, Komplemen, Protein fase akut, Interferon ( sitokin )
Antibody sitokin
Sel yang berada di dalamnya
didominasi sel polimorfonuklear
didominasi selT dan sel B
Sifat
bersifat general/ umum
bersifat memori / diperlukan pajan pertama dan efektik untuk pajanan berikutnya dengan antigen yang sama
Cara kerja
cara kerja cepat
cara kerja kualitas meningkat karna memiliki sifat memory

2.4  Organ Penyusun Sistem Kekebalan Tubuh
1.    Tonsil ialah jaringan lymphatic yang terdiri dari kumpulan-kumpulan limposit dan fungsinya ialah memproduksi limposit dan antibodi yang kemudian akan masuk ke dalam cairan lymph (Kurnadi,2008:42).
2.    Limpa ialah sebuah kelenjar berwarna ungu tua yang terletak di sebelah belakang lambung. Limpa berfungsi sebagai:
1) tempat pembentukan sel darah putih
2) Tempat cadangan sel darah
3) tempat pembongkaran sel darah merah yang sudah mati
4)Tempat membunuh kuman-kuman penyakit (Syamsuri, 2007:145).
3.    Thymus suatu jaringan lymphatic yang terletak sepanjang trakea di rongga dada bagian atas.Thymus membesar sewaktu pubertas dan atrophy (mengecil) setelah dewasa. Fungsi thymus ialah memproses limposit muda menjadi Limposit T.Limposit T yang terbentuk kemudian berimigrasi menuju jaringan-jaringan limfatik lainnya (Kurnadi,2008:14). 
4.    Sumsum Tulang termasuk jaringan limfatik yang memproduksi limposit muda yang akan diproses pada thymus atau tempat-tempat lainnya untuk menjadi Limposit T dan Limposit B (Kurnadi,2008:143).

2.5   Antigen dan Antibodi
Dua substansi yang memegang peranan penting dalam sistem kekebalan adalah antigen dan antibodi.
1.      Antigen
Antigen adalah suatu substansi kimia yang mampu merangsang sistem imun (kekebalan) untuk menimbulkan respon spesifik. Contoh antigen adalah bagian luar kapsul atau dinding sel bakteri.Antigen disebut juga imunogen. Antigen merupakan bahan asing yang merupakan target yang akan dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh. Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel, tetapi dalam keadaan normal, sistem kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap selnya sendiri. Sehingga dapat dikatakan antigen merupakan sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun.
Antigen biasanya berbentuk protein atau polisakarida. Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
Pada umumnya, antigen-antigen dapat di klasifikasikan menjadi dua jenis utama, yaitu antigen eksogen dan antigen endogen.
1.      Antigen Eksogen
Antigen Eksogen adalah antigen-antigen yang disajikan dari luar kepada hospes dalam bentuk mikroorganisme,tepung sari,obat-obatan atau polutan.Antigen ini bertanggungjawab terhadap suatu spektrum penyakit manusia, mulai dari penyakit infeksi sampai ke penyakit-penyakit yang dibenahi secara immologi, seperti pada asma.
2.      Antigen endogen
Antigen endogen adalah antigen yang terdapat didalam tubuh dan meliputi antigen-antigen berikut:antigen senogeneik (heterolog), antigen autolog dan antigen idiotipik atau antigen alogenik (homolog). Antigen senogeneik adalah antigen yang terdapat dalam aneka macam spesies yang secara filogenetik tidak ada hubungannya, antigen-antigen ini penting untuk mendiagnosa penyakit.
Kelompok-kelompok antigen yang paling banyak mempunyai arti klinik adalah kelompok-kelompok antigen yang digunakan untuk membedakan satu individu spesies dengan individu spesies yang sama. Pada manusia determinan antigen semacam ini terdapat pada sel darah merah,sel darah putih trombosit, protein serum, dan permukaan sel-sel yang menyusun jaringan tertentu dari tubuh, termaksud antigen-antigen histokompatibilitas. Antigen ini dikenal antigen polomorfik, karena adanya dua atau lebih bentuk-bentuk yang berbeda secara genetik didalam populasi.
Antigen mempunyai dua ciri penting, yaitu sebagai berikut:
a. Imunogenitas : Kemampuan untuk memicu perbanyakan antibodi dan limfosit spesifik.
b. Reaktivitas : Kemampuan untuk bereaksi dengan limfosit yang teraktivasi dan antibodi yang dilepaskan oleh reaksi kekebalan.
            Selain antigen, terdapat juga molekul yang disebut dengan Hapten. Hapten adalah substansi kimiawi sederhana atau suatu bagian dari antigen yang tidak menimbulkan respon kekebalan, tetapi jika hapten berikatan dengan protein tubuh anak mengenalinya sebagai substansi berbahaya.



Contoh-contoh antigen antara lain:
1. Bakteri                                          4. Sel-sel dari transplantasi organ
2. Virus                                             5. Toksin
3. Sel darah yang asing

2.      Antibodi
Antibodi adalah protein yang dibentuk sebagai respon terhadap suatu antigen dan secara spesifik mengadakan reaksi dengan antigen tersebut. Antibodi tidak dapat menghancurkan antigen. Antibodi tidak bisa secara langsung menghancurkan antigen. Fungsi utama antibodi adalah menonaktifkan dan menandai antigen untuk penghancuran lebih lanjut. Umumnya jika antibodi bertemu dengan antigen akan terbentuk kompleks antigen-antibodi.
Antibodi disebut juga imunoglobin. Ada lima imunoglobin (Ig) utama, yaitu IgG, IgA, IgM, IgD, dan Ig E.
a.         Imunoglobin G (IgG)
Merupakan antibodi yang paling berlimpah dalam sirkulasi. Antibodi ini dengan mudah melewati dinding pembuluh darah dan memasuki cairan jaringan. IgG juga menembus plasenta dan memberikan kekebalan pasif bagi ibu ke janin. IgG melindungi tubuh dari bakteri, virus, dan toksin yang beredar dalam darah dan limfa, dan memicu kerja sistem komplemen.
b.      Imunoglobin A (IgA)
IgA dihasilkan paling banyak dalam bentuk monomer Y (suatu dimer) oleh sel-sel yang terdapat berlimpah pada membran mukosa. Fungsi utama IgA adalah untuk mencegah pertautan virus dan bakteri ke permukaan epitelium. IgA ditemukan dalam sebaguan besar sekresi tubuh, seperti ludah, keringat, dan air mata.
c.       Imunoglobin M(IgM)
Immunoglobin M ialah antibodi yang disintesis pertama kali dalam stimulus antigen. Konsentrasinya dalam darah menurun secara cepat. Hal ini diagnostik bermanfaat karena kehadiran IgM umumnya mengindikasikan adanya infeksi baru oleh patogen yang menyebabkan pembentuknya. Sintesis imunoglobin M dilakukan oleh fetus waktu intrauterin. Oleh karena tidak dapat menelan plasenta, maka IgM pada bayi yang baru lahir menunjukkan tanda-tanda infeksi intrauterin.
d.      Imunoglobin D (IgD)
Antibodi IgD tidak mengaktifkan sistem komplemen dan tidak menembus plasenta. IgD terutama ditemukan pada permukaan sel B yang kemungkinana berfungsi sebagai suatu reseptor antigen yang diperlukan untuk memulai diferensiasi sel-sel B menjadi sel plasma dan sel B memori.
e.              Immunoglobin E(IgE)
Antibodi IgE berukuran sedikit lebih besar dibandingkan dengan IgG dan hanya mewakili sebagian kecil dari total antibodi dalam darah. IgE disekresikan oleh sel plasma di kulit, mukosa, serta tonsil. Jika bagian ujung IgE terpicu oleh antigen, akan menyebabkan sel melepaskan histamin yang menyebabkan peradangan dan reaksi alergi.
2.6  Respon Kekebalan
Jika terpapar oleh suatu antigen, akan terjadi respon kekebalan. Perkenalan dengan suatu antigen akan membangkitkan respon kekebalan primer. Jika setelah beberapa waktu seseorang terkena antigen yang sama, maka akan muncul respon kekebalan sekunder.
1.      Respon Kekebalan Primer
Setelah antigen masuk ke dalam tubuh, antibodi tidak segera terbentuk di dalam serum darah. Masa antara pemberian antigen dan dibentuknya antibodi dalam serum disebut periode laten. Lama periode laten sekitar 6-7 hari. Pada periode laten, antigen disampaikan pada sel-sel yang imunokomplemen, yaitu sel B yang menghasilkan antibodi. Pada periode ini terjadi poliferase dan diferensiasi sel B.
Setelah periode laten, kemudian masuk pada tahap biosentisis. Fase awal dari periode logaritmis di dalam tubuh. Diikuti oleh fase mantap, yaitu dimana kecepatan sintesis protein  sama dengan kecepatan katabolismenya, dan diakhiri fase penurunan, yaitu dimana katabolisme antibodi lebih cepat daripada sintesisnya.


2.      Respon Kekebalan Sekunder
Pertemuan kedua antigen yang sama yang pernah diberikan sebelumnya akan membangkitkan respon kekebalan sekunder. Ketika antigen ini terpapar pada tubuh, antibodi yang masih ada dalam serum akan menyusut. Fase ini disebut dengan fase negatif. Antigen dan antibodi dalam serum kemudian akan membentuk kompleks antigen-antibodi. Jika dosis antigen sedikit, respon kekebalanyang kuat tidak akan terjadi. hal tersebut mungkin karena serum antigen tersebut telah digunakan untuk membentuk kompleks antigen-antibodi. Sebaliknya, jika dosis antigen cukup banyak, sek-sel B yang tersisa akan membentuk antibodi sehingga muncullah respon sekunder.
3.      Perbedaan Respon Primer dan Respon Sekunder
Pada perisriwa stimulasi respon primer, sel sel perkusor membelah diri dan mengadakan diferensiasi menjadi sel-sel pembentuk antibodi yang memproduksi IgM dan IgD. Selama proses terbentuk sel-sel memori yang jumlahnya masih terbatas. Menyusul respon sekunder, sel-sel sensitif terhadap antigen yang jumlahnya bertambah cepat sehingga sintesis antibodi meningkat.
Respon kekebalan sekunder yang muncul bersifat lebih cepat, lebih tahan lama, dan lebih efektif daripada respon sebelumnya. Hal itu disebabkan sistem kekebalan telah lebih siap terhadap antigen karena sel-sel memori bersiap melawan antigen. Sel-sel memori ini yang pada akhirnya akan menimbulkan memori imunologis.
2.7  Kelainan Pada Sistem Pertahanan Tubuh
Ketidakseimbangan, baik kekurangan maupun kelebihan dalam sistem pertahanan tubuh dapat menimbulkan penyakit, antara lain sebagai berikut.
1.      Imunodefisiensi
Imunodefisiensi adalah keadaan dimana sistem kekebalan seseorang sangat lemah atau tidak mampu melakukan tugasnya melawan infeksi berbahaya. Imunodefisiensi dapat terjadi karena bawaan sejak lahir maupun muncul di waktu dewasa.
Imunodefisiensi yang paling memeatikan adalah AIDS yaang disebabkan oleh HIV. HIV menghambat kertja sel T hepler sehingga menekan sistem kekebalan. Penderita AIDS umumnya meninggal karena komplikasi berbagai infeksi penyakit yang tidak dapat diatasi oleh sistem kekebalan yang lemah.
2.      Hipersensitivitas (Alergi)
Hipersensivitas adalah respon berlebihan terhadap antigen tertentu. Dalam peristiwa alergi, sistem kekebalan dapat menyebabkan kerusakan jaringan ketika berusaha melakukan perlawanan. Antigen yang menyebabkan alergi disebut alergen.
3.      Autoimunitas
Autoimunitas adalah kegagalan sistem kekebalan untuk mengenali sel tubuhnya sendiri. Sistem kekebalan menganggap sel tubuhnya sebagai antigen dan menghasilkan antibodi untuk melawannya. Contoh : penyakit Lupus.
4.      Isoimunitas
Isoimunitas adalah keadaan dimana tubuh mendapatkan kekebalan dari individu lain yang melawan sel tubuhnya sendiri. Isoimunitas dapat muncul akibat transfusi darah atau karena cangkok organ dari orang lain.



\







BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran
Imunologi adalah cabang ilmu biomedis yang berkaitan dengan respons organisme terhadap penolakan antigenic, pengenalan diri sendiri dan bukan dirinya, serta semua efek biologis, serologis dan kimia fisika fenomena imun.
Dalam menghadapi serangan benda asing yang dapat menimbulkan infeksi atau kerusakan jaringan, tubuh manusia dibekali sistem pertahanan untuk melindungi dirinya. Sistem pertahanan tubuh yang dikenal sebagai mekanisme imunitas alamiah ini, merupakan tipe pertahanan yang mempunyai spekt rum luas, yang artinya tidak hanya ditujukan kepada antigen yang spesifik. Selain itu, di dalam tubuh manusia juga ditemukan mekanisme imunitas yang didapat yang hanya diekspresikan dan dibangkit kan karena paparan antigen yang spesifik.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Kami banyak berharap para pembaca sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.








DAFTAR PUSTAKA

http://gectriisna.blogspot.com/2011/11/makalah-imunologi.html
http://lisariahnitaheryahoocoid.blogspot.com/2010/07/makalah-imunologi.html
http://lmirlankameri.blogspot.com/2011/05/makalah-lalat-crysops.html

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut