Home

Jumat, 12 September 2014

Filled Under:

prosedur pemberian obat dalam keperawatan



Prosedur Pemberian Obat dalam Keperawatan


Disusun Oleh :
Kelompok 1
Indah Puspa Pratiwi
Aida Fitria Qisti
Beta Sonya Andini
E. Nuraeni
Feby Arie Dwi Putri
Hinggit Sugiarto
Muhamad Haryadi
Ressabela Putri R
Sefti Nuraeni
Yuliyanita

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI
Jalan Babakan Sirna No. 25 Kota Sukabumi
TAHUN 2013/2014

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
            Assalamu’alaikum Wr. Wb
            Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat berkat dan rahmatnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini terdiri dari pokok pembahasan mengenai “Prosedur Pemberian Obat dalam Keperawatan” Setiap pembahasan di bahas secara sederhana sehingga mudah dimengerti.
Makalah ini membahas tentang  Pentingnya obat dalam keperawatan, Standar dan reaksi obat, Faktor yang mempengaruhi reaksi obat, Masalah dalam pemberian obat dan intervensi keperawatan, Perhitungan obat, Konsep dan tehnik cara pemberian obat melalui oral, sublingual, dan vial, Konsep dan tehnik cara pemberian obat melalui intravena (selang IV), intracutan (IC), subcutan (SC), dan intramuscular (IM), Konsep dan tehnik cara pemberian obat secara topical (kulit, mata, telinga, dan hidung), dan Konsep dan tehnik pemberian obat melalui wadah cairan intravena

Kami sadar, sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan dalam makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
            Wassalamu’alaikum Wr. Wb


Sukabumi,  September 2014

                                                                                                                       

 Penulis



Daftar Isi
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pentingnya obat dalam keperawatan
2.2  Standar dan reaksi obat
2.3  Factor yang mempengaruhi reaksi obat
2.4  Masalah dalam pemberian obat dan intervensi keperawatan
2.5  Perhitungan obat
2.6  Konsep dan tehnik cara pemberian obat melalui oral, sublingual, dan bukal
2.7  Menyiapkan obat dari ampul dan vial
2.8  Konsep dan tehnik cara pemberian obat melalui intravena (selang IV), intracutan (IC), subcutan (SC), dan intramuscular (IM)
2.9  Konsep dan tehnik cara pemberian obat secara topical (kulit, mata, telinga, dan hidung)
2.10          Konsep dan tehnik cara pemberian obat melalui anus/ rectum dan vagina
2.11          Konsep dan tehnik pemberian obat melalui wadah cairan intravena
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Salah satu tugas terpenting seorang perawat adalah member obat yang aman dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak sesuai dengan anjuran yang sebenarnya.
Seorang perawat juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien untuk menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.
Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat – obatan yang aman . Perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan . Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien . Sekali obat telah diberikan , perawat bertanggung jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi. Buku-buku referensi obat seperti , Daftar Obat Indonesia ( DOI ) ,  Physicians‘ Desk Reference (PDR), dan sumber daya manusia , seperti ahli farmasi , harus dimanfaatkan perawat  jika merasa tidak jelas mengenai reaksi terapeutik yang diharapkan , kontraindikasi , dosis , efek samping yang mungkin terjadi , atau reaksi yang merugikan dari pengobatan  ( Kee and Hayes, 1996 ).
  
BAB II
PEMBAHASAN


2.1  Pentingnya obat dalam keperawatan
Obat merupakan Semua zat kimiawi, hewani, nabati, yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan, dan mencegah penyakit/ gejalanya, yang diberikan kepada pasiendengan maksud tertentu sesuai dengan guna  obat tersebut. Pemberian obat yang aman dan akurat adalah tanggung jawab penting bagi seorang perawat. Meskipun obat menguntungkan, namun bukan berarti tanpa reaksi yang merugikan. Sebagai seorang perawat harus mengetahui prinsip-prinsip dalam pemberian obat secara aman dan benar. Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat yang paling penting.

Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum.Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu (dalam bentuk kapsul). Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan. Rencana perawatan harus mencangkup rencana pemberian obat, bergantung pada hasil pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program dokter.

Sebelum memberikan obat kepada pasien, ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan untuk menjamin keamanan dalam pemberian obat, di antaranya:
1. Tepat Obat
Sebelum mempersiapkanobat ke tempatnya petugas medis harus memerhatikan kebenaran obat sebanyak tiga kali, yakni: ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat diprogramkan, dan saat mengembalikan obat ketempat penyimpanan.
2. Dosis
Untuk menghindari kesalahan dalam pemberian obat, maka penentuan dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus; alat untukmembelah tablet; dan lain-lain. Dengan demikan, penghityungan dosis benar untuk diberikan ke pasien.
3. Tepat Pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi kebenaran obat, yaitu mencocokan nama, nomor regisyter, alamat, dan program pengobatan pada pasien.
4. Tepat Jalur Pemberian
Kesalahan rute pemberiandapat menimbulkan sistemik yang fatal pada pasien. Untuk itu, cara pemberiannya adalah dengan melihat cara pemberian/jalur obat pada label
5. Tepat Waktu
Pemberian harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan, karena berhubungan dngan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.

2.2  Standar dan reaksi obat
a.       Standart pemberian obat
Dokter, Perawat dan ahli Farmasi menggunakan standar obat untuk memastikan klien menerima obat yang alami dalam dosis yang aman dan efektif. Standar yang diterima masyarakat harus memenuhi kriteria berikut :
a)      KemurnianPabrik harus memenuhi standar kemurnian untuk tipe dan konsentrasi zat lain yang diperbolehkan dalam produksi obat.
b)      PotensiKonsentrasi obat aktif dalam preparat obat memengaruhi kekuatan atau potensi obat.
c)      BioavailabilityKemampuan obat untuk lepas dari bentuk dosisnya dan melarut, diabsorbsi , dan diangkut tubuh ketempat kerjanya disebut bioavailability.
d)      KemanjuranPemeriksaan laboratorium yang terinci dapat membantu menentukan efektivitas obat.
e)      KeamananSemua obat harus terus dievaluasi untuk menentukan efek samping obat tersebut.
Sebagai bahan atau benda asing yang masuk kedalam tubuh, obat akan bekerja sesuai dengan proses kimiawi melalui suatu reaksi obat. Reaksi obat dapat dihitung dalam satuan waktu paruh, yakni suatu interval waktu yang diperlukan dalam tubuh untuk proses eliminasi, sehingga terjadi pengurangan konsentrasi setengah dari kadar puncak obat dalam tubuh.
Ada 2 efek obat yakni efek teurapeutik dan efek samping.efek terapeutik adalah obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai kandungan obatnya seperti paliatif ( berefek untuk mengurangi gejala), kuratif ( memiliki efek pengobatan) dan lain-lain. Sedangkan efek samping adalah dampak yang tidak diharapkan, tidak bisa diramal, dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan seperti adanya alergi, toksisitas ( keracunan), penyakit iatrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain.






2.3  Factor yang mempengaruhi reaksi obat
Beberapa faktor yang memengaruhi reaksi obat di antaranya absorpsi obat, distribusi obat dalam tubuh, metabolisme (biotransformasi) obat dan ekskresi.
1.      Absorpsi Obat
Absorpsi obat merupakan proses pergerakan obat dari sumber kedalam tubuh melalui aliran darah, kecuali jenis topikal. Hal ini di pengaruhi oleh cara dan jalur pemberian obat, jenis obat, keadaan tempat, makanan dan keadaan pasien.
2. Distribusi Obat Kedalam Tubuh
Setelah obat di absorpsi, kemudian obat didistribusikan kealam darah melalui vaskular dan sistem limfatis menuju sel dan masuk kedalam jaringan tertentu. Proses ini dapat dipengaruhi oleh keseimbangan cairan, elektroit, dan keadaan patologis.
3. Metabolisme Obat
Setelah melalui sirkulasi, obat akan mengalami proses metabolisme. Obat akan ikut sirkulasi kedalam jaringan kemudian, berinteraksi dengan sel dan melakukan sebuah perubahan zat kimia hingga menjadi lebih aktif.
4. Ekskresi Sisa
Setelah obat mengalami metabolisme atau pemecahan akan terdapat sisa zat yang tidak dapat dipakai. Sisa zat ini tidak bereaksi kemudian keluar melalui ginjal dalam bentuk urine, dari interstinal dalam bentuk feses dan dari paru-paru dalam bentuk udara.

Reaksi obat di dalam tubuh tidak semuanya sama. Ada kalanya obat memiliki reaksi yang cepat dan ada kalanya memiliki reaksi yang lambat. Semuanya tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, di antaranya usia dan berat badan, jenis kelamin, faktorgenetis, faktor psikologis, kondisi patologis, waktu, cara pemberian, dan lingkungan.
Obat memiliki dua efek yakni efek terapeutik dan efek samping. Efek terapeutik obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai kandungan obatnya seperyti paliatif (berefek untuk mengurangi gejala), kuratif (memiliki efek pengobatan), suportif (berefek untuk menaikan fungsi respons tubuh), subtitutif (berefek sebagai pengganti), efek kemoterapi (berefek untuk mematikan atau menghambat), dan restoratif (berefek pada memulihkan tubuh yang sehat). Efek samping merupakan dampak yang tidak diharapkan, tidak bisa diramal, dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan seperti adnya alergi, toksisitas (keracunan), penyakit iatrogenik, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain.


2.4  Masalah dalam pemberian obat dan intervensi keperawatan
1. Menolak pemberian obat
Jika pasien menolak pemberian obat, intervensi keperawatan pertama yang dapat dilakukan adalah dengan menanyakan alasan pasien melakukan hal tersebut. Kemudian, jelaskan kembali kepada pasien alasan pemberian obat. Jika pasien terus menolak sebaiknya tunda pengobatan, laporkan ke dokter dan catat dalam pelaporan.
2. Integritas kulit terganggu
Untuk mengatasi masalah gangguan integritas kulit, lakukan penundaan dalam pengobatan, kemudian laporkan ke dokter dan catat ke dalam laporan.
3. Disorientasi dan bingung
Masalah disorientasi dan bingung dapat diatasi oleh perawat dengan cara melakukan penundaan pengobatan. Jika pasien ragu, laporkan ke dokter dan catat ke dalam pelaporan.
4. Menelan obat bukal atau sublingual
Sebagai perawat yang memiliki peran dependen, jika pasien menelan obat bukal atau sublingual, maka sebaiknya laporkan kejadian tersebut kepada dokter, untuk selanjutnya dokter yang akan melakukan intervensi.
5. Alergi kulit
Apabila terjadi alergi kulit atas pemberian obat kepada pasien, keluarkan sebanyak mungkin pengobatan yang telah diberikan, beritahu dokter, dan catat dalam pelaporan.

2.5  Perhitungan obat
Dosis adalah takaran atau jumlah, dosis obat adalah takaran obat yang bila dikelompokkan bisa dibagi :
1.      Dosis Terapi (Therapeutical Dose), yaitu dosis obat yang dapat digunakan untuk terapi atau pengobatan untuk penyembuhan penyakit.
2.      Dosis Maksimum (Maximalis Dose), yaitu dosis maksimal obat atau batas jumlah obat maksimum yang masih dapat digunakan untuk penyembuhan. Dalam buku buku standar seperti Farmakope atau Ekstra Farmakope Dosis Maksimum (DM) tercantum diperuntukkan orang dewasa
3.      Dosis Lethalis (Lethal Dose), yaitu dosis atau jumlah obat yang dapat mematikan bila dikonsumsi. Bila mencapai dosis ini orang yang mengkonsumsi akan over dosis (OD)

Cara Menghitung Dosis Maksimum Obat Dalam Resepa. DM tercantum berlaku untuk orang dewasa, bila resep mengandung obat yang ber-DM, tanyakan umurnya. Bila ada zat yang bekerja searah, harus dihitung DM searah (dosis ganda). Urutan melihat daftar DM berdasarkan Farmakope Indonesia edisi terakhir (FI. Ed.III, Ekstra Farmakope, FI. Ed.I, Pharm. Internasional, Ph. Ned. Ed. V, CMN dan lain-lain). Setelah diketahui umur pasien, kalau dewasa langsung dihitung, yaitu untuk sekali minum : jumlah dalam satu takaran dibagi dosis sekali dikali 100%. Begitu juga untuk sehari minum : jumlah sehari dibagi dosis sehari dikali 100%. Dosis Maksimum (DM) searah : dihitung untuk sekali dan sehari.

Cara menghitung Dosis Maksimum (DM) untuk oral berdasarkan :
a.       Rumus Young
Untuk umur 1-8 tahun dengan rumus : (n/n + 12) x DM (dewasa) n = umur dalam tahun
b.   Rumus Dilling
Untuk umur di atas 8 tahun dengan rumus : (n/20) x DM n = umur dalam tahun
c.   Rumus Fried
(n/150) x DM n = umur bayi dalam bulan iv).
Bila dalam berat badan
Rumus Clark (Berat badan dalam kilogram) / 70 kg x DM (dewasa)


2.6  Konsep dan tehnik cara pemberian obat melalui oral, sublingual, dan bukal
Pilihan rute pemberian obat bergantung pada kandungan obat dan efek yang diinginkan juga kondisi fisik dan mental klienPerawat sering terlibat dalam menentukan rute pemberian obat yang terbaik dengan berkolaborasi dengan dokter.
1.      Pemberian Oral
a.         Paling mudah dan paling umum digunakan.
b.         Obat diberikan melalui mulut dan ditelan.
c.        Lebih murah.
2.      Pemberian Sublingual
a.       Dirancang supaya, setelah diletakkan di bawah lidah dan kemudian larut, mudah di absorpsi
b.      Obat yang diberikan dibawah lidah tidak boleh ditelan
c.       Bila ditelan, efek yang diharapkan tidak akan dicapai
d.      Klien tidak boleh minum sampai seluruh obat larut.
3.      Pemberian Bukal
a.       Rute bukal dilakukan dengan menempatkan obat padat di membrane mukosa pipi sampai obat larut
b.      Klien harus diajarkan untuk menempatkan dosis obat secara bergantian di pipi kanan dan kiri supaya mukosa tidak iritasi
c.       Klien juga diperingatkan untuk tidak mengunyah atau menelan obat atau minum air bersama obat
d.      Obat bukal bereaksi secara local pada mukosa atau secara sistemik ketika obat ditelan dalam saliva.
4.      Keuntungan Pemberian Obat Rute Oral, Bukal, Sublingual
a.       Rute ini cocok dan nyaman bagi klien
b.      Ekonomis
c.       Dapat menimbulkan efek local atau sistemik
d.      Jarang membuat klien cemas
5.      Kerugian atau kontraindikasi
a.       Rute ini dihindari bila klien mengalami perubahan fungsi saluran cerna, motilitas menurun dan reaksi bedah bagian saluran cerna
b.         Beberapa obat dihancurkan oleh sekresi lambung
c.         Rute oral dikontraindikasikan pada klien yang tidak mampu menelan (mis, klien yang mengalami gangguan neuromuscular, striktur (penyempitan) esophagus, lesi pada mulut.
d.         Obat oral tidak dapat diberikan kepada klien yang terpasang pengisap lambung dan dikontraindikasikan pada klien yang akan menjalani pembedahan atau tes tertentu\
e.         Klien tidak sadar atau bingung, sehingga tidak mampu menelan atau mempertahankan dibawah lidah
f.           Obat oral dapat mengiritasi lapisan saluran cerna, mengubah warna gigi atau mengecup rasa yang tidak enak.

1. Pemberian Obat Melalui Oral
Pemberian obat melalui mulut dilakukan dengan tujuan mencegah, mengobati, dan mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
a. Persiapan Alat dan Bahan :
1)  Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
2) Obat dan tempatnya.
3) Air minum dalam tempatnya.
b. Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Baca obat, dengan berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu, dan tepat tempat.
4) Bantu untuk meminumkannya dengan cara:
a) Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka tuangkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke tempat obat. Jangan sentuh obat dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan pembungkusnya.
b) Kaji kesulitan menelan. Bila ada, jadian tablet dalam bentuk bubuk dan campur dengan minuman.
c) Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang membutuhkan pengkajian.
5) Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat.
6)  Cuci tangan.

2. Pemberian Obat Melalui Sublingul
Pemberian obat melalui sublingual merupakan rute pemberian obat yang absorpsinya baik melalui jaringan, kapiler di bawah lidah. Obat-obat ini mudah diberikan sendiri. Karena tidak melalui lambung, sifat kelabilan dalam asam dan permeabilitas usus tidak perlu dipikirkan.


Persiapan
a. Persiapan Alat dan Bahan :
1) Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
2) Obat yang sudah ditentukan dalam tempatnya.
b. Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3) Memberikan obat kepada pasien.
4) Memberitahu pasien agar meletakkan obat pada bagian bawah lidah, hingga terlarut seluruhnya.
5) Menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum dan berbicara selama obat belum terlarut seluruhnya.
6) Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat.
7) Cuci tangan.

3.Pemberian Obat Melalui Bukal
Pemberian obat secara bukal adalah memberika obat dengan cara meletakkan obat diantara gusi dengan membran mukosa diantara pipi. Tujuannya yaitu mencegah efek lokal dan sistemik, untuk memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan secara ora, dan untuk menghindari kerusakan obat oleh hepar.
a. Persiapan Alat dan Bahan :
1) Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
2) Obat yang sudah ditentukan dalam tempatnya.
b. Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3) Memberikan obat kepada pasien.
4) Memberitahu pasien agar meletakkan obat diantara gusi dan selaput mukosa pipi sampai habis diabsorbsi seluruhnya.
5) Menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum dan berbicara selama obat belum terlarut seluruhnya.
6) Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat.
7)  Cuci tangan.

2.7  Menyiapkan obat dari ampul dan vial

1.      Menyiapkan obat dari Ampul
a.       Persiapan alat:
1.      Catatan pemberian obat atau kartu obat
2.      Ampul obat sesuai resep
3.      Spuit dan jarum yang sesuai
4.      Kapas alcohol
5.      Kasa steril
6.      Baki obat
7.      Gergaji ampul (jika perlu)
8.      Label obat
9.      Bak spuit
10.  Bengkok
b.      Prosedur pelaksanaan
1.       Cuci tangan
2.      Siapkan peralatan
3.      Priksa label ampul dengan catatan obat atau kartu obat sesuai prinsif “lima benar”
4.      Lakukan penghitungan dosis sesuai kebutuhan.
5.      Pegang ampul dan turunkan cairan di atas leher ampul dengan cara menjentikan jari tangan pada leher ampul beberapa kali atau dengan cara memutar ampul dengan tangan searah jarum jam.
6.      Letakan kasa steril di antara ibu jari tangan anda dengan ampul kemudian patahkan keleher ampul kearah menjauhi anda dan orang disekitar.
7.      Buang leher ampul pada tempat khusus
8.      Tempatkan ampul pada permukaan yang datar
9.      Buka penutup jarum sepuit kemudian masukan jarum kedalam ampul tepat pada bagian tengah ampul.
10.  Aspirasi sejumlah cairan dari ampul sesuai dosis yang dibutuhkan.
11.  Keluarkan jarum dari ampul, tutup kembali jarum sepuit dengan teknik yang benar.
12.  Jika terdapat gelembung  udara pada spuit:
a.       Pegang sepuit secara vertical dengan jarum menghadap ke atas.
b.      Tarik pelunger kebawah dan jentikan spuit dengan jari.
c.       Dorong pelunger perlahan keatas untuk mengeluarkan udara, tetapi jaga agar tidak mengeluarkan larutan.

2.      Menyiapkan obat dari Vial
a.       Persiapan alat:
1.    Catatan pemberian obat atau kartu obat
2.      Vial obat sesuai resep
3.      Spuit dan jarum yang sesuai
4.      Kapas alcohol
5.      Kasa steril
6.      Baki obat
7.      Label obat
8.      Bak spuit
9.      Bengkok
b.      Prosedur pelaksanaan
1. Cuci tangan
2.    Siapkan peralatan
3.    Periksa label vial dengan catatan obat atau kartu obat sesuai prinsif “lima benar”
4.    Lakukan penghitungan dosis sesuai kebutuhan. Periksa kembali jumlah larutan.
5.    Hitung dosis yang diperlukan. Jika perlu, rotasikan cairan yang ada dalam vial dengan menggunakan tangan agar tercampur sempurna. Tidak boleh mengocok larutan dalam vial karena dapat menyebabkan larutan menjadi berbuih.
6.    Buka segel pada bagian tutup obat tanpa menyentuh bagian karetnya.
7.    Usap bagian karet tersebut dengan kapas alcohol.
8.    Buka tutup jarum.
9.    Masukan udara kedalam sepuit sesuai dengan jumlah obat yang dibutuhkan.
10.Dengan hati-hati, masukan jarum secara tegak lurus tepat ditengah-tengah karet darai vial.
11.Injeksi udara ke dalam vial, jaga agar ujung jarum spuit berada di atas permukaan cairan obat.
12.Aspirasi sejumlah cairan dari ampul sesuai dosis yang dibutuhkan.
13.Keluarkan jarum dari vial, tutup kembali jarum sepuit dengan teknik yang benar.
14.Jika terdapat gelembung  udara pada spuit:
a.       Pegang sepuit secara vertical dengan jarum menghadap ke atas.
b.      Tarik pelunger kebawah dan jentikan spuit dengan jari.
c.       Dorong pelunger perlahan keatas untuk mengeluarkan udara, tetapi jaga agar tidak mengeluarkan larutan.

2.8  Konsep dan tehnik cara pemberian obat melalui intravena (selang IV), intracutan (IC), subcutan (SC), dan intramuscular (IM)
1. Pemberian Obat melalui  IV

Pemberian obat intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat kedalam pembuluh darah vena menggunakan spuit. Pemberian obat secara intravena merupakan pemberian obat yang sangat berbahaya. obat tersebut bereaksi dengan cepat karena obat masuk kedalam sirkulasi klien secara langsung.
1)      Pengertian
Injeksi intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit.
2)      Tujuan
·         Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorbsi daripada dengan injeksi parenteral lain.
·         Untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan
·         Untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar
3)      Tempat injeksi
·         Pada lengan (vena basalika dan vena sefalika)
·         Pada tungkai (vena saphenous)
·          Pada leher (vena jugularis)
·         Pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis)



D.    INDIKASI PEMBERIAN OBAT MELALUI  INTRAVENA
Indikasi pemberian obat melalui intravena:
·         Pada seseorang dengan penyakit berat ,pemberian obat melalui intravena langsung masuk ke dalam jalur peredaran darah.
·         Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat menelan obat ( ada sumbatan disaluran cerna atas ).
·         Kesadaran menurun dan beresiko terjadi aspirasi ( tersedak-obat masuk ke pernapasan ), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.
·         Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui injeksi bolus(suntikan langsung pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai.
E.     KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a.    Kelebihan
Obat yang diberikan melalui jalur intravena sangat cepat bereaksi karena obat tersebut langsung masuk ke dalam sirkulasi darah pasien.
b.    Kekurangan
·         Inflamasi ( bengksk ,nyeri, demam ) dan infeksi di lokasi pemasangan infuse
·         Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena ( A-V shunt ) pada tindakan hemodialisis ( cuci darah ).
·         Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat ( misalnya pembuluh darah vena di tungkai dan kaki ).
4)      Peralatan
·         Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
·         Kapas alkohol
·         Sarung tangan
·         Obat yang sesuai
·          Spuit 2 ml – 5 ml
·         Bak spuit
·         Baki obat
·         Plester
·          Perlak pengalas
·         Pembendung vena (torniquet)
·         Kassa steril (bila perlu)
·         Bengkok
 5)      Prosedur kerja
·         Cuci tangan
·          Siapkan obat dengan prinsip 6 benar
·         Salam terapeutik
·         Identifikasi klien
·         Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
·         Atur klien pada posisi yang nyaman
·         Pasang perlak pengalas
·          Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
·         Letakkan pembendung
·         Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau rasa gatal. Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang berlebihan.
·          Pakai sarung tangan
·         Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering. Metode ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme.
·         Pegang kapas alkohol, dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan.
·         Buka tutup jarum. Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan dengan tangan non dominan. Membuat kulit menjadi lebih kencang dan vena tidak bergeser, memudahkan penusukan. Sejajar vena yang akan ditusuk perlahan dan pasti. Pegang jarum pada posisi 30.
·         Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena
·          Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit dan tangan dominan menarik plunger.
·         Observasi adanya darah pada spuit
·         Jika ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat perlahan-lahan.
·         Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan
·         Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang diberi betadin
·         Kembalikan posisi klien
·         Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan ke dalam bengkok
·         Buka sarung tangan
·          Cuci tangan
·         Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan


2.Pemberian Obat Melalui Intrakutan

Pemberian obat yang dilakukan dengan cara memasukan obat kedalam jaringan kulit yang dilakukan untuk tes alergi terhadap obat yang akan diberikan. Pada umumnya diberikan pada pasien yang akan diberikan obat antibiotik. Pemberian intrakutan pada dasarnya di bawah kulit atau di bawah dermis/epidermis. Secara umum pada daerah lengan tangan dan daerah ventral.
Alat dan Bahan
a.         Catatan pemberian obat
b.      Obat dan tempatnya
c.       Spuit 1 cc/spuit insulin
d.      Kapas alkohol dalam tempatnya
e.       Cairan pelarut
f.        Nak injeksi
g.       Bengkok
h.       Perlak dan alasnya
Prosedur kerja
a.       Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b.      Cuci tangan
c.       Bebaskan daerah yang akan dilakukan suntikan .
d.      Pasang perlak/pengalas pada daerah yang akan dilakukan injeksi intrakutan.
e.       Ambil obat yang akan dilakukan tes alergi. Kemudian larutkan/encerkan dengan aquadest  (cairan pelarut), ambil 0,55 cc dan encerkan lagi sampai 1 cc, lalu siapkan pada bak steril (bak injeksi).
f.        Desinfeksi daerah yang akan dilakukan suntikan dengan kapas alcohol.
g.       Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan disuntik/diinjeksi.
h.       Lakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap keatas membentuk sudut 15-20o terhadap permukaan kulit.
i.         Semprotkan obat hingga terjadi gelombang.
j.        Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan mesase.
k.      Catatan reaksi pemberian.
l.         Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
3.Pemberian Obat Melalui Subkutan

Pemberian obat yang dilakukan dengan suntikan di bawah kulit dapat dilakukan pada daerah lengan atas sebelah luar atau ⅓ bagian dari bahu, pada sebelah lura, daerah dada dan daerah sek
itar umbilikus (abdomen). Pemberian obat obat melalui subkutan ini umunya dilkukan dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin terdapat dua tipe larutan, yaitu jernih dan keruh.

Larutan jernih disebut juga sebgai insulin reaksi cepat. (insulin reguler). Larutan keruh terjadi karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat absorpsi obat atau juga termasuk tipe lambat. Oleh karena itu, apabila pemberian insulin dengan campuran kedua bentuk larutan tersebut, perlu diperhatikan cara mencampurnya. Insulin reguler dapat dicampur dengan semua jenis insulin lain, sedangkan insulin lente tidak dapat disampur dengan tipe lain kecuali insulin reguler. Saat pencampuran upayakan dalam mengambil larutan, jarum tidak tidak menyentuh jenis larutan yang dicampur.
Alat dan bahan
a.         Catatan pemberian obat
b.      Obat dalam tempatnya
c.       Spuit insulin
d.      Kapas alkohol dalam tempatnya
e.       Cairan pelarut
f.        Bak injeksi
g.       Bengkok
Prosedur kerja
a.         Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b.      Cuci tangan
c.       Berdasarkan daerah yang akan dilakukan suntikan. Bebaskan daerah suntikan bila pasien menggunakan pakaian berlengan.
d.      Ambil obat dalam tempanya sesuai dengan dosis yang akan diberikan. Kemudian, tempatkan pada bak injeksi.
e.       Desinfeksi dengan kapas alkohol.
f.        Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan.
g.       Lakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap keatas sudut 45o terhadap permukaan kulit.
h.       Lakukan spirasi. Bila tidak ada darah, semprotkan obat perlahan hingga habis.
i.         Tarik spuit dan tahan dengan kapas alkohol. Spuit bekas suntikan dimasukan kedalam bengkok.
j.        Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
k.      Catat prosedur pemberian obat dan respons pasien.

4. Pemberian Obat Melalui Intamuskular

Pemberian Obat denagn memasukan obat kedalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan pada daerah paha (vastus lateralis), ventrogluteal (pasien harus berbaring miring), dorsogluteal (pasien harus telungkup), dan lengan atas (delroid). Tujuan pemberian obat melalui intra muscular agar absorpsi obat  lebih cepat oleh karena vaskularitas otot.
Alat dan bahan
1.      Catatan pemberian obat
2.      Obat dalam tempatnya
3.      Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran (dewasa: panjang 2,5-3,75 cm); anak: panjang 1,25-2,5cm)
4.      Kapas alcohol dalam tempatnya
5.      Cairan pelarut
6.      Bak injeksi
7.      Bengkok
Prosedur kerja
1.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2.      Cuci tangan.
3.      Ambil obat dan masukan ke dalam spuit sesuai dengan dosis, kemudian letakan dalam bak injeksi.
4.      Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan.
5.      Desinfeksi dengan kapas alcohol.
6.      Lakukan penyuntikan.
a.    Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara meminta pasien untuk berbaring terlentang dengan lutut sedikit fleksi.
b.    Pada ventrogluteal dengan cara meminta pasien miring, telungkup, atau telentang dengan lututdan panggul pada sisi yang akan disuntik dalam keadaan fleksi,
c.     Pada dorsogluteal dengan meminta pasien untuk telungkup dengan lutut diputar kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan diletakan di depan tungkai bawah.
d.    Pada deltoid (lengan atas) dengan meminta pasien untuk duduk atau berbaring mendatar dengan lengan atas fleksi.
7.      Lakukan penusukan dengan jarum dengan possisi tegak lurus.
8.      Setelah jarum masuk, lakukan aspirsi spuit bila tidak ada darah semprotkan obat secara perlahan hingga habis.
9.      Setelah selesai ambil spuit dengan menarik spuit dan tekan daerah penyuntikan dengan kapas alcohol , kemudian spuit yang telah digunakan diletakan dibengkok.
10.  Cuci tangan setealh prosedur dilakukan.
11.  Catat prosedur dan reaksi pemberian

2.9  Konsep dan tehnik cara pemberian obat secara topical (kulit, mata, telinga, dan hidung)



1. Pada kulit
Pemberian obat yang dilakukan pada kulit dengan tujuan mempertahankan hidrasi lapisan kulit, melindungi permukaan kulit, atau mengatasi infeksi kulit. Pemberian obat kulit dapat dilakukan dengan banyak preparat, seperti krim, losion, aerosol, sprei, atau bubuk.
Alat dan bahan
a.       Obat dalam tempatnya (losion, krim, aerosol, sprei, dan bubuk)
b.        Kain kasa
c.         Kertas tisu
d.        Balutan
e.         Pengalas
f.          Air sabun dan air hangat
Prosedur kerja
a.         Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b.        Cuci tangan.
c.         Gunakan sarung tangan.
d.        Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (bila terdapat kulit yang mengeras (kerak)) atau air sabun.
e.         Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian, seperti mengoleskan, mengompres.
f.          Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
g.         Catat prosedur dan respons pasien.
2. Pada Mata
Pemberian obat pada mata dengan memberikan tetes mata atau salep mata. Prosedur ini dapat digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil; pengukuran refraksi dengan cara melemahkan otot lensa, juga digunakan untuk menghilangkan iritasi mata, dll.
Alat dan bahan
1.      Obat dalam tempatnya ( tetes steril atau salep )
2.      Plester
3.      Kain kasa
4.      Kertas tisu
5.      Balutan
6.      Sarung tangan
7.      Air hangat kapas pelembap
Prosedur kerja
1.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2.      Cuci tangan.
3.      Atur posisi pasien dengan kepala mengadah dan posisi perawat di samping kanan pasien.
4.      Gunakan sarung tangan.
5.      Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembap (atau tisu) dari sudut luar mata kea rah hidung, bila angat kotor basuh dengan air hangat.
6.      Buka mata dengan menekan perlahan bagian bawah menggunakan ibu jari telunjuk ei atas tulang orbita.
7.      Teteskan obat mata di atas sakus konjungtiva sesuai dosis. Minta pasien untuk menutup mata   dengan perlahan ketika menggunakan tetes mata.
Bila menggunakan obat mata jenis salep, pegang aplikator diatas tepi kelopak mata. Kemudian tekan tube hingga obat keluar dan berikan pada kelopak mata bawah. Setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat kebawah. Secara-bergantian, biarkan obat pada kelopak mata bagian atas dan biarkan pasien untuk memejamkan mata dan menggosok kelopak mata.
8.      Tutup mata dengan kasa bila perlu.
9.      Cuci tangan setealh prosedur dilakukan.
10.  Catat prosedur dan respons pasien.
3. Pada Telinga
            Pemberian obat yang dilakukan pada telinga dengan cara memberikan tetes telinga. Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga, khususnya pada telinga tengah (otitis eksterna). Obat yang diberika dapat berupa antibiotic (tetes atau salep).
Alat dan bahan
1.      Obat dalam tempatnya
2.      Penetes
3.      Speculum telinga
4.      Pinset anatomi dalam tempatnya
5.      Plester
6.      Kain kasa
7.      Kertas tisu
8.      Balutan
Prosedur kerja
1.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2.      Cuci tangan.
3.      Atur posisi pasien dengan kepala miring ke kanan atau ke kiri sesuai dengan daerah yang akan diobati, upayakan telinga pasien ke atas.
4.      Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas atau kebelakang (pada anak).
5.      Bila obat berpua tetes, teteskan obat pada dinding saluran untuk mencegahterhalang oleh gelembung udara dengan jumlah tetesan sesuai dosis.
Bila obat berupa salep, ambil kapas lidi, dan oleskan salep. Kemudian masukan/oleskan pada liang teinga.
6.      Pertahankan posisi kepala selama 2-3 menit.
7.      Tutup telinga dengan dengan balutan dan plester (bila perlu)
8.      Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
9.      Catat prosedur dan respons pasien.
4. Pada Hidung
Pemberian obat pada hidung dengan cara memberikan  tetes hidung. Prosedur ini dilakukan pada inflamasi hisung (rhinitis).
Alat dan bahan
1.      Obat dalam tempatnya
2.      Pipet
3.      Speculum hidung
4.      Pinset anatomi dalam tempatnya
5.      Korentang dalam tempatnya
6.      Plester
7.      Kain kasa
8.      Kertas tisu
9.      Balutan
Prosedur Kerja
1.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2.      Cuci tangan.
3.      Atur posisi pasien dengan cara:
·        Duduk di kursi dengan kepala tengadah kebelakang.
·        Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur.
·        Berbaring dengan bantal di bawah bahu dan kepala tengadah ke belakang.
4.      Berikan tetesan obat pada masing-masing lubang hidung (sesuai dosis).
5.      Pertahankan posisi kepala tetap tengadah selama 5 menit.
6.      Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
7.      Catat prosedur dan respons pasien.

2.10          Konsep dan tehnik cara pemberian obat melalui anus/ rectum dan vagina



1. Pemberian Obat melalui Anus / Rektum
Pemberian obat yang dilakukan melalui anus atau rectum dengan tujuan memberikan efek local dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut juga pemberian obat supositorium. Contoh pemberian obat yang memiliki efek local seperti pada obat dulkokal supositoria yang berfungsi secara local untuk meningkatkan defeksi. Contoh efek sistemik adalah pemberian obat aminofilin supositoria dengan fungsi mendilatasi bronchial. Pemberian obat supositoria ini diberikan tepat pada dinding mukosa rectal yang melewati sfingter anus interna. Kontraindikasi pada pasoen yang mengalami pembedahan rectal.
Alat dan bahan
1.      Obat supositorium dalam tempatnya
2.      Sarung tangan
3.      Kain kasa
4.      Vaselin/pelican/pelumas
5.      Kertas tisu
Prosedur kerja
a.       Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b.      Cuci tangan.
c.       Gunakan sarung tangan.
d.      Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
e.       Olesi ujung obat supositorium dengan pelican.
f.        Minta pasien  mengambil posisi tidur miring (Sims) lalu regangkan bokong dengan tangan kiri. Kemudian masukan supositoria dengan perlahan melalui anus, sfingter interna dan mengenai dinding rectal kurang lebih 10 cm pada orang dewasa, dan kurang lebih 5 cm pada anak/bayi.
g.       Setelah selesai, tarik jaringan dan bersihkan daerah skitar anal dengan tisu.
h.       Anjurkan klien untuk tetap berbaring telentang/miring selama kurang lebih 15 menit.
i.         Kemudian lepaskan sarung tangan dan letakan di bengkok.
j.        Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
k.      Catat prosedur dan respon pasien.
2. Pemberian Obat Melalui Vagina
Pemberin obat yang dilakukan melalui vagina yang tersedia dalam bentuk krim dan supositoria untuk mengobati infeksi local.
Alat dan bahan
a.       Obat dalam tempatnya
b.      Sarung tangan
c.       Kain kasa
d.      Kertas tisu
e.       Kapas sublimat dalam tempatnya
Prosedur kerja
a.       Jelaskan prosefur yang akan dilkukan.
b.       Cuci tangan.
c.       Gunakan sarung tangan.
d.      Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
e.       Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat.
Catatan:
Bila menggunakan obat jenis krim, isi aplikator klim atau ikuti petunjuk yang tertera pada kemasan, regangkan lipatan labia dan masukan aplikator kurang lebih 7,5 cm dan dorong penarik aplikator untuk mengeluarkan obat.Anjurkan pasien tidur dalam posisi dorsal rekumben.
f.        Bila obat jenis supositoria, buka pembungkus dan berikan pelumas pada obat. Regankan labia minora dengan tangan kiri dan masukan obat sepanjang dinding kanal vagiana posterior sampai 7,5-10 cm.
g.       Setelah obat masuk, tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar orifisium dan labila dengan tisu.
h.        Anjurkan untuk tetap pada posisinya selam 10 menit agar obat terabsorpsi.
i.         Cuci tangan setaelah prosedur dilakukan.
j.        Catat prsedur dan respons pasien

2.11          Konsep dan tehnik pemberian obat melalui wadah cairan intravena


Tindakan ini merupakan prosedur memberikan obat  dengan menambahkan obat kedalam wadah cairan intra vena. tujuannya untuk meminimalkan efek sampan dan mempertahankan  kadar terapetik obat dalam darah.
Alat dan bahan
1.      Spuit dan jarum sesui ukuran
2.      Obat dalam tempatnya
3.      Wadah cairan (kantung/botol)
4.      Kapas alcohol.
Prosedur kerja
1.      Jelaskan prosedur yang akan dikerjakan.
2.      Cuci tangan.
3.      Periksa identitas pasien dan ambil obat serta masukan kedalam spuit.
4.      Cari tempat untuk menyuntikan obat pada kantung.
5.      Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan hentikan aliran cairan.
6.      Lakukan penyuntikan dengan menusukan jarum spuit kedalam kantung /wadah cairan.
7.      Setelah selesai, tarik spuit dan campurkan lautan dengan membolak-balikan kantung cairan dengan seksama dan perlahan.
8.      Atur kecepatan aliran cairan kembali.
9.      Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
10.  Catat prosedur dan kaji respons pasien.

























BAB III
PENUTUP











Daftar pustaka


-Kee, Joyce L. 1996. Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Joonoes, Nanizar Zaman. Ars Prescribendi Resep Yang Rasional. Surabaya: Airlangga University Press
Hidayat, A.Aziz Alimul, 2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Joyce, K & Everlyn, R.H. (1996). Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta : EGC
·         Potter, Perry, 2006. Fundamental Keperawatan: Volume 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner dan Suddarth., Edisi 8, EGC : Jakarta

-http://rizkaindanazulva.wordpress.com/2011/03/15/sistem-penghitungan-dan-pengukuran-obat/


0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut