Home

Selasa, 09 September 2014

Filled Under:

Pokok-Pokok Ajaran Islam tentang Pencegahan Penyakit dan Pengobatannya

MAKALAH
Pokok-Pokok Ajaran Islam tentang Pencegahan Penyakit dan Pengobatannya


Disusun Oleh :
1.      Indah Puspa Pratiwi
2.      Yuliyanita
3.      Rima Wulandari
4.      Eneng Firasati Lailiya
5.      Widya Marwah
6.      Lisnawati
7.      Elya Nuraeni
8.      Nurmalia
9.      Aida Fitria Qisti



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI
Jalan Babakan Sirna No. 25 Kota Sukabumi
2013
LEMBAR PERNYATAAN
Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa penyusunan makalah yang berjudul Pokok-Pokok Ajaran Islam tentang Pencegahan Penyakit dan Pengobatannya ini kami buat dengan sebenar-benarnya dengan mengambil sumber dari media elektronik dan buku yang berkaitan dengan materi ini.
Makalah ini dibuat setelah dilakukan diskusi kelompok untuk membahas dan menyamakan presepsi tentang materi tersebut. Jadi berbagai materi yang ada di makalah ini sudah merupakan hasil diskusi berdasarkan sumber yang kami dapat.



















KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kelompok kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul :Pokok-Pokok Ajaran Islam tentang Pencegahan Penyakit dan Pengobatannya
Kami menyadari bahwa didalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,  kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karena itu dengan rendah hati kami berharap kepada pembaca untuk memberikan masukan, saran dan kiritik yang sifatnya membangun guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
                                                           



Sukabumi, November 2013

Penulis







DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
1.2  Rumusan Masalah
1.3  Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hal-hal yang menyebabkan munculnya penyakit
2.2 Pokok-pokok ajaran Islam tentang pemeliharaan/peningkatan kesehatan
2.3 Pokok-pokok ajaran Islam tentang pencegahan penyakit
2.4 Pokok-pokok ajaran Islam tentang pengobatan
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA








BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kita semua pasti sepakat bahwa salah satu karunia yang sangat berharga dalam hidup ini adalah kesehatan. Agar sehat, kita sering kali tidak merasa sayang menghabiskan uang yang tidak sedikit. Kita tiba-tiba menjadi tunduk dan patuh pada saran dan nasehat dokter atau tenaga terapi lainnya dan siap menjauhi segala larangannya karena ingin sehat. Bahkan yang lebih parah lagi, ada juga yang bersedia mengorbankan aqidah dan keimanannya demi untuk sehat.
Dapat dipastikan tidak seorangpun menginginkan sakit. Karena sakit identik dengan penderitaan, kesulitan dan keterbatasan. Namun tahukah kita, bahwa sakit adalah sunnatullah yang telah menyatu dengan kehidupan semua makhluk hidup di alam ini. Suka atau tidak, penyakit telah menjadi bagian dari kehidupan kita yang nyata adanya.
Selaiknya penyakit tidak harus selalu dilihat dari sudut pandang negatif. Keberadaan penyakit memang membawa kerugian bagi si penderita, namun sebaliknya ada banyak keuntungan yang didapat dari penyakit dan penderitanya. Tidak dapat disangkal ilmu kedokteran dan juga bidang-bidang ilmu yang lain bisa jadi tidak akan semaju seperti sekarang ini jika Allah tidak menurunkan penyakit yang begitu beragam dan banyak jumlahnya.
Meskipun ada hikmah dari keberadaan penyakit, tetap saja sehat jauh lebih baik daripada sakit. Menjadi orang yang sehat tanpa ada gangguan penyakit memungkinkan seseorang untuk menjadi lebih produktif dalam bekerja, lebih banyak beribadah dan lebih berbahagia. Itulah mengapa Rasulullah menyebutkan sehat itu adalah kenikmatan. Namun sayangnya, justru nikmat sehat inilah yang paling sering dilupakan atau jarang disadari oleh kebanyakan manusia.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Sebutkan hal-hal yang menyebabkan munculnya penyakit!
2.      Jelaskan pokok-pokok ajaran Islam tentang pemeliharaan/peningkatan kesehatan!
3.      Bagaimana pokok ajaran Islam tentang pencegahan penyakit?
4.      Bagaimana pokok-pokok ajaran Islam tentang pengobatan?
1.3  Tujuan
1.      Menyebutkan hal-hal yang menyebabkan munculnya penyakit
2.      Memahami pokok-pokok ajaran Islam tentang pemeliharaan/peningkatan kesehatan
3.      Mengetahui pokok ajaran Islam tentang pencegahan penyakit
4.      Mengetahui bagaimana pokok-pokok ajaran Islam tentang pengobatan




BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hal-Hal yang Menyebabkan Munculnya Penyakit
Penyakit merupakan salah satu gangguan kehidupan manusia yang telah dikenal orang sejak dahulu. Pada mulanya, konsep terjadinya didasarkan pada adanya gangguan makhlus halus atau karena kemurkaan dari Yang Maha Pencipta hingga saat ini masih banyak kelompok masyarakat di negara berkembang yang menganut konsep tersebut. Di lain pihak masih ada gangguan kesehatan/penyakit yang belum jelas penyebabnya, maupun proses kejadiannya.
Hipocrates telah mengembangkan teori bahwa timbulnya penyakit disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang meliputi air, udara, tanah, cuaca, dan lain sebagainya. Namun demikian dalam teori tidak dijelaskan bagaimana kedudukan manusia dalam interaksi tersebut, serta tidak dijelaskan faktor lingkungan bagaimana yang dapat menimbulkan penyakit.
Pengertian penyebab penyakit dalam epidemiologi berkembang dari rantai sebab akibat ke suatu proses kejadian penyakit, yakni proses interaksi antara manusia (pejamu) dengan berbagai sifatnya (biologis, filosofis, psikologis, sosiologis, antropologis) dengan penyebab serta dengan lingkungan.
Dalam teori keseimbangan, maka interaksi antara ketiga unsur tersebut harus dipertahankan keadaan keseimbangannya. Dan bila terjadi gangguan keseimbangan antara ketiganya, akan menyebabkan timbulnya penyakit tertentu. Pada keadaan normal, kondisi keseimbangan  proses interaksi tersebut dapat dipertahankan melalui intervensi alamiah terhadap salah satu  dari ketiga unsur tersebut diatas, maupun melalui usaha tertentu manusia dalam bidang pencegahan maupun dalam bidang peningkatan derajat kesehatan.
1.      Unsur penyebab
Pada dasarnya, tidak satupun penyakit dapat timbul hanya disebabkan oleh satu faktor penyebab tunggal semata. Pada umumnya kejadian penyakit disebabkan oleh berbagai unsur yang secara bersama-sama mendorong terjadinya penyakit. Namun demikian, secara dasar, unsur penyebab penyakit dapat dibagi dalam dua bagian utama, yakni:
1.      Penyebab Kausal Primer
Unsur ini dianggap sebagai faktor kausal terjadinya penyakit, dengan ketentuan bahwa walaupun unsur lain ada, belum tentu terjadi penyakit, tetapi sebaliknya. Pada penyakit tertentu, unsur ini dijumpai sebagai unsur penyebab kausal. Unsur penyebab kausal ini dapat dibagi dalam 5 kelompok utama
a.       Unsur Penyebab biologis yakni semua unsur penyebab yang tergolong makhluk hidup termasuk kelompok mikro-organisme seperti virus, bakteri, protozoa, jamur, kelompok cacing, dan insekta. Unsur penyebab ini pada umumnya dijumpai pada penyakit infeksi dan penyakit menular.
b.      Unsur penyebab nutrisi yakni semua unsur penyebab yang termasuk golongan zat nutrisi dan dapat menimbulkan penyakit tertentu karena kekurangan maupun kelebihan zat nutrisi tertentu seperti protein, lemak, hidrat arang, vitamin, mineral, dan air.
c.       Unsur penyebab kimiawi yakni unsur dalam bentuk senyawaan kimia yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan/penyakit tertentu. Unsur ini pada umumnya berasal dari luar tubuh termasuk berbagai jenis zat racun, obat-obatan keras, berbagai senyawaan kimia tertentu, dan lain sebagainya. Bentuk senyawaan kimia ini dapat berbentuk padat, cair, uap, maupun gas. Ada pula senyawaan kimiawi sebagai hasil produk tubuh (dari dalam) yang dapat menimbulkan penyakit tertentu seperti kolesterol.
d.      Unsur penyebab fisika yakni semua unsur yang dapat menimbulkan penyakit melalui proses fisika misalnya panas (luka bakar), irisan, tikaman, pukulan, radiasi, dll. Proses kejadian penyakit dalam hal ini terutama melalui proses fisika yang dapat menimbulkan kelainan dan gangguan kesehatan.
e.       Unsur penyebab psikis yakni semua unsur yang bertalian dengan kejadian penyakit gangguan jiwa serta gangguan tingkah laku sosial. Unsur penyebab ini belum jelas proses  dan mekanisme kejadian dalam timbulnya penyakit, bahkan sekelompok ahli lebih menitikberatkan kejadian penyakit pada unsur penyebab genetika. Dalam hal ini kita harus berhati-hati terhadap faktor lingkungan sosial yang bersifat nonkausal serta lebih menampakkan diri dalam hubungannya dengan proses kejadian penyakit maupun gangguan kejiwaan

2.      Penyebab Nonkausal (Sekunder)
Penyebab sekunder merupakan unsur pembantu/penambah dalam proses kejadian penyakit dan ikut dalam hubungan sebaba akibat terjadinya penyakit. Dengan demikian, maka dalam setiap analisis penyebab penyakit dan hubungan sebab akibat terjadinya penyakit, kita tidak hanya terpusat pada penyebab kausal primer semata, tetapi harus memperhatikan semua unsur lain diluar unsur penyebab kausal primer.  Hal ini didasari pada ketentuan bahwa pada umumnya kejadian setiap penyakit sangat dipengaruhi oleh berbagai umsur yang berinteraksi dengan unsur penyebab dan ikut dalam proses sebab akibat. Sebagai contoh pada penyakit kardiovaskuler, tiberkulosis, kecelakaan lalu lintas, kejadian tidak dibatasi hanya pada penyebab kausal saja, tetapi harus dianalisis dalam bentuk suatu rantai sebab akibat dimana peranan unsur penyebab sekunder sangat kuat dalam mendorong penyebab kausal primer untuk dapat secara bersama-sama menimbulkan penyakit.
2.      Unsur Pejamu (Host)
Unsur pejamu (host) terutama pejamu manusia dapat dibagi dalam dua kelompok sifat umum yaitu: pertama, sifat yang erat hubungannya dengan manusia sebagai makhluk biologis dan kedua, sifat manusia sebagai makhluk sosial.
A.    Manusia sebagai makhluk biologis memiliki sifat biologis tertentu seperti :
1.      Umur, jenis kelamin, ras, keturunan
2.      Bentuk anatomis tubuh
3.      Fungsi fisiologis tubuh
4.      Keadaan imunitas serta reaksi tubuh terhadap berbagai unsur dari luar maupun dari dalam tubuh sendiri
5.       Kemampuan interaksi antara pejamu dengan penyebab secara biologis
6.      Status gizi dan status kesehatan secara umum
B.     Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai berbagai sifat khusus seperti :
1.      Kelompok etnik termasuk adat, kebiasaan, agama, dan hubungan keluarga serta hubungan sosial masyarakat.
2.      Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial sehari-hari termasuk kebiasaan hidup sehat
Keseluruhan unsur tersebut di atas merupakan sifat karakteristik individu sebagai pejamu dan ikut memegang peranan dalam proses kejadian penyakit.

3.      Unsur Lingkungan (Environment)
Unsur lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam menentukan terjadinya proses interaksi antara pejamu dengan unsur penyebab dalam proses terjadinya penyakit. Secara garis besarnya, maka unsur lingkungan dapat dibagi dalam tiga bagian utama.
A.    Lingkungan Biologis
Segala flora dan fauna yang berada di sekitar manusia yang antara lain meliputi :
1.      Berbagai mikro organisme patogen yang tidak patogen
2.      Berbagai binatang dan tumbuhan yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia, baik sebagai sember kehidupan (bahan makanan dan obat-obatan), maupun sebagai sumber penyakit.
3.      Fauna sekitar manusia yang berfungsi sebagai vektor penyakit tertentu terutama penyakit menular
Lingkungan biologis tersebut sangat berpengaruh dan memegang peranan yang paling penting dalam interaksi antara manusia sebagai pejamu dengan unsur penyebab, baik sebagai unsur lingkungan yang menguntungkan manusia (sebagai sumber kehidupan) mauoun yang mengancam kehidupan/kesehatan manusia.
B.     Lingkungan Fisik
Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara langsung maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia. Lingkungan fisik meliputi :
1.      Udara, keadaan cuaca, geografis, geologis
2.      Air,baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai bentuk pencemaran pada air
3.      Unsur kimiawi lainnya pencemaran udara, tanah, dan air, radiasi dll.
Lingkungan fisik ini ada yang terbentuk secara alamiah tetapi banyak pula timbul akibat manusia sendiri.


C.     Lingkungan Sosial
Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik, sistem organisasi, serta institusi/peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang membentuk masyarakat tersebut.

Dari keseluruhan unsur tersebut di atas, dimana hubungan interaksi antara satu dengan yang lainnya akan menentukan proses dan arah dari proses kejadian penyakit, baik pada perorangan, maupun dalam masyarakat. Dengan demikian maka terjadinya suatu penyakit tidak hanya ditentukan oleh unsur penyebab semata, tetapi yang utama adalah bagaimana rantai penyebab dan hubungan sebab akibat dipengaruhi oleh berbagai faktor maupun unsur lainnya. Oleh sebab itu, maka dalam setiap proses terjadinya penyakit, selalu kita memikirkan adanya penyebab majemuk.
2.2 Pokok-Pokok Ajaran Islam tentang Pemeliharaan/Peningkatan Kesehatan
Islam memiliki perbedaan nyata dengan agama-agama lain di muka bumi ini. Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Sang Khalik dan alam surga tetapi islam memiliki aturan dan tuntutan yang bersifat komprehensif, harmonis, jelas, dan logis. Salah satu kelebihan islam adalah mengajarkan kesehatan bagi individu maupun masyarakat.
Islam memerintahkan dan menegaskan umatnya untuk memelihara kesehatan dan melakukan upaya peningkatan kesehatan sebagai tanda syukur kepada nikmat Allah swt. Tujuan islam mengajarkan hidup bersih dan sehat adalah menciptakan individu dan masyarakat yang sehat jasmani, rohani, dan sosial sehingga umat manusia mampu menjadi umat pilihan.
Usaha yang dapat dilakukan manusia untuk memelihara kesehatan dan meningkatkan kesehatannya antara lain:
1.      Hidup Bersih dan Sehat
Kebersihan merupakan sebagian dari iman, maka tidak heran jika islam menekankan kebersihan sebagai suatu yang penting untuk memelihara kesehatan. Hidup bersih memiliki artian bersih secara fisik maupun mental. Fisik berarti kebersihan yang bersifat badaniyah dari ujung rambut hingga ujung kaki. Selain fisik, pola hidup pun harus bersih seperti lingkungan tempat tinggal harus tetap terjaga dan terhindar dari ancaman penyakit. Bersih mental berarti akal dan hati tetap harus bersih dan selalu optimis dalam menghadapi kehidupan karena faktor mental dapat mempengaruhi tingkat kesehatan manusia.
2.      Memperbanyak Amalan Ibadah
Islam mengajarkan banyak amalan-amalan yang bernilai ibadah yang juga bermanfaat bagi kesehatan jiwa dan raga, contohnya adalah perintah untuk melaksanakan shalat. Gerakan-gerakan shalat, dapat memelihara sekaligus meningkatkan kesehatan jiga dilaksanakan dengan benar, selain gerakan yang bermanfaat untuk kesehatan, shalat pun dapat merelaksasi pikiran dan dapat mendekatkan diri pada Sang Pencipta.
3.      Mengkonsumsi Makanan yang Halal dan Baik
Menu makanan yang berfaedah terhadap kesehatan jasmani, seperti tumbuh-tumbuhan, daging binatang darat, daging binatang laut, segala sesuatu yang dihasilkan dari daging, madu, kurma, susu, dan semua yang baergizi. Tata makanan. Islam melarang berlebih-lebihan dalam hal makanan, makan bukan karena lapar hingga kekenyangan, diet ketika sedang sakit, memerintahkan puasa agar usus dan perut besarnya dapat beristirahat dan tidak berbuka puasa dengan berlebih-lebihan dan melampaui batas. Mengharamkan segala sesuatu yang berbahaya bagi kesehatan, seperti bangkai, darah, dan daging babi.
4.      Melakukan Olahraga secara Rutin
Islam menegaskan pentingnya olahraga untuk menciptakan generasi yang sehat dan kuat. Oleh karenanya, islam mengajarkan setiap muslim untuk mengajarkan anak-anaknya bagaimana cara memanah, berenang, dan berkuda.  Tidak seorangpun ahli medis baik muslim maupun non muslim yang meragukan manfaat olahraga bagi kesehatan manusia. Olahraga merupakan kebutuhan hidup manusia, sebab apabila seseorang melakukan olahraga secara teratur, akan membawa pengaruh baik terhadap perkembangan jasmaninya. Selain berguna bagi perkembangan jasmani, olahraga juga memberikan pengaruh pada rohaninya, pengaruh tersebut dapat memberikan efisiensi kerja terhadap alat tubuh sehingga peredaran darah, pernafasan dan pencernaan menjadi teratur.


5.      Mengkontrol Kondisi Fisik secara Berkala
Mengkontrol kondisi fisik secara berkala merupakan usaha untuk terus meningkatkan kesehatan. kini, banyak sektor yang dapat digunakan masyarakat untuk mengetahui kondisi fisiknya agar tetap sehat dan terhindar dari penyakit seperti puskesmas, klinik, ataupun rumah sakit. Hal ini sangat efektif untuk meningkatkan kesehatan.
2.3 Pokok-Pokok Ajaran Islam tentang Pencegahan Penyakit
Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna, demikian disebutkan oleh Hasan Al-Banna, seorang tokoh pergerakan yang sangat fenomenal di Mesir. Untuk mengetahui integralitas dan kesempurnaan ajaran Islam, tidak bisa tidak, kita harus melibatkan hadits-hadits Rasulullah untuk melakukan eksplorasi praktek dan implementasi nilai dan ajaran Islam dalam kehidupan beliau. Sebab Nabi Muhammad adalah model dalam praktek seluruh ajaran Islam yang Allah sebut sebagai uswah hasanah (suri tauladan).
Dalam hal kesehatan, kita jumpai begitu banyak arahan di seputar masalah ini dari hadits-hadits Rasulullah. Baik yang bersifat qauliy (ucapan) ataupun fi’liy (perbuatan). Dari hadits-hadits tersebut secara ringkas dapat disimpulkan ada beberapa prinsip tentang kesehatan dalam Islam, sebagai berikut:
1. Menjaga Kebersihan Badan, Pakaian dan Tempat Tinggal
Sabda Rasulullah, “Kebersihan adalah separuh dari keimanan”. Hadits ini menjadi dasar yang sangat kuat bahwa Islam sangat mementingkan urusan ini. Hampir tidak dijumpai agama selain Islam yang begitu detil mengatur masalah kebersihan badan, pakaian dan tempat tinggal. 
2. Menjalani Pola Hidup Islami 
Seperti anjuran Rasulullah untuk berolahraga, makan ketika lapar dan berhenti makan sebelum kenyang, tidur lebih awal dan bangun lebih pagi, dan lain-lain.
3. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal dan thayyib (berkualitas)
Kita makan dan minum bukan hanya sekedar untuk memenuhi rasa lapar, oleh karenanya Islam mengarahkan agar kita selektif memilih makanan, karena tidak setiap jenis makanan atau minuman baik dan berguna untuk tubuh kita. Sabda Rasulullah, “ tidak aku jumpai tempat yang lebih buruk pada diri manusia selain perut mereka”. Allah turunkan beberapa jenis makanan dan minuman yang haram dikonsumsi disamping karena telah terbukti tidak thayyib (berkualitas) juga sebagai suatu cara Allah untuk menguji ketaatan dan ketundukan kita terhadap-NYa
4.  Menghindari daerah wabah 
Rasulullah pernah melarang para sahabat mendekati daerah yang terjangkit wabah penyakit menular. Pada kesempatan lain Rasulullah berpesan,“Larilah (jauhilah) penyakit menular seperti kalian lari dari (serangan) singa” 
5.  Menghindari segala yang dapat menimbulkan bahaya
“Tidak boleh membahayakan (diri) dan tidak boleh membahayakan (orang lain)”. Sabda Rasulullah ini sangat terkenal bahkan para ulama menjadikannya salah satu kaidah dalam penetapan hukum Islam.
6. Menjalankan ibadah-ibadah yang diperintahkan Allah
Dalam menjalankan ibadah-ibadah tersebut, terdapat banyak hikmah dan manfaat, termasuk di dalamnya hikmah dan manfaat kesehatan. Puasa sebagai contoh, adalah suatu ibadah yang telah dibuktikan memberi manfaat kesehatan bagi orang yang melaksanakannya. Sabda Rasulullah, “puasalah, kalian pasti akan sehat”.
Imunisasi sebagai cara pencegahan penyakit
Jika diperhatikan, dari sekian banyak prinsip-prinsip kesehatan Islam diatas. Kita akan dapati bahwa sebagian besar prinsip-prinsip tersebut berkenaan dengan bagaimana melakukan usaha-usaha pencegahan terhadap timbulnya penyakit. Dan ini sangat sesuai dengan prinsip kesehatan yang sangat terkenal; mengegah lebih baik daripada mengobati.
Bahkan bukan hanya melalui cara-cara yang biasa dilakukan untuk tujuan ini, Rasulullah juga mengajarkan kepada kita cara mencegah penyakit yang bersifat ruhiy-tabbudiy (cara-cara spiritual) yaitu dengan senantiasa membaca doa wirid pagi dan sore yang isinya permohonan agar Allah senantiasa memberi kesehatan badan, pendengaran dan penglihatan kita. Sebab kesehatan adalah karunia yang sangat berarti bagi manusia. 
Upaya-upaya pencegahan penyakit seperti yang anjurkan agama, sesungguhnya membuka ruang yang sangat luas terhadap berbagai pilihan-pilihan. Imunisasi adalah salah satu pilihan. Sebab sebagaimana diketahui imunisasi dimaksudkan agar tubuh memiliki kekebalan terhadap jenis-jenis penyakit tertentu. Dengan melakukan cara ini, dimungkinkan seseorang akan kebal terhadap beberapa macam penyakit yang berbahaya. Tujuan imunisasi ini tentu sangat singkron dengan prinsip-prinsip kesehatan di atas dimana Islam menghendaki ummatnya selalu dalam kondisi sehat dan terjauh dari penyakit. 
Namun belakangan kita mendengar berita-berita yang kurang menggembirakan tentang pelaksanaan imunisasi yang berdampak buruk terhadap sejumlah anak dan orang dewasa yang diimunisasi. Dan yang lebih mengagetkan lagi, ternyata ada jenis-jenis vaksin tertentu yang bercampur dengan bahan-bahan yang tidak halal dalam proses pembuatannya. Dua hal yang menyalahi prinsip-prinsip kesehatan dalam Islam. Inilah kemudian yang memunculkan beberapa reaksi negatif di masyarakat. Dampaknya adalah keraguan –terutama dari kalangan kaum muslimin- untuk melakukan imunisasi. Bahkan sebagian telah sampai pada kesimpulan bahwa imunisasi haram karena dapat menimbulkan bahaya dan tidak halal.
Sayangnya, sampai sekarang Pemerintah kita belum memberikan tanggapan secara resmi dan serius terhadap keraguan masyarakat di seputar masalah imunisasi . Sehingga menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat tentang pemanfaatan program pemerintah ini. Sebagian menolak dengan alasan berbahaya dan tidak halal, dan sebagian lagi tetap menerima karena belum ada kejelasan tentang halal haramnya dari lembaga yang berwenang, adapun kejadian-kejadian tragis yang menimpa beberapa orang setelah diimunisasi hanya bersifat kasus yang tidak semua orang mengalaminya.
Menyikapi pro kontra yang sekarang berkembang di masyarakat, tentu kita harus lebih arif dan tidak bersikap terburu-buru. Kita sangat berharap ada klarifikasi dari Pemerintah -sebagai pihak yang bertanggung jawab- terkait berita yang berkembang selama ini. Namun sementara kita menunggu, kita tetap harus waspada dan berhati-hati terhadap kemungkinan-kemungkinan datangnya penyakit yang tidak pernah diundang tersebut. Beberapa waktu yang lalu umpamanya, kita dikejutkan dengan berita banyaknya masyarakat kita yang menderita lumpuh layu. Sehingga akhirnya Pemerintah menggalakkan imunisasi Polio di semua wilayah di Indonesia. Sebagaimana prinsip di atas, kita tidak boleh membiarkan penyakit, apalagi jika penyakit tersebut dapat menjadi wabah yang dapat menjangkiti banyak orang.
Memang upaya-upaya pencegahan penyakit seperti yang anjurkan agama, membuka ruang yang sangat luas terhadap berbagai pilihan-pilihan. Imunisasi adalah salah satu pilihan. Tentu saja bagi mereka yang merasa ragu atau menolak untuk menggunakan cara imunisasi/vaksinasi, harus mencari alternatif lain yang dibenarkan untuk melakukan pencegahan-pencegahan terhadap datangnya penyakit. Selama pilihan-pilihan itu dilakukan dengan pemahaman dan pengetahuan yang memadai, maka itu dapat dibenarkan untuk dilakukan. 
2.4 Pokok-Pokok Ajaran Islam tentang Pengobatan
Bahasa Arab obat adalah syifa’. Di dalam al-Qur’an kata syifa’ dan derifatnya digunakan sebanyak 8 kali, yaitu pada QS. 9:14, QS. 26:80, QS. 10:57, QS. 41:44, QS. 16:69, QS. 17:82, QS. 3:103, QS. 9:109. Dari ayat-ayat tersebut dan ayat-ayat lain yang terkait dengan kesehatan secara umum, penulis menyimpulkan beberapa point tentang obat dan kesehatan dalam perspektif al-Qur’an, yaitu:
1.Penjelasan tentang aqidah. Al-Qur’an menegaskan bahwa yang menyembuhkan orang sakit adalah Allah swt.
2.Penjelasan tentang kebijakan kesehatan masyarakat dan individu. Al-Qur’an memberi gambaran bahwa usaha-usaha preventif (pencegahan) harus lebih didahulukan daripada usaha kuratif (pengobatan).
3.Penjelasan tentang penyakit. Al-Qur’an memberikan gambaran bahwa penyakit digolongkan menjadi dua, yaitu penyakit hati (maa fish-shuduur) dan penyakit badan/jasmani. Oleh karena itu, definisi sehat harus mencakup kedua hal tersebut.
4.Penjelasan tentang obat. Karena penyakit dibagi dalam dua golongan, obat pun dibagi dua golongan yaitu obat penyakit hati dan obat penyakit jasmani. Al-Qur’an menunjukkan bahwa Al-Qur’an dan madu bisa berfungsi sebagai obat.
Berikut penjelasan point-point di atas:
1.      Al-Qur’an mengingatkan kepada umat Islam bahwa yang memberikan kesembuhan adalah Allah swt. Allah-lah yang berkuasa memberi kesembuhan.
Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku (Q.S. Asy-Syu’ara’: 80)
Ayat di atas menegaskan suatu keyakinan yang harus dipegang oleh umat Islam, yaitu Allah-lah yang memberi kesembuhan. Di dalam tafsirnya, Al-Maroghi dan Al-Harari mengatakan ketika aku sakit, tidak ada seorangpun selain Allah yang bisa memberiku obat. Tidak juga dokter (al-Maroghi, tt: 19/72; Al-Harari, tt: 20/223). Ayat ini mengandung nilai:
a. Mendorong kepada penderita penyakit dan keluarganya untuk tetap optimis akan kesembuhannya dan tidak berputus asa melakukan berbagai usaha serta berdoa memohon kepada Allah swt untuk memberikan obat atas penyakit yang dideritanya. Allah swt Maha Kuasa sehingga tidak ada satu penyakitpun yang tidak bisa disembuhkan oleh Allah swt.
b. Mengingatkan kepada para praktisi kesehatan, bahwa pada hakekatnya yang menyembuhkan penderita dari penyakitnya adalah Allah swt. Mereka hanyalah sebagai perantara bukan pemberi kesembuhan yang hakiki. Allah-lah yang menentukan kesembuhan seseorang. Segala sesuatu terjadi hanya atas izin Allah. Dengan demikian, para praktisi kesehatanpun akan selalu memohon kepada Allah untuk memberi kesembuhan kepada pasiennya dan merekapun insya Allah akan terhindar dari sikap sombong dan membanggakan diri.
c. Selain itu, ayat di atas juga mengandung nilai bahwa obat dan kondisi sehat merupakan nikmat Allah swt yang harus disyukuri. Al-Maroghi ketika menafsiri ayat di atas menjelaskan bahwa ketika aku sakit, Allah-lah yang memberiku nikmat berupa obat (Al-Maroghi, tt: 19/72). Adapun cara mensyukuri nikmat sehat tersebut yaitu dengan menjaga kesehatan tersebut agar terhindar dari berbagai penyakit, dan menggunakan nikmat kesehatan itu untuk beribadah dan beraktifitas yang selaras dan sesuai dengan aturan dan syari’at Allah swt. Jangan sampai manusia lupa diri akan nikmat sehat tersebut dan menggunakannya untuk bermaksiat kepada Allah swt sebagaimana diperingatkan oleh Allah pada ayat berikutnya.
Dan apabila Kami berikan nikmat kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa.
2.      Preventif didahulukan daripada kuratif.
Selama ini, program Pemerintah Indonesia di bidang kesehatan terfokus pada upaya mengobati (kuratif). Hal ini misalnya nampak pada pengalokasian anggaran, di mana sekitar 85 persen anggaran di bidang kesehatan dialokasikan pada upaya penyembuhan. Kebijakan tersebut ternyata berdampak buruk pada angka kesehatan. Prof Does Sampoerno dr MPH, Ketua Kolegium Keilmuan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) berkata, “Kalau kita hanya berkutat pada paradigma kuratif, penyakit-penyakit menular dan berbahaya yang banyak berkembang saat ini tidak akan bisa kita cegah. Kita harus melompat dari paradigma lama ke pola pikir baru. Yaitu bagaimana melakukan upaya promosi, preventif, dan proteksi serta pembangunan yang berkualitas.” Menurutnya, program kuratif kerap menyesatkan pemikiran masyarakat yang menganggap semua orang sakit dapat disembuhkan sehingga menjadi sehat. (kesehatan.kompas.com).
Di dalam masalah kesehatan, Al-Qur’an lebih banyak menjelaskan tindakan-tindakan yang bersifat pencegahan (preventif), daripada tindakan pengobatan dan penyembuhan (kuratif). Hal ini harus direnungkan dan menjadi panduan manusia dalam membangun kesehatan individu dan masyarakat. Prof. dr. Hamad Hasan Raqith, PhD menegaskanbahwa secara umum, kesehatan dalam Islam berprinsip pada upaya menjaga kesehatan secara preventif (menjaga kesehatan sebelum sakit). Kemudian setelah itu, Islam menganjurkan pengobatan bagi siapa yang membutuhkan karena sakit. Inilah salah satu prinsip dalam Islam yang sesuai dengan karakteristik, kemampuan dan keadaan fitrah manusia (Raqith, 2007: 36).
Ibnu Sina (Avicena, 980-1036) pun berpendapat demikian. Bahwa tujuan pertama ilmu pengobatan adalah untuk menjaga supaya tetap sehat.
Ibnu Sina defined medicine –al tibb –as the knowledge of the states of the human body in health and decline in health; its purpose is to preserve health and endeavour to restore it whenever lost(Ebrahim, 1993: 30).
Demikian juga Imam Ibn Qayyim al Jauziyyah, menjadikan usaha preventif sebagai prinsip yang pertama dalam pengobatan.
Imam Ibn Qayyim al Jawziyyah points out that the principles of medicine are three, namely, protection of health, getting rid or harmful things, and safeguarding against harm (Ebrahim, 1993: 28).
Tindakan-tindakan preventif yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an sebenarnya tidak dijelaskan secara khusus sebagai upaya untuk menjaga kesehatan, namun merupakan bagian ibadah ritual dan panduan hidup keseharian. Namun, justru itulah salah satu kelebihan syari’at Islam, dimana tidak hanya memiliki nilai ibadah namun juga memiliki nilai-nilai yang lain, di antaranya adalah nilai kesehatan.
Al-Qur’an memberikan gambaran bahwa penyakit digolongkan menjadi dua, yaitu penyakit hati (maa fish-shuduur) dan penyakit jasmani. Oleh karena itu, definisi sehat harus mencakup kedua hal tersebut. Ayat yang memberi gambaran adanya penyakit hati adalah:
Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta menyembuhkan hati orang-orang yang beriman (QS at-Taubah:14)
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. QS Yunus: 57
Sedangkan ayat yang memberi gambaran tentang penyakit jasmani adalah
Dan Tuhanku, yang Dia memberi Makan dan minum kepadaKu (79), dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku (80), dan yang akan mematikanku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali) (81), (QS 26: 79-81)

Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan (QS An-Nahl: 69).
Di dalam pandangan Islam, di antara kedua penyakit tersebut, penyakit hatilah yang harus diprioritaskan dalam penanganannya. Karena penyakit hati bisa menjadikan penderitanya celaka di dunia dan akhirat. Hal tersebut yang tersirat di dalam kandungan suatu hadits Nabi saw, yang berisi bahwa yang menentukan baik buruknya manusia adalah segumpal darah yang ada dalam dada, yaitu hati. Dengan demikian, sehat dalam perspektif Al-Qur’an mensyaratkan kebebasan manusia dari dua penyakit tersebut.
Al-Qur’an selain memaparkan tentang jenis-jenis penyakit, juga memaparkan tentang obatnya. Menurut Al-Qur’an, obat tidak hanya zat yang bisa menyembuhkan penyakit jasmani saja. Akan tetapi zat yang bisa mengobati penyakit hati atau keduanya (penyakit jasmani dan hati) juga disebut sebagai obat. Sebagai perbandingan, definisi obat menurut Ansel adalah zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan. Sedangkan menurut PERMENKES: 917/Menkes/Per/x/1993, obat (jadi) adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnose, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi (Chaerunissa, et.al, 2009: 9). Dua definisi obat di atas, obat hanya mencakup pada penyakit jasmani saja.
Obat yang disebutkan Al-Qur’an ada dua yaitu Al-Qur’an itu sendiri dan madu. Dalam firman-Nya Allah swt menegaskan bahwa salah satu fungsi Al-Qur’an adalah sebagai obat. Allah berfirman:
Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian(Q.S. Al-Isra’: 82)

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh (obat) bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (Q.S. Yunus: 57)
Nabi saw bersabda,”Hendaklah kalian melakukan penyembuhan yaitu dengan madu dan Al-Qur’an” (HR. Ibnu Majah). Ali bin Abu Thalib ra berkata, ”Seekor kalajengking menyengat Nabi sedangkan beliau sedang shalat, maka ketika beliau selesai shalat bersabda, ‘Allah melaknat kalajengking yang tidak meninggalkan orang yang shalat dan tidak pada lainnya.’ Lalu Nabi berdoa dengan memakai medium air dan garam, kemudian mengusap luka sengatan tadi sambil membaca Al-Qur’an surah al-Kafirun, al-Falaq dan an-Nas.” Hadits ini menunjukkan gambaran pengobatan dalam Islam yang memadukan antara pengobatan fisik (materi) dengan ruhani (spiritual). Dan ulama sepakat akan kebolehan hukum berobat (menggunakan keduanya) untuk segala macam penyakit (Raqith, 2007: 20).
Kedua ayat di atas menunjukkan bahwa al-Qur’an selain sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang yang beriman, juga berfungsi sebagai obat/penyembuh. Dalam posisinya sebagai obat, al-Qur’an memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai obat penyakit jasmani dan sebagai obat penyakit hati. Sebagai obat penyakit jasmani, Al-Qur’an memiliki dua mekanisme, pertama, ayat Al-Qur’an digunakan untuk mengobati suatu penyakit dengan cara dibacakan atau diperdengarkan. Al-Maraghi ketika menafsiri surat Al-Isra: 82 di atas menjelaskan bahwa orang beriman bisa mengambil manfa’at dari Al-Qur’an dengan cara mendengarkannya (baik dari bacaannya sendiri maupun dari bacaan orang lain_pen.). Sedangkan orang-orang dzalim tidak bisa mengambil manfaat dari Al-Qur’an, karena Allah menjadikan Al-Qur’an sebagai obat dan rahmat hanya untuk orang-orang yang beriman (Al-Maroghi, tt: 13/86).
Salah satu pendekatan ilmiah yang bisa menunjukkan bahwa Al-Qur’an bisa digunakan untuk terapi pengobatan adalah menggunakan pendekatan The Healing Power of Sound (pengobatan dengan kekuatan suara). Seorang dokter dari Perancis, dr. Alfred Tomatis, melakukan eksperimen selama 50 tahun seputar indera manusia. Hasilnya menunjukkan bahwa pendengaran adalah indera terpenting bagi manusia keseluruhan (Kahel, 2010: 15).
Fabien dan Grimal menemukan bahwa suara berpengaruh terhadap sel-sel, khususnya sel kanker. Juga bahwa ada suara-suara tertentu yang memiliki pengaruh atau efek yang lebih kuat. Yang menakjubkan adalah suara yang paling berpengaruh atas sel-sel tubuh adalah suara manusia. Fabian juga membuktikan bahwa suara mempengaruhi sel darah, yaitu berpengaruh pada medan elektromagnetik sel tersebut. Fabian menyimpulkan bahwa ada nada-nada tertentu yang mempengaruhi sel-sel tubuh dengan membuatnya lebih aktif dan dinamis, bahkan memperbaruinya. Ia mengajukan tesis penting bahwa suara manusia memiliki pengaruh yang kuat dan unik atas sel-sel tubuh. Pengaruh itu terdapat dalam media-media lainnya. Fabien mengatakan dengan amat ringkas, ”Suara manusia membawa harmoni spirit unik yang menjadikannya media penyembuh yang paling kuat” (Kahel, 2010: 18-20).
Penemuan ilmuwan Jepang yang bernama Masaru Emoto memberi gambaran mekanisme suara bisa mempengaruhi tubuh manusia. Ia menemukan bahwa medan elektromagnetik elemen-elemen air sangat terpengaruh oleh suara. Ada beberapa nada tertentu yang memiliki efek terhadap elemen-elemen air dan membuatnya lebih teratur. Sebagaimana diketahui bahwa 70% tubuh manusia terdiri dari air. Karena itu seorang yang mendengar suara-suara tertentu, sel-sel dari elemen air yang ada di tubuhnya akan terpengaruh, yang kemudian akan berpengaruh pada kesembuhannya (Kahel, 2010: 21-22).
Mekanisme kedua, Al-Qur’an sebagai obat bagi penyakit dada (syifaa ul lima fish-shudur) dan sekaligus sebagai obat bagi penyakit badan. Dengan membaca al-Qur’an, dengan mengikuti petunjuk-petunjuknya, dan selalu mengingat Allah yang menurunkan al-Qur’an, orang bisa terhindar dari sifat syirik, dengki, sombong, iri hati dan penyakit-penyakit hati lainnya dan akhirya menjadi tenang, tentram, tidak emosional, tidak mudah marah serta terhindar dari rasa cemas atau khawatir. Kondisi tubuh yang semacam ini, sangat baik untuk meningkatkan daya imun yang ada pada diri manusia sehingga terhindar dari penyakit.
Hasil penelitian yang dilaporkan oleh para ilmuwan menyebutkan bahwa syarat utama agar kelenjar pineal yang ada di pusat otak berfungsi sehingga dapat menghasilkan hormon melatonin ialah hidup tentram demi mencapai kondisi spiritual tertinggi. Oleh karena itu, para ilmuwan menuntun orang-orang non-muslim yang ingin mencapai kondisi spiritual paling tinggi dengan melakukan meditasi (Hambali, 2011: 142).
Dalam pengantar buku Thriving With Heart Disease, seorang pakar jantung dari Rumah Sakit Lenox Hill, New York, menuliskan,”For Total health, you need a healthy mind.” Jadi kesimpulan dari sudut pandang pakar jantung adalah jika ingin seluruh tubuh (terutama jantung) sehat, manusia perlu mempunyai pikiran yang sehat juga yaitu harus bersabar (Hambali, 2011: 114).
Madu adalah obat bagi manusia dan satu-satunya obat (selain al-Qur’an) yang disebutkan di dalam Al-Qur’an. Ayat tersebut adalah:
Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan (Q.S. An-Nahl: 69).
Nabi saw juga menganjurkan agar berobat dengan menggunakan madu sebagaimana tercermin dari bunyi hadits,
”Hendaklah kalian melakukan penyembuhan yaitu dengan madu dan Al-Qur’an.” (HR Ibnu Majah).
Ibnu Sina (358-415 H atau 980-1037 M), seorang ilmuwan Islam yang namanya dikenal di seluruh dunia hingga masa kini menganjurkan apabila seorang menginginkan badan tetap sehat dan segar maka orang tersebut agar minum madu setiap hari (Hambali, 2011: 103).
Madu mengandung banyak sekali unsur pembentuk maupun pengganti jaringan tubuh yang rusak. Bahkan di dalam madu terdapat unsur pembunuh kuman (anti bacterial) yang sangat potensial untuk pencegahan maupun penyembuhan infeksi. Efek antibacterial dari madu ini diperoleh antara lain karena:
a. Madu memiliki nilai “osmotic” yang tinggi yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
b. Di dalam madu terkandung enzim (E. Gluko-Oksidase) yang mampu mengkonversi (glukosa + air) menjadi (asam glukonat + H2O2). Hidrogen peroksida (H2O2) dan asam glukonat itulah yang berfungsi sebagai antibacterial yang sangat potensial. Asam glukonat merupakan senyawa yang sangat mudah larut di dalam selaput membran sel kuman sehingga meningkatkan permeabilitas membrane tersebut dan akan memudahkan terjadinya oksidasi oleh H2O2.
Efek antibacterial dari madu ini justru lebih efektif dengan cara mengencerkan madu. Dengan konsentrasi H2O2 yang hanya 0,02 sampai 0,05 m.molekul.per liter, sudah dapat menghambat pertumbuhan kuman dengan sangat efektif dan tidak memiliki efek samping berupa perusakan sel-sel fibroblast pada kulit. Kondisi ini bisa diperoleh dengan pengenceran madu asli antara 9 kali sampai dengan 56 kali pengenceran (Hambali, 2011: 119-121).
Di dalam kitab Zadu al-Ma’ad fi Hadyi Khairi al-Ibadi ketika menjelaskan hadits tentang penggunaan madu sebagai obat, dijelaskan bahwa madu diminum disertai air untuk meringankan proses pencernaan pada ludah (Raqith, 2007: 70).
c. Madu dengan konsentrasi yang cukup rendah (0,1%) juga dapat meningkatkan jumlah sel limfosit di dalam darah sehingga keadaan ini dapat menimbulkan peningkatan kemampuan fagositik.
d. Pada konsentrasi yang agak tinggi (1%) madu juga merangsang “monosit” untuk melepaskan “sitoksin” yang merupakan Factor Nekrosis[4] Tumor (TNF), yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh terhadap serangan infeksi maupun tumor.
e. Karena terbentuknya asam glukonat, larutan juga memiliki derajat keasaman yang sangat tinggi (pH 3,2 – 4,5). Keadaan ini akan membantu aksi “makrofag” untuk menghancurkan bakteri.
f. Madu juga mengandung germicidine yang merupakan antibiotic alami yang sangat potensial yang sampai sekarang belum dapat dibuat preparat sintetis yang setara dengannya.
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Said ra, disebutkan bahwa:
“Seseorang mendatangi Nabi saw dan berkata, ‘Sesungguhnya saudaraku sakit perut.’ Nabi-pun bersabda, ‘Minumilah madu!’ Kemudian orang itu daang untuk kedua kalinya dan Nabi bersabda, ’Minumilah madu!’ Kemudian orang itu datang untuk ketiga kalinya dan Nabi bersabda, ‘Minumilah madu!’ Kemudian orang itu mendatangi Nabi untuk keempat kalinya dan berkata, ’Aku telah melaksanakannya’. Nabi bersabda, ’Benarlah Allah dan bohonglah perut saudaramu. Minumilah madu!’ Orang itupun memberi minum madu kepada saudaranya, lalu saudaranya sembuh.” (HR. Bukhari).
Hadits di atas menunjukkan bahwa Rasulullah saw demikian yakin terhadap kebenaran khasiat madu untuk pengobatan. Walau dengan tiga kali kegagalan penyembuhan, Rasulullah saw masih juga menyuruh sahabatnya itu minum madu untuk keempat kalinya dan ternyata betul sakitnya sembuh.
Prof. Nikolai Tsitsin dari Rusia melakukan penelitian terhadap rakyat Georgia yang usia rata-ratanya -banyak yang berusia lebih dari 100 tahun- lebih lama daripada rakyat Rusia, padahal teknologi rakyat Georgia tertinggal dari Rusia. Ternyata penduduk Georgia senang beternak lebah madu sehingga konsumsi madu rakyatnya cukup tinggi, yaitu dapat mencapai 1600 gr/kapita per tahun. Sebagai perbandingan, konsumsi rakyat Indonesia hanya 15 gram/kapita per tahun (Hambali, 2011: 142).
Banyak ayat Al-Qur’an yang mengisyaratkan tentang pengobatan karena Al-Qur’an itu sendiri diturunkan sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang mukmin. “Dan kami menurunkan Al-Qur’an sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang yang mukmin”.(QS Al-Isra’: 82). Menurut para ahli tafsir bahwa nama lain dari Al-Qur’an yaitu “Asysyifa” yang artinya secara terminologi adalah obat penyembuh. “Hai manusia, telah datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran dari Tuhan mu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”.(QS Yunus:57)
Disamping Al-Qur’an mengisyaratkan tentang pengobatan juga menceritakan tentang keindahan alam semesta yang dapat kita jadikan sumber dari pembuat obat-obatan. “Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan tanaman-tanaman untukmu, seperti zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah)bagi orang-orang yang berfikir.(QS An-Nahl:11).“Kemudian makanlah dari segala(macam)buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhan-muyang telah (dimudahkan bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berfikir”.(QS An-Nahl:69)
Metode Pengobatan Rasulullah
Beberapa metoda pengobatan yang dilakukan Rasulullah :
Ruqyah
Ruqyah merupakan salah satu cara pengobatan yang pernah diajarkan malaikat jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Ketika Rasulullah sakit maka datang malaikat jibril mendekati tubuh beliau,kemudian jibril membacakan salah satu doa sambil ditiupkan ketubuh Nabi, seketika itu beliau sembuh. Inilah doanya :”Bismillahi arqiika minkulli syai-in yu’dziika minsyarri kulli nafsin au-ainiasadin Alloohu yasyfiika bismillahi arqiika”. Ada 3 cara ruqyah yang dilakukan oleh Nabi :
1.      Nafats
Yaitu membacakan ayat Al-Qur’an atau doa kemudian di tiupkan pada kedua telapak tangan kemudian di uasapkan keseluruh badan pasien yang sakit. Dalam suatu riwayat bahwasanya Nabi Muhammad SAW apabila beliau sakit maka membaca “Al-muawwidzat” yaitu tiga surat Al-Qur’an yang diawali dengan “A’udzu” yaitu surat An Naas, Al Falaq, dan Al ikhlas kemudian di tiupkan pada kedua telapak tangannya lalu diusapkan keseluruh badan.
2.      Air liur yang ditempelkan pada tangan kanannya.
Diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim : bahwasanya Nabi Muhammad SAW apabila ada manusia yang tergores kemudian luka, maka kemudian beliau membaca doa kemudian air liurnya ditempelkan pada tangan kanannya, lalu di usapkan pada luka orang tersebut. Inilah doa nya: ”Allahumma robbinnas adzhabilbas isyfi antasy-syafii laa syifa-a illa syifa-uka laa yughodiru saqoman”.
3.      Meletakkantangan pada salah satu anggota badan.
Nabi Muhammad SAW pernah memerintahkan Utsman bin Abil Ash yang sedang sakit dengan sabdanya : “letakkanlah tanganmu pada anggota badan yang sakit kemudian bacalah “Basmalah 3x” dan “A’udzu bi-izzatillah waqudrotihi minsyarrima ajidu wa uhajiru 7x”.
4.      Doa Mikjizat
Banyak doa-doa kesembuhan yang di ajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umat nya, salah satunya : “Allahumma isyfi abdaka yan-ulaka aduwwan aw yamsyi laka ila sholaah”.
5.      Dengan Memakai Madu
Sebagaimana menurut QS An-Nahl:69 bahwa madu Allah jadikan sebagai obat maka Rasulullah menggunakan madu untuk mengobati salah satu keluarga sahabat yang sedang sakit. Dalam satu riwayat, ada sahabat yang datang kepaa Rasulullah memberitahukan anaknya sedang sakit, kemudian Nabi menyuruh meminumkan anaknya madu sambil membaca doa.
6.      Bekam
Berbekam termasuk pengobatan yang diajarkan Rasulullah SAW, bahkan Rasulullah SAW pernah melakukan bekam dan memberikan upah kepada tukang bekam. Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya sebaik-baik apa yang kalian lakukan untuk mengobati penyakit adalah dengan melakukan bekam”.
Metoda Pengobatan Hukama (Ahli Hikmah)
Hikmah adalah kemampuan untuk memahami rahasia-rahasia syariat agama. Ahli Hikmah adalah orang-orang solih yang diberikan oleh Allah ilmu dan karomah sehingga dia menjadi orang yang berpengetahuan luas untuk memahami rahasia-rahasia syariat agama. Para ahli hikmah umumnya dijadikan sebagai tabib oleh kebanyakan orang. “Dia memberikan hikmah kepada siapa yang dia kehendaki. Barangsiapa yang diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang memiliki akal sehat”.QS Al-Baqarah:269). Beberapa metoda yang digunakan oleh para ahli hikmah tidaklah berbeda jauh dengan metoda yang digunakan oleh Rasulullah SAW, karena sebagian besar metoda yang digunakan juga mengacu kepada ayat-ayat Al-Qur’an serta hadist, beberapa metoda yang digunakan yaitu :
  1. Ruqyah
Ruqyah yang diajarka kepada Nabi dan yang dilakukan oleh nabi, lain dengan yang dilakukan oleh hukama, tetapi doa yang mereka gunakan pengertiannya sama. Paraahli Hikmah apabila mengobati seseorang dengan cara ruqyah dengan membacakan ayat Al-Qur’an atau doa kemudian ditiupkan kedalam air yang nantinya air itu di minum oleh si pasien.
2. Wafaq
Wafaq ialah ayat Al-Qur’an, Asma Allah, Zikir, atau doa yang ditulis diatas benda seperti kertas, kain yang dijadikan sebagai media pengobatan atau lainnya oleh para Ahli Hikmah. Salah satu contoh : wafaq untuk orang yang sakit hati (liver) ditulis pada gelas putih kemudian diisi air lalu di minumkan. Insya Allah sembuh. (tulis huruf Ha besar 2 kali dan huruf ‘ain 6 kali).
“Setiap penyakit itu ada obatnya, jika tepat obatnya maka penyakit akan sembuh dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla”.(HR.Muslim). “Allah tidak akan menurunkan suatu penyakit melainkan Allah juga menurunkan obatnya”.(HR.Abu Hurairah).
Keberadaan berbagai penyakit termasuk sunnah kauniyah yang diciptakan oleh Allah SWT. Penyakit-penyakit itu merupakan musibah dan ujian yang di tetapkan Allah SWT atas hamba-hamba-Nya. Dan sesungguhnya pada musibah itu terdapat kemanfaatan bagi kaum mukminin. Shuhaib Ar-Rumi RA berkata : Rasulullah SAW bersabda : ”Sungguh mengagumkan perkara seorang muslim, sehingga seluruh perkaranya adalah kebaikan. Yang demikian itu tidaklah dimiliki oleh seorangpun kecuali seorang mukmin. Jika ia mendapat kelapangan, ia bersyukur maka yang demikian itu baik baginya, dan jika ia ditimpa kesusahan, ia bersabar. Maka yang demikian itu baik baginya”. (HR.Muslim no.2999). Termasuk keutamaan Allah SWT yang diberikan kepada kaum mukminin. Dia menjadikan sakit yang menimpa seorang mukmin sebagai penghapus dosa dan kesalahan mereka. Sebagaimana tersebut dalam hadist : Abdullah bin Masud RA berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Tidaklah seorang muslim ditimpa gangguan berupa sakit atau lainnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya”.(HR.Bukhari no.5661 dan Muslim no.5678). Ketika memungkinkan mengkonsumsi obat yang sederhana maka jangan beralih memakai obat yang kompleks. Setiap penyakit yang bisa ditolak dengan makanan-makanan tertentu dan pencegahan, janganlah mencoba menolaknya dengan obat-obatan. Ibnul Qayyim berkata : “ berpalingnya manusia dari pengobatan nubuwwah seperti halnya berpalingnya mereka dari pengobatan dengan Al-Qur’an, yang merupakan obat bermanfaat.(Ath-thibbun Nabawi hal.6, 29).
Dengan demikian, sudah sepantasnya seorang muslim menjadikan pengobatan nabawiyyah bukan hanya sekedar sebagai pengobatan alternatif. Namun menjadikannya sebagai cara pengobatan yang utama, karena kepastiannya datang dari Allah SWT. Namun tentunya berkaitan dengan kesembuhan suatu penyakit, seorang hambatidak boleh bersandar semata dengan pengobatan tertentu, dan tidak boleh meyakini bahwa obatlah yang menyembuhkan penyakitnya. Namun seharusnya ia bersandar dan berantung kepada Dzat yang memberikan penyakit dan yang menurunkan obatnya sekaligus yaitu Allah SWT. Sungguh tidak ada yang dapat memberikan kesembuhan kecuali Allah SWT semata. Karna itulah Nabi Ibrahim memuji Rabbnya : “Dan apabila aku sakit, Dia lah yang meyembuhkan ku”.( QS Asy-Syu’ara’: 80).























BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan Saran
Muslim yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah dari pada muslim yang lemah, meskipun pada keduanya ada kebaikan. Jagalah segala yang bermanfaat bagimu. Selalulah mohon pertolongan pada Allah dan jangan engkau lemah. Jika suatu musibah menimpamu, jangan engkau berkata;”..andai saja dulu aku begini, pasti jadinya akan begini dan begitu”, tapi katakanlah; “Sudah menjadi ketentuan Allah, apapun yang Allah mau pasti terjadi” sebab berandai-andai itu membuka pintu perbuatan syaitan” (HR. Muslim)
Hadits di atas secara tersirat menyatakan bahwa jika kita ingin menjadi muslim yang baik dan ingin dicintai Allah maka lakukan upaya-upaya yang menjadikan kita kuat fisik (juga kuat mental, sosial, dan finansial), yang dapat mencegah kita dari serangan penyakit yang dapat menjadikan kita lemah. Inilah pesan yang seharusnya dapat memotivasi kita untuk perduli terhadap kesehatan kita. Islam bukan hanya memerintahkan agar kita menjaga kesehatan, lebih dari itu Islam memberikan penghargaan bagi mereka yang berbuat untuk menjadi kuat, penghargaan itu berupa cinta dari Allah. 
Namun demikian untuk memperoleh fisik yang kuat dan sehat, tetap ada rambu-rambu yang tidak boleh dilanggar. Agar tidak terjadi tujuan menghalalkan cara yang berakibat lemahnya mental kita. Bayangkan jika ada seorang yang sehat dan kuat fisiknya tapi rapuh dan lemah mentalnya tentu akan menjadi problem tersendiri nantinya. Islam berharap kita dapat menyeimbangkan segala kekuatan yang ada, sehingga akan menjadi sebuah potensi yang luar biasa dan dapat memberi manfaat dan kebaikan bagi orang dan lingkungan di sekitar kita.
Akhirnya semoga kita Allah memudahkan jalan bagi kita untuk melaksanakan segenap ajaran agama-nya dan menjadikan kita muslim yang senantiasa dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari semua kejadian. Amin.


DAFTAR PUSTAKA
Al-Harari, Muhammad al-Amin. Tafsir Hadaiq ar-Rauh war-Raihan. Makkah: Dar Thouq wan-Najah. tt.
Al-Maraghi, Ahmad Musthofa. Tafsir al-Maroghi. Beirut: Dar Ihya’ at-Turats al-‘Arabi.tt.
Chaerunissa, Anis Yohana, et.al. Farmasetika Dasar. Bandung: Widya Padjadjaran. 2009.
Hambali, Iftachul’ain. Islamic Pineal Therapy. Jakarta: Prestasi. 2011.
Jamaluddin dan Mubasyir. Al-Qur’an Bertutur tentang Makanan dan Obat-Obatan. Yogyakarta: Mitra Pustaka. 2006.
Raqith, Hamad Hasan.Hidup Sehat Cara Islam. Bandung: Penerbit Jembar. 2007.



0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut