Home

Selasa, 09 September 2014

Filled Under:

Menyikapi Adanya Madhab di Kalangan Umat Islam

MAKALAH
Menyikapi Adanya Madhab di Kalangan Umat Islam


Disusun Oleh :
Kelompok 1
Indah Puspa Pratiwi
1B






SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI
Jalan Babakan Sirna No. 25 Kota Sukabumi
TAHUN 2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas ijin dan kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
      Makalah ini memuat analisis yang menegaskan sikap penulis terhadap pernyataan kenyataan adanya perbedaan pendapat di kalangan umat Islam yang melembaga ke dalam bentuk madhab.
      Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
      Penulis menyadari pembuatan makalah ini belum sempurna, masih banyak kekurangannya baik segi teknis maupun materinya. Karena itu tegur sapa dari pembimbing dan para pembaca selalu penulis harapkan. Namun, semoga dengan diawalinya dengan kekurangan ini, mudah-mudahan menjadi pendorong bagi penulis untuk lebih mengembangkan lagi dan dapat memperbaiki segala kekurangannya.




Sukabumi, Oktober 2013


Penulis




DAFTAR ISI

Halaman Cover .......................................................................................................................... 1
Kata Pengantar .......................................................................................................................... 2
Daftar Isi ..................................................................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan ................................................................................................................... 4
1.1  Latar Belakang ....................................................................................................................... 4
1.2  Rumusan Masalah .................................................................................................................. 4
1.3  Tujuan .................................................................................................................................... 4

BAB II Pembahasan .................................................................................................................. 5
2.1 Pengertian Madhab ................................................................................................................ 5
2.2 Menyikapi Adanya Madhab di Kalangan Umat Islam .......................................................... 5
2.3 Perbedaan Merupakan Niscaya .............................................................................................. 9
2.4 Dampak yang Terjadi Karena Adanya Madhab .................................................................... 10


BAB III Penutup ........................................................................................................................ 11
3.1 Kesimpulan dan Saran ........................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA










BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Maha kuasanya Allah , Maha berkehendaknya Allah yang menciptakan beragam karakter manusia dan kecendrungannya . Setiap manusia memiliki potensi yang berbeda yang Allah ciptakan bekerja sesuai dengan hikmah Illahi yang mengharuskannya , dan ini menciptakan keragaman cara berfikir manusia untuk menuju Tuhannya.  Mazhab dalam bahasa arab yang berarti jalan yang di lalui dan di lewati ,  sesuatu yang menjadi tujuan  seseorang . Sesuatu di katakan mazhab bagi seseorang jika cara atau jalan tersebut menjadi ciri khasnya  ,menurut  ulama yang di namakan mazhab adalah metode yang di bentuk melalui pemikiran dan penelitian , kemudian orang yang menjalaninya menjadikan pedoman yang jelas batasan batasannya , bagian bagiannya dan di bangun atas dasar prinsip kaidah .

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud madhab?
2.      Bagaimana madhab di kalangan umat Islam bisa terjadi?
3.      Bagaimana menyikapi perbedaan yang ada di kalangan umat Islam?
4.      Apa sajakah dampak dari adanya madhab di kalangan umat Islam?
1.3  Tujuan
1.      Dapat mengetahui pengertian dari madhab
2.      Mengetahui proses terjadinya madhab di kalangan umat Islam
3.      Menganalisis cara menyikapi perbedaan yang ada di kalangan umat Islam
4.      Mampu mengidentifikasi implikasi dari adanya madhab di kalangan umat Islam





BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mazhab
Arti mazhab yang di pahami secara umum dalam masyarakat adalah perbedaan dalam memahami cabang dari hakikat penerapan Islam dalam kehidupan. Kita dapat melihat perbedaan sarana , pola , serta cara dakwah menuju Islam sebagai aliran yang beragam. Tujuannya sama namun jalan untuk menuju ke tujuan beragam.  Banyak sebab yang memunculkan perbedaan cara . Pengaruh lingkungan dan budaya dapat memberikan pengaruh yang besar . Dari zaman Rasulullah saw sekalipun ketika penyatuan agama dan penyelarasan mazhab terjadi , keragaman aliran Dan mazhab tidak hilang dan tidak ada yang berusaha untuk menghapus perbedaan tersebut.  Keragaman itu sudah menampakan dirinya di bidang fiqih dalam berbagai mazhab di antaranya dalam bentuk mazhab Aba Hanifah , mazhab Hambali ,  mazhab Maliki , mazhab Syafi'i  dan mazhab lainnya. Ia juga menampakan pada aliran aliran Sufi yang berbicara dengan bahasa kalbu mengungkapkan perasaan dan nurani manusia , berusaha mengabdi kepada Islam. Dengan tujuan membina hati dan ruh mebersihkannya dan meninggikannya.
2.2 Menyikapi Adanya Madhab di Kalangan Umat Islam
Kita harus memperhatikan pola pikir atau pemahaman ustadz ( mubaligh ) yang menyampaikan pesan dakwah kepada kita. Memang begitulah kita mengkaji Islam. Bukan membiarkan diri dalam kebingungan. Bukan juga mencari mudahnya saja dengan bersikap fanatik terhadap satu pola pikir.  Sesungguhnya dasar hukum Islam bersumber dari Al Qur'an dan Hadist . Al Qur'an merupakan kumpulan firman Allah SWT yang berisi petunjuk bagi orang yang bertaqwa , sedangkan hadist merupakan penjelasan nabi Muhammad saw . Jika ada suatu masalah yang tidak ada solusinya dalam Al Qur'an dan hadist , barulah para pemimpin agama , para ulama melakukan ijtihad untuk mencapai ijma'ulama ( kesepakatan ulama ) yang tentunya tidak boleh bertentangan dengan Al Qur'an dan Hadist. 
Yang penting bagi kita dalam hal ini adalah bahwa meskipun bebeda mazhab dan pandangan , kita tetap beriman kepada Tuhan yang sama esa , Allah SWT dan Rasul kitapun sama Muhammad saw , kiblat kita sama , kitab suci kita sama , serta jalan kita sama. Jadi kita bisa membangun kesatuan di atas landasan logika yang sehat , bukan sekedar landasan emosi  . Sejumlah sendi yang kita miliki ini bisa mewujudkan persatuan di antara kita. Kita harus memikirkan masa kini dan masa depan umat. Kita tidak boleh membuat bingung umat dan menjadi Santapan kaum fasik .  Jalan Al Qur'an menyampaikan pesan kepada kita dengan sikap toleran , lemah lembut dan saling pengertian dalam kebaikan. Hendaknya kita tidak boleh memaksa , biarkan setiap orang berbuat dengan cara yang di pulihnya dan di anggapnya lebih baik. Mereka yang menempuh jalan kebijaksanaan dan nasehat yang baik akan dapat menyelesaikan problem problem penting di masa depan.  Hal lain yang harus di perhatikan oleh orang yang bekerja dan  berjalan di jalan keimanan (para ulama) harus tetap pada pengabdian penting  . Kalaupun mazhab dan aliran beragam itu tidak menyatu , hendaknya kita berusaha membangun dunia baru atau paling tidak menyiapkan sendi sendi untuk mencapai kepada dunia baru .
Hendaknya ukuran standar Ahlussunnah Waljamaah menjadi penentu terhadap apa yang kita ambil dan kita buang dalam membuat konstruksi dan solusi baru.  Setiap mazhab mengandung sisi kebenaran . Kita keliru kalau mengabaikan bahwa Allah SWT telah menciptakan manusia dengan aliran yang berbeda beda. Sangat keliru kalau kita berusaha membendung dan melenyapkan perbedaan perbedaan tersebut yang artinya melenyapkan fitrah yang Allah gariskan atas manusia.  Masing masing harus berusaha menyebarkan cahaya yang di bawa Al Qur'an  dan bidangnya tanpa mengerahkan tenaganya untuk berkonflik dengan pihak lain . Jika memang tidak bisa sepakat dengan pihak lainnya , Setidaknya jangan memicu konflik. Setiap Muslim harus menghindari konflik dan permusuhan dengan kaum Muslim serta tidak mencela dan menggunjing mereka. Kita harus belajar memuji setiap amal baiknya dan membantu orang yang berzikir kepada Allah SWT . Dengan bantuan Allah SWT kita dapat mengharapkan terbangunnya kerja sama , persatuan dan keharmonisan di antara umat Islam.      
Perbedaan pendapat di kalangan para imam mazhab tidak pernah melebihi dari apa yang sepatutnya. Perbedaan itu tidak bersangkutan dengan sifat ta'ashshub, sombong diri, hasud dan setiap penyakit hati. Para imam mazhab tidak pernah mempunyai tujuan yang lain dalam usaha mereka kecuali mengajar serta menegakkan agama Islam kepada umat. 
Perbedaan pendapat antara mazhab juga tidak menjadi faktor penghalang untuk shalat bersama-sama. Apabila tiba musim Haji, semua umat Islam tidak mungkin sama, ada para imam mazhab atau murid mereka atau pengikut mereka akan turun ke Mekah dan Madinah untuk menunaikan amalan haji.
Justru jika kita kaji sejarah dan riwayat hidup mereka, kita akan dapati sifat terbuka yang amat tinggi di antara mereka. Mereka menerima teguran dengan hati yang terbuka, membetulkan ajaran yang tersilap, menghormati antara satu sama lain dan saling membandingkan ajaran sesama mereka. Kenapa tidak, bukankah para imam mazhab itu pada mulanya duduk berguru bersama, mengasaskan ajaran dari sumber yang sama dan mempunyai tujuan yang sama? 
Teladan-teladan yang ditunjukkan oleh para imam mazhab di atas dapat dijadikan pegangan dan i'tibar oleh kita. Untuk mereka apa yang benar ialah ajaran al-Qur’an dan al-Sunnah. Dari dua sumber itulah mereka mengupas segala hukum dan ajaran untuk kebaikan umat Islam sendiri. Adakalanya mereka luput atau kurang tepat tetapi mereka menerima hakikat tersebut dengan sering berunding dan bertukar pendapat sesama mereka. 
Sikap yang demikian perlu kita teladani dan praktikkan. Bukan membeda-bedakan antar mazhab, membenarkan yang satu dan menyalahkan yang lain.
Dakwah Ikhwanul Muslimin adalah dakwah yang bersifat umum, yang tidak berafiliasi kepada golongan tertentu. Ikhwan juga tidak condong kepada pendapat tertentu yang dikenal oleh orang banyak dengan warna dan karakternya yang beragam. Dakwah ini lebih mengacu kepada substansi agama. Sebab yang kami inginkan adalah menyatukan seluruh perhatian, pikiran dan potensi agar kerja kita lebih bermanfaat, tepat guna dan menghasilkan sesuatu yang lebih besar.
Jadi, dakwah Ikhwanul Muslimin adalah dakwah yang putih bersih, tak ada warna tertentu yang mewarnainya. Kami senantiasa bersama kebenaran di mana pun ia berada. Kami mencintai ijma’ dan membenci keanehan.
Kami sama sekali tidak melihat bahwa perbedaan itu akan menghambat proses menyatunya hati, saling mencintai dan kerja sama dalam menegakkan kebenaran dan kebaikan. Islam yang universal ini akan sanggup memayungi kami dengan mereka dalam batasan-batasannya yang begitu luas.
Jika para sahabat saja yang lebih dekat dengan zaman kenabian dan lebih tahu tentang seluk beluk hukum masih juga berbeda pendapat, mengapa kita harus saling membunuh untuk suatu perbedaan dalam masalah-masalah sepele? Jika para imam saja, yang lebih tahu tentang Al-Qur’an dan Sunah, juga masih saling berbeda pendapat dan berdebat, mengapa dada kita tidak selapang mereka dalam mensikapi perbedaan? Jika perbedaan pendapat itu bisa terjadi dalam beberapa masalah yang sangat populer, seperti azan yang dikumandangkan lima kali sehari dengan dalil-dalil naqli yang sudah jelas, bukankah dalam masalah yang lebih rumit yang dalilnya lebih banyak disandarkan kepada akal, akan lebih terbuka kemungkinan untuk itu?
Selain itu juga ada sisi penting yang harus direnungkan di sini. Dulu, jika kaum Muslimin berbeda pendapat, mereka segera bertahkim kepada khalifah yang memang disyaratkan berkualitas sebagai imam (pemimpin). Khalifah itu selanjutnya memutuskan perkara mereka dan menyelesaikan perbedaan tersebut. Tapi sekarang, di mana bisa kita jumpai khalifah itu? Nah, kalau demikian, yang harus dilakukan oleh kaum Muslimin adalah mengajukan perbedaan-perbedaan mereka yang selanjutnya akan menyelesaikannya. Perbedaan tanpa referensi yang jelas hanya akan menimbulkan perbedaan berikutnya.
Pernik-pernik ini disadari dengan baik oleh Ikhwanul Muslimin. Kesadaran itulah yang membuat dada mereka lebih lapang dalam menghadapi berbagai perbedaan pendapat. Mereka percaya bahwa setiap kaum itu memiliki ilmu, dan bahwa pada setiap dakwah itu ada sisi benarnya dan ada sisi salahnya. Maka mereka selalu mencari sisi yang benar dan berusaha menyampaikan kepada orang lain secara persuasif. Bila kemudian mereka menerima, maka itulah yang lebih baik, dan itu pula yang kami harapkan. Adapun jika ternyata mereka menolak, sesungguhnya mereka tetap kami anggap sebagai saudara seagama.
Itulah konsep dasar yang diyakini oleh Ikhwanul Mulimin dalam menyikapi berbagai perbedaan pendapat dalam masalah. Barangkali sikap itu dapat disimpulkan secara sederhana, bahwa Ikhwanul Muslimin membolehkan adanya perbedaan dan membenci sikap fanatisme terhadap pendapat sendiri, serta senantiasa berusaha menemukan kebenaran, kemudian membawa masyarakat kepada kebenaran itu dengan cara yang baik dan sikap yang lemah-lembut.
Pada masa Rasulullah SAW, perbedaan pun juga sudah terjadi. Namun setiap perbedaan pendapat dan permasalahan umat yang muncul dapat langsung diselesaikan melalui beliau. Pada masa Rasulullah ini sumber utama ajaran Islam hanyalah Al-Quran dan Sunnah Nabawiah. Oleh karena itulah tidak ada masalah internal berarti yang dapat mewarnai kehidupan umat Islam ketika itu. Tentu saja ini salah satu kelebihan bagi umat yang hidup di zaman tersebut, sehingga tidak salah lagi apabila generasi Sahabat tersebut diberi julukan generasi terbaik.
Selanjutnya ketika Rasulullah telah tiada, maka beberapa perbedaan di kalangan umat Islam ketika itu telah bermunculan. Mulai dari masalah pemerintahan, sampai akhirnya berujung kepada aliran keagamaan sendiri dalam Islam. Pada masa Sahabat ini, rujukan umat Islam adalah Al-Quran, Sunnah Nabawiah, ijma', dan ra'yu. Dua rujukan terakhir ini adalah salah satu bentuk untuk menyikapi berbagai perbedaan pendapat yang ada di kalangan Sahabat, selain adanya permasalahan yang baru muncul yang tidak dibahas dalam Al-Quran dan Sunnah Nabawiah. Namun meskipun demikian, tentu saja yang menjadi rujukan utama dan landasan dari dua rujukan terakhir tetap Al-Quran dan Sunnah Nabawiah.
Begitulah sekilas gambaran perjalanan perbedaan-perbedaan pendapat dalam Islam. Intinya agama Islam itu satu, dan tidak ada berbagai macam jenis Islam yang lainnya. Sedangkan perbedaan pendapat dan golongan itu adalah bentuk dari pengembangan pemikiran Islam. Namun perlu digarisbawahi bahwa perbedaan-perbedaan tersebut hanya dalam ranah furu'iyah saja. Jika kemudian perbedaan yang berkembang justru menjurus kepada perbedaan akidah dan tauhid, maka tentu saja dalam hal ini kebenaran atau yang haq itu harus kita kedepankan. Karena batasan dan rambu-rambu yang digambarkan Islam dalam wilayah tauhid dan akidah itu sudah sangat jelas.
2.3 Perbedaan Itu Sesuatu Yang Niscaya
Di sisi lain kami sendiri percaya bahwa perbedaan dalam berbagai masalah furu’ (masalah cabang) merupakan sesuatu yang niscaya. Mustahil manusia bisa bersatu dalam masalah-masalah tersebut, karena beberapa alasan sebagai berikut:
1.      Perbedaan kapasitas intelektual dalam memahami dan menangkap kedalaman makna-makna dalil serta dalam mengambil putusan hukum. Padahal agama ini bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits yang kemudian diinterpretasi oleh akal manusia berdasarkan struktur bahasanya. Dan seperti yang secara umum kita tahu, terdapat perbedaan kapasitas intelektual yang sangat bervariasi di kalangan manusia. Sehingga perbedaan di antara mereka itu niscaya adanya.
2.      Perbedaan dalam hal keluasan ilmu para ulama. Maka sangat mungkin ada suatu hadits atau ilmu tertentu yang sampai kepada beberapa ulama tertentu dan belum sampai kepada ulama yang lain. Begitu seterusnya, sehingga Imam Malik berkata kepada Abu Ja’far, “Sesungguhnya para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah mendatangi berbagai kota, dan setiap kaum itu memiliki ilmu tertentu. Maka jika seseorang ingin menggiring mereka kepada satu pendapat, niscaya upaya itu hanya akan menimbulkan fitnah.”
3.      Perbedaan lingkungan yang antara lain menyebabkan terjadinya perbedaan dalam pola penerapan hukum. Itulah sebabnya Imam Syafi’i memberikan fatwa lama (qaul qadim) di Irak kemudian memunculkan fatwa baru (qaul jadid) ketika beliau berada di Mesir. Yang beliau lakukan dalam hal ini tidak lebih dari memutuskan hukum berdasarkan dalil yang paling kuat menurut beliau. Di samping itu beliau mencoba memilih yang paling tepat dan maslahat sesuai dengan kondisi kedua kota itu.
4.      Perbedaan tingkat ketenangan hati dalam menerima suatu riwayat. Maka terkadang Anda melihat perawi tertentu dianggap ‘tsiqah’ oleh imam fulan —dan karenanya Anda pun menerimanya— sementara tidak demikian menurut imam yang lain, karena informasi tertentu yang mungkin tidak diketahui oleh yang pertama.
5.      Perbedaan dalam menentukan tingkat kekuatan dalil kepada hukum tertentu. Maka mungkin ada ulama yang mendahulukan perbuatan sahabat atas Khabar Ahad (hadits yang diriwayatkan oleh satu orang), sementara yang lain tidak melihatnya demikian.
2.4 Dampak yang Terjadi Karena Adanya Madhab
Kami percaya bahwa musibah terbesar yang menimpa kaum Muslimin adalah perpecahan. Sama seperti kami yakin bahwa apa yang membuat kaum Muslimin bisa menang kembali adalah cinta kasih dan persatuan. Umat ini tidak akan pernah menjadi baik kecuali dengan apa yang telah membuat baik generasi pertamanya. Inilah prinsip dasar dan sasaran penting yang harus diketahui oleh setiap muslim. Prinsip ini telah menjadi aqidah yang menghunjam jauh ke dalam lubuk hati kami. Kami bertolak dari prinsip ini dan akan senantiasa menyeru manusia kepadanya.



BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran
Dewasa ini umat Islam menghadapi berbagai macam tantangan yang cukup berat. Selain tantangan eksternal seperti perang pemikiran dan peradaban, tantangan internal juga ikut menggerayangi tubuh umat Islam. Bahkan tantangan dari dalam inilah yang sebenarnya sangat berbahaya. Salah satunya adalah isu perbedaan yang sekarang ini bagi sebagian besar kita masih belum dapat menyikapinya dengan baik..
Perbedaan sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Perbedaan itu merupakan hal yang lumrah adanya. Karena pada dasarnya setiap manusia itu diciptakan oleh Allah dengan berbagai macam kelebihan dan kekurangan antara satu dengan yang lainnya. Ada yang diberikan Allah kepandaian dan kecerdasan yang baik dalam memahami ajaran agama Islam, namun ada juga yang tidak.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Kami banyak berharap para pembaca sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.




Penulis




DAFTAR PUSTAKA



0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut