Prosedur Pemberian Obat dalam
Keperawatan
Disusun
Oleh :
Kelompok
1
Indah Puspa Pratiwi
Aida
Fitria Qisti
Beta
Sonya Andini
E.
Nuraeni
Feby
Arie Dwi Putri
Hinggit
Sugiarto
Muhamad
Haryadi
Ressabela
Putri R
Sefti
Nuraeni
Yuliyanita
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI
Jalan
Babakan Sirna No. 25 Kota Sukabumi
TAHUN
2013/2014
KATA
PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan
syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat berkat dan rahmatnya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini terdiri dari
pokok pembahasan mengenai “Prosedur Pemberian Obat dalam
Keperawatan” Setiap pembahasan
di bahas secara sederhana sehingga mudah dimengerti.
Makalah ini
membahas tentang Pentingnya obat dalam keperawatan, Standar dan
reaksi obat, Faktor yang mempengaruhi reaksi obat, Masalah dalam pemberian obat
dan intervensi keperawatan, Perhitungan obat, Konsep dan tehnik cara pemberian
obat melalui oral, sublingual, dan vial, Konsep dan tehnik cara pemberian obat
melalui intravena (selang IV), intracutan (IC), subcutan (SC), dan
intramuscular (IM), Konsep dan tehnik cara pemberian obat secara topical
(kulit, mata, telinga, dan hidung), dan Konsep dan tehnik pemberian obat
melalui wadah cairan intravena
Kami
sadar, sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan dalam makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di
masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Sukabumi, September
2014
Penulis
Daftar Isi
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Pentingnya
obat dalam keperawatan
2.2 Standar
dan reaksi obat
2.3 Factor
yang mempengaruhi reaksi obat
2.4 Masalah
dalam pemberian obat dan intervensi keperawatan
2.5 Perhitungan
obat
2.6 Konsep
dan tehnik cara pemberian obat melalui oral, sublingual, dan bukal
2.7 Menyiapkan
obat dari ampul dan vial
2.8 Konsep
dan tehnik cara pemberian obat melalui intravena (selang IV), intracutan (IC),
subcutan (SC), dan intramuscular (IM)
2.9 Konsep
dan tehnik cara pemberian obat secara topical (kulit, mata, telinga, dan
hidung)
2.10
Konsep dan tehnik cara pemberian obat
melalui anus/ rectum dan vagina
2.11
Konsep dan tehnik pemberian obat melalui
wadah cairan intravena
BAB
III PENUTUP
3.1
Simpulan
3.2
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Salah satu tugas terpenting seorang
perawat adalah member obat yang aman dan akurat kepada klien. Obat merupakan
alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki masalah. Obat bekerja
menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien
dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau
berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila kita memberikan obat tersebut
tidak sesuai dengan anjuran yang sebenarnya.
Seorang perawat juga memiliki tanggung
jawab dalam memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat
yang telah diberikan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan
membantu klien untuk menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.
Perawat bertanggung
jawab dalam pemberian obat – obatan yang aman . Perawat harus mengetahui semua
komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika
tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang
direkomendasikan . Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka
memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut
merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien . Sekali obat telah
diberikan , perawat bertanggung jawab pada efek obat yang diduga bakal terjadi.
Buku-buku referensi obat seperti , Daftar Obat Indonesia ( DOI ) ,
Physicians‘ Desk Reference (PDR), dan sumber daya manusia , seperti ahli
farmasi , harus dimanfaatkan perawat jika merasa tidak jelas mengenai
reaksi terapeutik yang diharapkan , kontraindikasi , dosis , efek samping yang
mungkin terjadi , atau reaksi yang merugikan dari pengobatan ( Kee and
Hayes, 1996 ).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pentingnya
obat dalam keperawatan
Obat merupakan Semua zat kimiawi,
hewani, nabati, yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan,
meringankan, dan mencegah penyakit/ gejalanya, yang diberikan kepada
pasiendengan maksud tertentu sesuai dengan guna obat tersebut. Pemberian obat yang aman dan akurat
adalah tanggung jawab penting bagi seorang perawat. Meskipun obat
menguntungkan, namun bukan berarti tanpa reaksi yang merugikan. Sebagai seorang
perawat harus mengetahui prinsip-prinsip dalam pemberian obat secara aman dan
benar. Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka
pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat yang paling penting.
Perawat adalah mata rantai terakhir
dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa
obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum.Bila ada obat
yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari
rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon
pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau
tidak dapat minum obat tertentu (dalam bentuk kapsul). Faktor gangguan visual,
pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien sukar
makan obat, harus dipertimbangkan. Rencana perawatan harus
mencangkup rencana pemberian obat, bergantung pada hasil pengkajian,
pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan
program dokter.
Sebelum memberikan obat kepada
pasien, ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan untuk menjamin
keamanan dalam pemberian obat, di antaranya:
1. Tepat Obat
Sebelum mempersiapkanobat ke
tempatnya petugas medis harus memerhatikan kebenaran obat sebanyak tiga
kali, yakni: ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat
obat diprogramkan, dan saat mengembalikan obat ketempat penyimpanan.
2. Dosis
Untuk menghindari kesalahan dalam
pemberian obat, maka penentuan dosis harus diperhatikan dengan
menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes,
gelas ukur, spuit atau sendok khusus; alat untukmembelah tablet; dan
lain-lain. Dengan demikan, penghityungan dosis benar untuk diberikan ke
pasien.
3. Tepat Pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya
benar pada pasien yang diprogramkan. Hal ini dilakukan dengan
mengidentifikasi kebenaran obat, yaitu mencocokan nama, nomor regisyter,
alamat, dan program pengobatan pada pasien.
4. Tepat Jalur Pemberian
Kesalahan rute pemberiandapat
menimbulkan sistemik yang fatal pada pasien. Untuk itu, cara
pemberiannya adalah dengan melihat cara pemberian/jalur obat pada label
5. Tepat Waktu
Pemberian harus benar-benar sesuai
dengan waktu yang diprogramkan, karena berhubungan dngan kerja obat yang
dapat menimbulkan efek terapi dari obat.
2.2 Standar
dan reaksi obat
a. Standart pemberian obat
Dokter, Perawat
dan ahli Farmasi menggunakan standar obat untuk memastikan klien menerima obat
yang alami dalam dosis yang aman dan efektif. Standar yang diterima masyarakat
harus memenuhi kriteria berikut
:
a) Kemurnian. Pabrik harus
memenuhi standar kemurnian untuk tipe dan konsentrasi zat lain yang
diperbolehkan dalam produksi obat.
b) Potensi. Konsentrasi
obat aktif dalam preparat obat memengaruhi kekuatan atau potensi obat.
c) Bioavailability. Kemampuan obat
untuk lepas dari bentuk dosisnya dan melarut, diabsorbsi , dan diangkut tubuh
ketempat kerjanya disebut bioavailability.
d) Kemanjuran. Pemeriksaan
laboratorium yang terinci dapat membantu menentukan efektivitas obat.
e) Keamanan. Semua obat
harus terus dievaluasi untuk menentukan efek samping obat tersebut.
Sebagai bahan atau benda asing yang masuk kedalam tubuh, obat
akan bekerja sesuai dengan proses kimiawi melalui suatu reaksi obat. Reaksi
obat dapat dihitung dalam satuan waktu paruh, yakni suatu interval waktu yang
diperlukan dalam tubuh untuk proses eliminasi, sehingga terjadi pengurangan
konsentrasi setengah dari kadar puncak obat dalam tubuh.
Ada 2 efek obat yakni efek teurapeutik dan efek samping.efek
terapeutik adalah obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai
kandungan obatnya seperti paliatif ( berefek untuk mengurangi gejala), kuratif
( memiliki efek pengobatan) dan lain-lain. Sedangkan efek samping adalah dampak
yang tidak diharapkan, tidak bisa diramal, dan bahkan kemungkinan dapat
membahayakan seperti adanya alergi, toksisitas ( keracunan), penyakit
iatrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain.
2.3 Factor
yang mempengaruhi reaksi obat
Beberapa faktor yang memengaruhi reaksi obat di antaranya
absorpsi obat, distribusi obat dalam tubuh, metabolisme (biotransformasi) obat
dan ekskresi.
1.
Absorpsi
Obat
Absorpsi obat merupakan proses pergerakan obat dari sumber
kedalam tubuh melalui aliran darah, kecuali jenis topikal. Hal ini di pengaruhi
oleh cara dan jalur pemberian obat, jenis obat, keadaan tempat, makanan dan
keadaan pasien.
2. Distribusi Obat Kedalam Tubuh
Setelah obat di absorpsi, kemudian obat didistribusikan
kealam darah melalui vaskular dan sistem limfatis menuju sel dan masuk kedalam
jaringan tertentu. Proses ini dapat dipengaruhi oleh keseimbangan cairan,
elektroit, dan keadaan patologis.
3. Metabolisme Obat
Setelah melalui sirkulasi, obat akan mengalami proses
metabolisme. Obat akan ikut sirkulasi kedalam jaringan kemudian, berinteraksi
dengan sel dan melakukan sebuah perubahan zat kimia hingga menjadi lebih aktif.
4. Ekskresi Sisa
Setelah obat mengalami metabolisme atau pemecahan akan
terdapat sisa zat yang tidak dapat dipakai. Sisa zat ini tidak bereaksi
kemudian keluar melalui ginjal dalam bentuk urine, dari interstinal dalam
bentuk feses dan dari paru-paru dalam bentuk udara.
Reaksi obat di dalam tubuh tidak semuanya sama. Ada kalanya
obat memiliki reaksi yang cepat dan ada kalanya memiliki reaksi yang lambat.
Semuanya tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, di antaranya usia
dan berat badan, jenis kelamin, faktorgenetis, faktor psikologis, kondisi
patologis, waktu, cara pemberian, dan lingkungan.
Obat memiliki dua efek yakni efek terapeutik dan efek
samping. Efek terapeutik obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan
sesuai kandungan obatnya seperyti paliatif (berefek untuk mengurangi gejala),
kuratif (memiliki efek pengobatan), suportif (berefek untuk menaikan fungsi
respons tubuh), subtitutif (berefek sebagai pengganti), efek kemoterapi
(berefek untuk mematikan atau menghambat), dan restoratif (berefek pada
memulihkan tubuh yang sehat). Efek samping merupakan dampak yang tidak
diharapkan, tidak bisa diramal, dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan
seperti adnya alergi, toksisitas (keracunan), penyakit iatrogenik, kegagalan
dalam pengobatan, dan lain-lain.
2.4 Masalah
dalam pemberian obat dan intervensi keperawatan
1. Menolak pemberian obat
Jika pasien menolak pemberian obat, intervensi keperawatan
pertama yang dapat dilakukan adalah dengan menanyakan alasan pasien melakukan
hal tersebut. Kemudian, jelaskan kembali kepada pasien alasan pemberian obat.
Jika pasien terus menolak sebaiknya tunda pengobatan, laporkan ke dokter dan
catat dalam pelaporan.
2. Integritas kulit terganggu
Untuk mengatasi masalah gangguan integritas kulit, lakukan
penundaan dalam pengobatan, kemudian laporkan ke dokter dan catat ke dalam
laporan.
3. Disorientasi dan bingung
Masalah disorientasi dan bingung dapat diatasi oleh perawat
dengan cara melakukan penundaan pengobatan. Jika pasien ragu, laporkan ke
dokter dan catat ke dalam pelaporan.
4. Menelan obat bukal atau sublingual
Sebagai perawat yang memiliki peran dependen, jika pasien
menelan obat bukal atau sublingual, maka sebaiknya laporkan kejadian tersebut
kepada dokter, untuk selanjutnya dokter yang akan melakukan intervensi.
5. Alergi kulit
Apabila terjadi alergi kulit atas pemberian obat kepada
pasien, keluarkan sebanyak mungkin pengobatan yang telah diberikan, beritahu
dokter, dan catat dalam pelaporan.
2.5 Perhitungan
obat
Dosis adalah takaran atau jumlah, dosis obat adalah takaran obat yang bila
dikelompokkan bisa dibagi :
1. Dosis
Terapi (Therapeutical Dose), yaitu dosis obat yang dapat digunakan untuk terapi
atau pengobatan untuk penyembuhan penyakit.
2. Dosis
Maksimum (Maximalis Dose), yaitu dosis maksimal obat atau batas jumlah obat
maksimum yang masih dapat digunakan untuk penyembuhan. Dalam buku buku standar
seperti Farmakope atau Ekstra Farmakope Dosis Maksimum (DM) tercantum
diperuntukkan orang dewasa
3. Dosis
Lethalis (Lethal Dose), yaitu dosis atau jumlah obat yang dapat mematikan bila
dikonsumsi. Bila mencapai dosis ini orang yang mengkonsumsi akan over dosis
(OD)
Cara Menghitung Dosis Maksimum Obat
Dalam Resepa. DM tercantum berlaku untuk orang dewasa, bila resep mengandung
obat yang ber-DM, tanyakan umurnya. Bila ada zat yang bekerja searah, harus
dihitung DM searah (dosis ganda). Urutan melihat daftar DM berdasarkan
Farmakope Indonesia edisi terakhir (FI. Ed.III, Ekstra Farmakope, FI. Ed.I,
Pharm. Internasional, Ph. Ned. Ed. V, CMN dan lain-lain). Setelah diketahui
umur pasien, kalau dewasa langsung dihitung, yaitu untuk sekali minum : jumlah
dalam satu takaran dibagi dosis sekali dikali 100%. Begitu juga untuk sehari
minum : jumlah sehari dibagi dosis sehari dikali 100%. Dosis Maksimum (DM)
searah : dihitung untuk sekali dan sehari.
Cara menghitung Dosis Maksimum (DM) untuk oral berdasarkan :
a. Rumus
Young
Untuk umur 1-8 tahun dengan rumus :
(n/n + 12) x DM (dewasa) n = umur dalam tahun
b. Rumus Dilling
Untuk umur di atas 8 tahun dengan
rumus : (n/20) x DM n = umur dalam tahun
c. Rumus Fried
(n/150) x DM n = umur bayi dalam
bulan iv).
Bila dalam berat badan
Rumus Clark (Berat badan dalam
kilogram) / 70 kg x DM (dewasa)
2.6 Konsep
dan tehnik cara pemberian obat melalui oral, sublingual, dan bukal
Pilihan rute
pemberian obat bergantung pada kandungan obat dan efek yang diinginkan juga
kondisi fisik dan mental klien. Perawat sering
terlibat dalam menentukan rute pemberian obat yang terbaik dengan berkolaborasi
dengan dokter.
1. Pemberian
Oral
a. Paling
mudah dan paling umum digunakan.
b. Obat
diberikan melalui mulut dan ditelan.
c. Lebih
murah.
2. Pemberian
Sublingual
a. Dirancang
supaya, setelah diletakkan di bawah lidah dan kemudian larut, mudah di absorpsi
b. Obat
yang diberikan dibawah lidah tidak boleh ditelan
c. Bila
ditelan, efek yang diharapkan tidak akan dicapai
d. Klien
tidak boleh minum sampai seluruh obat larut.
3. Pemberian
Bukal
a. Rute
bukal dilakukan dengan menempatkan obat padat di membrane mukosa pipi sampai
obat larut
b. Klien
harus diajarkan untuk menempatkan dosis obat secara bergantian di pipi kanan
dan kiri supaya mukosa tidak iritasi
c. Klien
juga diperingatkan untuk tidak mengunyah atau menelan obat atau minum air
bersama obat
d. Obat
bukal bereaksi secara local pada mukosa atau secara sistemik ketika obat
ditelan dalam saliva.
4. Keuntungan
Pemberian Obat Rute Oral, Bukal, Sublingual
a. Rute
ini cocok dan nyaman bagi klien
b. Ekonomis
c. Dapat
menimbulkan efek local atau sistemik
d. Jarang
membuat klien cemas
5. Kerugian
atau kontraindikasi
a. Rute
ini dihindari bila klien mengalami perubahan fungsi saluran cerna, motilitas
menurun dan reaksi bedah bagian saluran cerna
b. Beberapa
obat dihancurkan oleh sekresi lambung
c. Rute
oral dikontraindikasikan pada klien yang tidak mampu menelan (mis, klien yang
mengalami gangguan neuromuscular, striktur (penyempitan) esophagus, lesi pada
mulut.
d. Obat
oral tidak dapat diberikan kepada klien yang terpasang pengisap lambung dan
dikontraindikasikan pada klien yang akan menjalani pembedahan atau tes tertentu\
e. Klien
tidak sadar atau bingung, sehingga tidak mampu menelan atau mempertahankan
dibawah lidah
f. Obat
oral dapat mengiritasi lapisan saluran cerna, mengubah warna gigi atau mengecup
rasa yang tidak enak.
1. Pemberian Obat Melalui Oral
Pemberian obat melalui mulut dilakukan dengan tujuan
mencegah, mengobati, dan mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari
jenis obat.
a. Persiapan Alat dan Bahan :
1) Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian
obat.
2) Obat dan tempatnya.
3) Air minum dalam tempatnya.
b. Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan
dilakukan.
3) Baca obat, dengan berprinsip tepat obat, tepat
pasien, tepat dosis, tepat waktu, dan tepat tempat.
4) Bantu untuk meminumkannya dengan cara:
a) Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul
dari botol, maka tuangkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan
pindahkan ke tempat obat. Jangan sentuh obat dengan tangan. Untuk obat berupa
kapsul jangan dilepaskan pembungkusnya.
b) Kaji kesulitan menelan. Bila ada, jadian tablet
dalam bentuk bubuk dan campur dengan minuman.
c) Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian
obat yang membutuhkan pengkajian.
5) Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian.
Evaluasi respons terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat.
6) Cuci tangan.
2. Pemberian
Obat Melalui Sublingul
Pemberian obat melalui sublingual merupakan rute pemberian
obat yang absorpsinya baik melalui jaringan, kapiler di bawah lidah. Obat-obat
ini mudah diberikan sendiri. Karena tidak melalui lambung, sifat kelabilan
dalam asam dan permeabilitas usus tidak perlu dipikirkan.
Persiapan
a. Persiapan Alat dan Bahan :
1) Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
2) Obat yang sudah ditentukan dalam tempatnya.
b. Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3) Memberikan obat kepada pasien.
4) Memberitahu pasien agar meletakkan obat pada bagian
bawah lidah, hingga terlarut seluruhnya.
5) Menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak
minum dan berbicara selama obat belum terlarut seluruhnya.
6) Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian.
Evaluasi respons terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat.
7) Cuci tangan.
3.Pemberian Obat Melalui Bukal
Pemberian obat secara bukal adalah memberika obat dengan
cara meletakkan obat diantara gusi dengan membran mukosa diantara pipi.
Tujuannya yaitu mencegah efek lokal dan sistemik, untuk memperoleh aksi kerja
obat yang lebih cepat dibandingkan secara ora, dan untuk menghindari kerusakan
obat oleh hepar.
a. Persiapan Alat dan Bahan :
1) Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
2) Obat yang sudah ditentukan dalam tempatnya.
b. Prosedur Kerja :
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3) Memberikan obat kepada pasien.
4) Memberitahu pasien agar meletakkan obat diantara gusi
dan selaput mukosa pipi sampai habis diabsorbsi seluruhnya.
5) Menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak
minum dan berbicara selama obat belum terlarut seluruhnya.
6) Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian.
Evaluasi respons terhadap obat dengan mencatat hasil pemberian obat.
7) Cuci tangan.
2.7 Menyiapkan
obat dari ampul dan vial
1. Menyiapkan obat dari Ampul
a. Persiapan
alat:
1. Catatan
pemberian obat atau kartu obat
2. Ampul
obat sesuai resep
3. Spuit
dan jarum yang sesuai
4. Kapas
alcohol
5. Kasa
steril
6. Baki
obat
7. Gergaji
ampul (jika perlu)
8. Label
obat
9. Bak
spuit
10. Bengkok
b. Prosedur
pelaksanaan
1. Cuci
tangan
2. Siapkan
peralatan
3. Priksa
label ampul dengan catatan obat atau kartu obat sesuai prinsif “lima benar”
4. Lakukan
penghitungan dosis sesuai kebutuhan.
5. Pegang
ampul dan turunkan cairan di atas leher ampul dengan cara menjentikan jari
tangan pada leher ampul beberapa kali atau dengan cara memutar ampul dengan
tangan searah jarum jam.
6. Letakan
kasa steril di antara ibu jari tangan anda dengan ampul kemudian patahkan
keleher ampul kearah menjauhi anda dan orang disekitar.
7. Buang
leher ampul pada tempat khusus
8. Tempatkan
ampul pada permukaan yang datar
9. Buka
penutup jarum sepuit kemudian masukan jarum kedalam ampul tepat pada bagian
tengah ampul.
10. Aspirasi sejumlah
cairan dari ampul sesuai dosis yang dibutuhkan.
11. Keluarkan jarum dari
ampul, tutup kembali jarum sepuit dengan teknik yang benar.
12. Jika terdapat
gelembung udara pada spuit:
a. Pegang
sepuit secara vertical dengan jarum menghadap ke atas.
b. Tarik
pelunger kebawah dan jentikan spuit dengan jari.
c. Dorong
pelunger perlahan keatas untuk mengeluarkan udara, tetapi jaga agar tidak
mengeluarkan larutan.
2. Menyiapkan
obat dari Vial
a. Persiapan
alat:
1. Catatan pemberian obat atau kartu
obat
2. Vial
obat sesuai resep
3. Spuit
dan jarum yang sesuai
4. Kapas
alcohol
5. Kasa
steril
6. Baki
obat
7. Label
obat
8. Bak
spuit
9. Bengkok
b. Prosedur
pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Siapkan
peralatan
3. Periksa
label vial dengan catatan obat atau kartu obat sesuai prinsif “lima benar”
4. Lakukan
penghitungan dosis sesuai kebutuhan. Periksa kembali jumlah larutan.
5. Hitung
dosis yang diperlukan. Jika perlu, rotasikan cairan yang ada dalam vial dengan
menggunakan tangan agar tercampur sempurna. Tidak boleh mengocok
larutan dalam vial karena dapat menyebabkan larutan menjadi berbuih.
6. Buka segel
pada bagian tutup obat tanpa menyentuh bagian karetnya.
7. Usap
bagian karet tersebut dengan kapas alcohol.
8. Buka tutup
jarum.
9. Masukan
udara kedalam sepuit sesuai dengan jumlah obat yang dibutuhkan.
10.Dengan hati-hati, masukan jarum
secara tegak lurus tepat ditengah-tengah karet darai vial.
11.Injeksi udara ke dalam vial, jaga
agar ujung jarum spuit berada di atas permukaan cairan obat.
12.Aspirasi sejumlah cairan dari
ampul sesuai dosis yang dibutuhkan.
13.Keluarkan jarum dari vial, tutup
kembali jarum sepuit dengan teknik yang benar.
14.Jika terdapat gelembung
udara pada spuit:
a. Pegang
sepuit secara vertical dengan jarum menghadap ke atas.
b. Tarik
pelunger kebawah dan jentikan spuit dengan jari.
c. Dorong
pelunger perlahan keatas untuk mengeluarkan udara, tetapi jaga agar tidak
mengeluarkan larutan.
2.8 Konsep
dan tehnik cara pemberian obat melalui intravena (selang IV), intracutan (IC),
subcutan (SC), dan intramuscular (IM)
1.
Pemberian Obat melalui IV
Pemberian obat intravena adalah pemberian obat dengan cara
memasukkan obat kedalam pembuluh darah vena menggunakan spuit. Pemberian obat
secara intravena merupakan pemberian obat yang sangat berbahaya. obat tersebut
bereaksi dengan cepat karena obat masuk kedalam sirkulasi klien secara
langsung.
1) Pengertian
Injeksi
intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh
darah vena dengan menggunakan spuit.
2) Tujuan
·
Untuk
memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorbsi daripada dengan injeksi parenteral
lain.
·
Untuk
menghindari terjadinya kerusakan jaringan
·
Untuk
memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar
3) Tempat
injeksi
·
Pada
lengan (vena basalika dan vena sefalika)
·
Pada
tungkai (vena saphenous)
·
Pada
leher (vena jugularis)
·
Pada
kepala (vena frontalis atau vena temporalis)
D. INDIKASI PEMBERIAN OBAT MELALUI INTRAVENA
Indikasi
pemberian obat melalui intravena:
· Pada seseorang dengan penyakit berat
,pemberian obat melalui intravena langsung masuk ke dalam jalur peredaran
darah.
· Pasien tidak dapat minum obat karena
muntah, atau memang tidak dapat menelan obat ( ada sumbatan disaluran cerna
atas ).
· Kesadaran menurun dan beresiko terjadi
aspirasi ( tersedak-obat masuk ke pernapasan ), sehingga pemberian melalui
jalur lain dipertimbangkan.
· Kadar puncak obat dalam darah perlu
segera dicapai, sehingga diberikan melalui injeksi bolus(suntikan langsung pembuluh
balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi obat dalam darah tercapai.
E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a. Kelebihan
Obat
yang diberikan melalui jalur intravena sangat cepat bereaksi karena obat
tersebut langsung masuk ke dalam sirkulasi darah pasien.
b. Kekurangan
· Inflamasi ( bengksk ,nyeri, demam )
dan infeksi di lokasi pemasangan infuse
· Daerah lengan bawah pada pasien gagal
ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (
A-V shunt ) pada tindakan hemodialisis ( cuci darah ).
· Obat-obatan yang berpotensi iritan
terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat ( misalnya pembuluh
darah vena di tungkai dan kaki ).
4) Peralatan
·
Buku
catatan pemberian obat atau kartu obat
·
Kapas
alkohol
·
Sarung
tangan
·
Obat
yang sesuai
·
Spuit
2 ml – 5 ml
·
Bak
spuit
·
Baki
obat
·
Plester
·
Perlak
pengalas
·
Pembendung
vena (torniquet)
·
Kassa
steril (bila perlu)
·
Bengkok
5) Prosedur
kerja
·
Cuci
tangan
·
Siapkan
obat dengan prinsip 6 benar
·
Salam
terapeutik
·
Identifikasi
klien
·
Beritahu
klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
·
Atur
klien pada posisi yang nyaman
·
Pasang
perlak pengalas
·
Bebaskan
lengan klien dari baju atau kemeja
·
Letakkan
pembendung
·
Pilih
area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau rasa gatal.
Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang berlebihan.
·
Pakai
sarung tangan
·
Bersihkan
area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan sirkuler dari
arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering. Metode
ini dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme.
·
Pegang
kapas alkohol, dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan.
·
Buka
tutup jarum. Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan
dengan tangan non dominan. Membuat kulit menjadi lebih kencang dan vena tidak
bergeser, memudahkan penusukan. Sejajar vena yang akan ditusuk perlahan dan
pasti. Pegang jarum pada posisi 30.
·
Rendahkan
posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena
·
Lakukan
aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit dan tangan dominan
menarik plunger.
·
Observasi
adanya darah pada spuit
·
Jika
ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat perlahan-lahan.
·
Keluarkan
jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan, sambil melakukan
penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan
·
Tutup
area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang diberi betadin
·
Kembalikan
posisi klien
·
Buang
peralatan yang sudah tidak diperlukan ke dalam bengkok
·
Buka
sarung tangan
·
Cuci
tangan
·
Dokumentasikan
tindakan yang telah dilakukan
2.Pemberian Obat Melalui Intrakutan
Pemberian
obat yang dilakukan dengan cara memasukan obat kedalam jaringan kulit yang
dilakukan untuk tes alergi terhadap obat yang akan diberikan. Pada umumnya
diberikan pada pasien yang akan diberikan obat antibiotik. Pemberian intrakutan
pada dasarnya di bawah kulit atau di bawah dermis/epidermis. Secara umum pada
daerah lengan tangan dan daerah ventral.
Alat dan Bahan
a. Catatan pemberian obat
b. Obat dan tempatnya
c. Spuit 1 cc/spuit
insulin
d. Kapas alkohol dalam
tempatnya
e. Cairan pelarut
f. Nak injeksi
g. Bengkok
h. Perlak dan alasnya
Prosedur kerja
a. Jelaskan prosedur yang
akan dilakukan.
b. Cuci tangan
c. Bebaskan daerah yang
akan dilakukan suntikan .
d. Pasang perlak/pengalas
pada daerah yang akan dilakukan injeksi intrakutan.
e. Ambil obat yang akan
dilakukan tes alergi. Kemudian larutkan/encerkan dengan aquadest (cairan
pelarut), ambil 0,55 cc dan encerkan lagi sampai 1 cc, lalu siapkan pada bak
steril (bak injeksi).
f. Desinfeksi daerah yang
akan dilakukan suntikan dengan kapas alcohol.
g. Tegangkan dengan
tangan kiri daerah yang akan disuntik/diinjeksi.
h. Lakukan penusukan
dengan lubang jarum menghadap keatas membentuk sudut 15-20o terhadap
permukaan kulit.
i. Semprotkan obat hingga
terjadi gelombang.
j. Tarik spuit dan tidak
boleh dilakukan mesase.
k. Catatan reaksi
pemberian.
l. Cuci tangan setelah
prosedur dilakukan.
3.Pemberian Obat
Melalui Subkutan
Pemberian
obat yang dilakukan dengan suntikan di bawah kulit dapat dilakukan pada daerah
lengan atas sebelah luar atau ⅓ bagian dari bahu, pada sebelah lura, daerah
dada dan daerah sek
itar umbilikus (abdomen). Pemberian obat obat melalui
subkutan ini umunya dilkukan dalam program pemberian insulin yang digunakan
untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin terdapat dua tipe larutan,
yaitu jernih dan keruh.
Larutan
jernih disebut juga sebgai insulin reaksi cepat. (insulin reguler). Larutan
keruh terjadi karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat absorpsi
obat atau juga termasuk tipe lambat. Oleh karena itu, apabila pemberian insulin
dengan campuran kedua bentuk larutan tersebut, perlu diperhatikan cara
mencampurnya. Insulin reguler dapat dicampur dengan semua jenis insulin lain,
sedangkan insulin lente tidak dapat disampur dengan tipe lain kecuali insulin
reguler. Saat pencampuran upayakan dalam mengambil larutan, jarum tidak tidak
menyentuh jenis larutan yang dicampur.
Alat dan bahan
a. Catatan pemberian obat
b. Obat dalam tempatnya
c. Spuit insulin
d. Kapas alkohol dalam
tempatnya
e. Cairan pelarut
f. Bak injeksi
g. Bengkok
Prosedur kerja
a. Jelaskan prosedur yang
akan dilakukan.
b. Cuci tangan
c. Berdasarkan daerah
yang akan dilakukan suntikan. Bebaskan daerah suntikan bila pasien menggunakan
pakaian berlengan.
d. Ambil obat dalam
tempanya sesuai dengan dosis yang akan diberikan. Kemudian, tempatkan pada bak
injeksi.
e. Desinfeksi dengan
kapas alkohol.
f. Tegangkan dengan
tangan kiri daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan.
g. Lakukan penusukan
dengan lubang jarum menghadap keatas sudut 45o terhadap
permukaan kulit.
h. Lakukan spirasi. Bila
tidak ada darah, semprotkan obat perlahan hingga habis.
i. Tarik spuit dan tahan
dengan kapas alkohol. Spuit bekas suntikan dimasukan kedalam bengkok.
j. Cuci tangan setelah
prosedur dilakukan.
k. Catat prosedur
pemberian obat dan respons pasien.
4. Pemberian Obat
Melalui Intamuskular
Pemberian
Obat denagn memasukan obat kedalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan pada
daerah paha (vastus lateralis), ventrogluteal (pasien harus berbaring miring),
dorsogluteal (pasien harus telungkup), dan lengan atas (delroid). Tujuan
pemberian obat melalui intra muscular agar absorpsi obat lebih cepat oleh
karena vaskularitas otot.
Alat dan bahan
1. Catatan pemberian obat
2. Obat dalam tempatnya
3. Spuit dan jarum sesuai
dengan ukuran (dewasa: panjang 2,5-3,75 cm); anak: panjang 1,25-2,5cm)
4. Kapas alcohol dalam
tempatnya
5. Cairan pelarut
6. Bak injeksi
7. Bengkok
Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur yang
akan dilakukan.
2. Cuci tangan.
3. Ambil obat dan masukan
ke dalam spuit sesuai dengan dosis, kemudian letakan dalam bak injeksi.
4. Periksa tempat yang
akan dilakukan penyuntikan.
5. Desinfeksi dengan
kapas alcohol.
6. Lakukan penyuntikan.
a. Pada daerah paha
(vastus lateralis) dengan cara meminta pasien untuk berbaring terlentang dengan
lutut sedikit fleksi.
b. Pada ventrogluteal
dengan cara meminta pasien miring, telungkup, atau telentang dengan lututdan
panggul pada sisi yang akan disuntik dalam keadaan fleksi,
c. Pada dorsogluteal
dengan meminta pasien untuk telungkup dengan lutut diputar kearah dalam atau
miring dengan lutut bagian atas dan pinggul fleksi dan diletakan di depan
tungkai bawah.
d. Pada deltoid (lengan
atas) dengan meminta pasien untuk duduk atau berbaring mendatar dengan lengan
atas fleksi.
7. Lakukan penusukan
dengan jarum dengan possisi tegak lurus.
8. Setelah jarum masuk,
lakukan aspirsi spuit bila tidak ada darah semprotkan obat secara perlahan
hingga habis.
9. Setelah selesai ambil
spuit dengan menarik spuit dan tekan daerah penyuntikan dengan kapas alcohol ,
kemudian spuit yang telah digunakan diletakan dibengkok.
10. Cuci tangan setealh
prosedur dilakukan.
11. Catat prosedur dan reaksi pemberian
2.9 Konsep
dan tehnik cara pemberian obat secara topical (kulit, mata, telinga, dan
hidung)
1. Pada kulit
Pemberian
obat yang dilakukan pada kulit dengan tujuan mempertahankan hidrasi lapisan
kulit, melindungi permukaan kulit, atau mengatasi infeksi kulit. Pemberian obat
kulit dapat dilakukan dengan banyak preparat, seperti krim, losion, aerosol,
sprei, atau bubuk.
Alat dan bahan
a. Obat dalam tempatnya
(losion, krim, aerosol, sprei, dan bubuk)
b. Kain kasa
c. Kertas tisu
d. Balutan
e. Pengalas
f. Air sabun dan air
hangat
Prosedur kerja
a. Jelaskan prosedur yang
akan dilakukan.
b. Cuci tangan.
c. Gunakan sarung tangan.
d. Bersihkan daerah yang
akan diberi obat dengan air hangat (bila terdapat kulit yang mengeras (kerak))
atau air sabun.
e. Berikan obat sesuai
dengan indikasi dan cara pemakaian, seperti mengoleskan, mengompres.
f. Cuci tangan setelah
prosedur dilakukan.
g. Catat prosedur dan
respons pasien.
2. Pada Mata
Pemberian
obat pada mata dengan memberikan tetes mata atau salep mata. Prosedur ini dapat
digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara
mendilatasi pupil; pengukuran refraksi dengan cara melemahkan otot lensa, juga
digunakan untuk menghilangkan iritasi mata, dll.
Alat dan bahan
1. Obat dalam tempatnya (
tetes steril atau salep )
2. Plester
3. Kain kasa
4. Kertas tisu
5. Balutan
6. Sarung tangan
7. Air hangat kapas
pelembap
Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur yang
akan dilakukan.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien
dengan kepala mengadah dan posisi perawat di samping kanan pasien.
4. Gunakan sarung tangan.
5. Bersihkan daerah
kelopak dan bulu mata dengan kapas lembap (atau tisu) dari sudut luar mata kea
rah hidung, bila angat kotor basuh dengan air hangat.
6. Buka mata dengan
menekan perlahan bagian bawah menggunakan ibu jari telunjuk ei atas tulang
orbita.
7. Teteskan obat mata di
atas sakus konjungtiva sesuai dosis. Minta pasien untuk menutup
mata dengan perlahan ketika menggunakan tetes mata.
Bila menggunakan obat mata jenis salep, pegang
aplikator diatas tepi kelopak mata. Kemudian tekan tube hingga obat keluar dan
berikan pada kelopak mata bawah. Setelah selesai, anjurkan pasien untuk melihat
kebawah. Secara-bergantian, biarkan obat pada kelopak mata bagian atas dan
biarkan pasien untuk memejamkan mata dan menggosok kelopak mata.
8. Tutup mata dengan kasa
bila perlu.
9. Cuci tangan setealh
prosedur dilakukan.
10. Catat prosedur dan respons pasien.
3. Pada Telinga
Pemberian obat yang dilakukan pada telinga dengan cara memberikan tetes
telinga. Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi
telinga, khususnya pada telinga tengah (otitis eksterna). Obat yang diberika
dapat berupa antibiotic (tetes atau salep).
Alat dan bahan
1. Obat dalam tempatnya
2. Penetes
3. Speculum telinga
4. Pinset anatomi dalam
tempatnya
5. Plester
6. Kain kasa
7. Kertas tisu
8. Balutan
Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur yang
akan dilakukan.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien
dengan kepala miring ke kanan atau ke kiri sesuai dengan daerah yang akan
diobati, upayakan telinga pasien ke atas.
4. Luruskan lubang
telinga dengan menarik daun telinga ke atas atau kebelakang (pada anak).
5. Bila obat berpua
tetes, teteskan obat pada dinding saluran untuk mencegahterhalang oleh
gelembung udara dengan jumlah tetesan sesuai dosis.
Bila obat berupa salep, ambil kapas lidi, dan
oleskan salep. Kemudian masukan/oleskan pada liang teinga.
6. Pertahankan posisi kepala
selama 2-3 menit.
7. Tutup telinga dengan
dengan balutan dan plester (bila perlu)
8. Cuci tangan setelah
prosedur dilakukan.
9. Catat prosedur dan
respons pasien.
4. Pada Hidung
Pemberian
obat pada hidung dengan cara memberikan tetes hidung. Prosedur ini
dilakukan pada inflamasi hisung (rhinitis).
Alat dan bahan
1. Obat dalam tempatnya
2. Pipet
3. Speculum hidung
4. Pinset anatomi dalam
tempatnya
5. Korentang dalam
tempatnya
6. Plester
7. Kain kasa
8. Kertas tisu
9. Balutan
Prosedur Kerja
1. Jelaskan prosedur yang
akan dilakukan.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien
dengan cara:
· Duduk di kursi dengan
kepala tengadah kebelakang.
· Berbaring dengan
kepala ekstensi pada tepi tempat tidur.
· Berbaring dengan
bantal di bawah bahu dan kepala tengadah ke belakang.
4. Berikan tetesan obat
pada masing-masing lubang hidung (sesuai dosis).
5. Pertahankan posisi
kepala tetap tengadah selama 5 menit.
6. Cuci tangan setelah
prosedur dilakukan.
7. Catat prosedur dan
respons pasien.
2.10
Konsep dan tehnik cara pemberian obat
melalui anus/ rectum dan vagina
1. Pemberian Obat
melalui Anus / Rektum
Pemberian obat yang dilakukan melalui anus atau rectum dengan
tujuan memberikan efek local dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut juga
pemberian obat supositorium. Contoh pemberian obat yang memiliki efek local
seperti pada obat dulkokal supositoria yang berfungsi secara local untuk
meningkatkan defeksi. Contoh efek sistemik adalah pemberian obat aminofilin
supositoria dengan fungsi mendilatasi bronchial. Pemberian obat supositoria ini
diberikan tepat pada dinding mukosa rectal yang melewati sfingter anus interna.
Kontraindikasi pada pasoen yang mengalami pembedahan rectal.
Alat dan bahan
1. Obat supositorium
dalam tempatnya
2. Sarung tangan
3. Kain kasa
4. Vaselin/pelican/pelumas
5. Kertas tisu
Prosedur kerja
a. Jelaskan prosedur yang
akan dilakukan.
b. Cuci tangan.
c. Gunakan sarung tangan.
d. Buka pembungkus obat
dan pegang dengan kain kasa.
e. Olesi ujung obat
supositorium dengan pelican.
f. Minta pasien
mengambil posisi tidur miring (Sims) lalu regangkan bokong dengan tangan kiri.
Kemudian masukan supositoria dengan perlahan melalui anus, sfingter interna dan
mengenai dinding rectal kurang lebih 10 cm pada orang dewasa, dan kurang lebih
5 cm pada anak/bayi.
g. Setelah selesai, tarik
jaringan dan bersihkan daerah skitar anal dengan tisu.
h. Anjurkan klien untuk
tetap berbaring telentang/miring selama kurang lebih 15 menit.
i. Kemudian lepaskan
sarung tangan dan letakan di bengkok.
j. Cuci tangan setelah
prosedur dilakukan.
k. Catat prosedur dan
respon pasien.
2. Pemberian Obat
Melalui Vagina
Pemberin obat yang dilakukan melalui vagina yang tersedia dalam
bentuk krim dan supositoria untuk mengobati infeksi local.
Alat dan bahan
a. Obat dalam tempatnya
b. Sarung tangan
c. Kain kasa
d. Kertas tisu
e. Kapas sublimat dalam
tempatnya
Prosedur kerja
a. Jelaskan prosefur yang
akan dilkukan.
b. Cuci tangan.
c. Gunakan sarung tangan.
d. Buka pembungkus obat
dan pegang dengan kain kasa.
e. Bersihkan sekitar alat
kelamin dengan kapas sublimat.
Catatan:
Bila menggunakan obat
jenis krim, isi aplikator klim atau ikuti petunjuk yang tertera pada kemasan,
regangkan lipatan labia dan masukan aplikator kurang lebih 7,5 cm dan dorong
penarik aplikator untuk mengeluarkan obat.Anjurkan pasien tidur dalam posisi
dorsal rekumben.
f. Bila obat jenis
supositoria, buka pembungkus dan berikan pelumas pada obat. Regankan labia
minora dengan tangan kiri dan masukan obat sepanjang dinding kanal vagiana
posterior sampai 7,5-10 cm.
g. Setelah obat masuk,
tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar orifisium dan labila dengan
tisu.
h. Anjurkan untuk
tetap pada posisinya selam 10 menit agar obat terabsorpsi.
i. Cuci tangan setaelah
prosedur dilakukan.
j. Catat prsedur dan
respons pasien
2.11
Konsep dan tehnik pemberian obat melalui
wadah cairan intravena
Tindakan ini merupakan prosedur memberikan obat dengan menambahkan obat
kedalam wadah cairan intra vena. tujuannya untuk meminimalkan efek sampan dan
mempertahankan kadar terapetik obat dalam darah.
Alat dan bahan
1. Spuit dan jarum sesui
ukuran
2. Obat dalam tempatnya
3. Wadah cairan
(kantung/botol)
4. Kapas alcohol.
Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur yang
akan dikerjakan.
2. Cuci tangan.
3. Periksa identitas
pasien dan ambil obat serta masukan kedalam spuit.
4. Cari tempat untuk
menyuntikan obat pada kantung.
5. Lakukan desinfeksi
dengan kapas alcohol dan hentikan aliran cairan.
6. Lakukan penyuntikan
dengan menusukan jarum spuit kedalam kantung /wadah cairan.
7. Setelah selesai, tarik
spuit dan campurkan lautan dengan membolak-balikan kantung cairan dengan
seksama dan perlahan.
8. Atur kecepatan aliran
cairan kembali.
9. Cuci tangan setelah
prosedur dilakukan.
10. Catat prosedur dan kaji respons pasien.
BAB III
PENUTUP
Daftar pustaka
-Kee, Joyce L. 1996. Farmakologi :
Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Joonoes, Nanizar Zaman. Ars Prescribendi Resep
Yang Rasional. Surabaya: Airlangga University Press
Hidayat,
A.Aziz Alimul, 2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Joyce,
K & Everlyn, R.H. (1996). Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta : EGC
·
Potter, Perry, 2006. Fundamental Keperawatan: Volume
2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner dan
Suddarth., Edisi 8, EGC : Jakarta
-http://rizkaindanazulva.wordpress.com/2011/03/15/sistem-penghitungan-dan-pengukuran-obat/