MAKALAH
Pokok-Pokok Ajaran Islam tentang Kesehatan
Disusun Oleh :
Kelompok 1
1.
Indah Puspa Pratiwi
2.
Yuliyanita
3.
Rima Wulandari
4.
Eneng Firasati Lailiya
5.
Widya Marwah
6.
Lisnawati
7.
Elya Nuraeni
8.
Nurmalia
9.
Aida Fitria Qisti
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN KOTA SUKABUMI
Jalan Babakan Sirna No.
25 Kota Sukabumi
TAHUN 2013/2014
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji
syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada kelompok kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul :“ Pokok-Pokok Ajaran Islam
tentang Kesehatan”
Kami
menyadari bahwa didalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga
dapat selesai dengan baik dan oleh karena itu dengan rendah hati kami berharap
kepada pembaca untuk memberikan masukan, saran dan kiritik yang sifatnya
membangun guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Sukabumi, November 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
1.2
Rumusan Masalah
1.3
Tujuan
BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian Hidup
Sehat
2.2 Faktor- Faktor yang
Mempengaruhi Kesehatan Manusia
2.3 Pokok-Pokok Ajaran
Islam tentang Kesehatan Fisik
2.4 Pokok-Pokok Ajaran
Islam tentang Kesehatan Psikologis
2.5 Pokok-Pokok Ajaran
Islam tentang Kesehatan Sosial dan Spiritual
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam mendorong umat manusia yang beriman untuk
mencapai sesuatu yang baik bagi mereka di dunia dan di akhirat untuk mencapai
tujuan tersebut diperlukan ilmu dan amal saleh dan sebagai prasyarat yang harus
dimiliki adalahsehat / kesehatan.
Kitab
suci Al-Qur’an merupakan sumber pedoman, bimbingan, dan kekuatan bagi kaum
muslim di seluruh penjuru di dunia. Melalui Al-Qur’an, islam membimbing manusia
menuju hidup sehat baik lahir maupun batin. Tidak sedikit hadis-hadis
Nabi Muhamad yang mengandung nilai-nilai medis. Yang selanjutnya mempengaruhi
perkembangan ilmu kedokteran Islam.
Berpedoman kepada Al-Qur’an dan al-sunah, Islam
membimbing manusia menuju hidup sehat, yaitu prilaku takwa berupa prilaku yang
ditandai ketaatan kepada sang Pencipta sebagai konseo kesehatan Islami. Islam
menolak praktek kesehatan apapun yang bertentangan dengan ajaran islam.
Misalnya memohon bantuan dengan benda yang dianggap keramat atau oarng ang memiliki
kekuatan sedangkan amalan-amalannya bertentangan dengan ajaran Islam.
Pengertian kesehatan tidak dijumpai dalam al-Qur’an,
walaupun hal ini tidak berarti bahwa al-Quran tidak mementingkan masalah
kesehatan. Al-quran kelihatanya tidak ingin terlibat dalam perdebatan dalam
pengertian kata-kata, melainkan lebih menukik kepada sebab-sebab yang dapat
menimbulkan kesehatan, seperti perintah makan dan minum yang halal dan baik,
tidak berlebihan, tidak memabukkan, dll.
Demikian pula kata ‘afiyah tidak dijumpai
dalam al-qur’an. Melainkan terdapat dalam hadis Nabi yang artinya: “ Ya
Alloh perkayalah diriku dengan ilmu, hiasilah diriku dengan ketakwaan dan
percantiklah diriku dengan kesehatan yang sempurna”.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian hidup sehat?
2.
Faktor apa saja yang mempengaruhi kesehatan manusia
3.
Bagaimana pokok-pokok ajaran islam tentang
kesehatan fisik?
4.
Bagaimana pokok-pokok ajaran islam tentang
kesehatan psikologis?
5.
Bagaimana pokok-pokok ajaran islam tentang
kesehatan sosial dan spiritual?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian hidup sehat
2.
Mengetahui faktor yang mempengaruhi kesehatan
manusia
3.
Memahami pokok ajaran islam tentang kesehatan fisik
4.
Memahami pokok ajaran islam tentang kesehatan
psikologis
5.
Memahami pokok ajaran islam tentang kesehatan
tentang kesehatan sosial dan spiritual
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Hidup Sehat
Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk
memelihara agama, jiwa, akal, jasmani, harta, dan keturunan. Setidaknya tiga
dari yang disebut di atas berkaitan dengan kesehatan. Tidak heran jika
ditemukan bahwa Islam amat kaya dengan tuntunan kesehatan.
Paling tidak ada dua istilah literatur keagamaan yang
digunakan untuk menunjuk tentang pentingnya kesehatan dalam pandangan Islam,
yaitu:
- Kesehatan yang terambil dari kata sehat;
- Afiat.
Keduanya dalam bahasa
Indonesia, sering menjadi kata majemuk sehat afiat. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata “afiat” dipersamakan dengan kata “sehat”.
Afiat diartikan sehat dan kuat, sedangkan sehat sendiri antara lain diartikan
sebagai keadaan segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit).
Tentu pengertian
kebahasaan ini berbeda dengan pengertian dalam tinjauan ilmu kesehatan, yang
memperkenalkan istilah-istilah kesehatan fisik, kesehatan mental, dan kesehatan
masyarakat.
Istilah sehat dan
afiat masing-masing digunakan untuk makna yang berbeda , kendati diakui tidak
jarang hanya disebut salah satunya, karena masing-masing kata tersebut dapat
mewakili makna yang dikandung oleh kata yang tidak disebut.
Dalam literatur
keagamaan, bahkan dalam hadits-hadits Nabi saw. Ditemukan sekian banyak do’a,
yang menagandung permohonan afiat, disamping permohonan memperoleh sehat.
Dalam kamus bahasa
Arab, kata afiat diartikan sebagai perlindungan Allah untuk hamba-Nya dari
segala macam bencana dan tipu daya. Perlindungan itu tentunya tidak dapat
diperoleh secara sempurna kecuali bagi mereka yang mengindahkan
petunjuk-petunjuk-Nya. Maka kata afiat dapat diartikan sebagai berfungsinya
anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan penciptaannya.
Kalau sehat diartikan
sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan, maka agaknya dapat dikatakan
bahwa mata yang sehat adalah mata yang dapat melihat maupun membaca tanpa
menggunakan kaca mata. Tapi, mata yang afiat adalah yang dapat melihat dan
membaca objek-objek yang bermanfaat serta mengalihkan pandangan dari
objek-objek yang terlarang, karena itulah fungsi yang diharapkan dari
penciptaan mata
Pengertian Hidup Sehat juga dapat
didefinisikan sebagai hidup tanpa gangguan masalah yang bersifat fisik maupun
non fisik. Gangguan masalah yang bersifat fisik maupun non fisik. Gangguan
fisik berupa penyakit-penyakit yang menyerang tubuh dan fisik seseorang.
Sementara non fisik menyangkut kesehatan kondisi jiwa, hati dan pikiran
seseorang. Artinya, kesehatan meliputi unsur jasmani dan rohani.
Pengertian
Hidup Sehat mencakup aturan dan pola seseorang untuk menjalankan hidup dengan
cara proporsional dan terkontrol. Pola tersebutlah yang akan membuat orang
menjadi sehat. Untuk sehat butuh aturan maka akan muncullah kehidupan yang
serampangan. bukan hanya kesehatan fisik yang akan terganggu, namun lebih
berbahaya lagi bila menyangkut kesehatan jiwa.
Kesehatan
amatlah penting untuk meraih kebahagiaan hidup. Syarat utama seseorang dapat
menikmati kebahagiaan dalam hidup ini adalah saat mereka memiliki kesehatan
secara jasmani dan rohani. Pengertian hidup sehat ini menjadi cara seseorang
untuk menuju kebahagiaan hidup.
Nabi
Muhammad SAW lewat sunnahnya memberi perhatian yang serius terhadap kesehatan
manusia. Sunnah Nabi menganggap keselamatan dan kesehatan sebagai nikmat Allah
yang terbesar yang harus diterima dengan rasa syukur.
Firman
Allah dalam Al Quran Surah Ibrahim [14]:7 Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu
memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih”.
Bentuk
syukur terhadap nikmat Allah melalui kesehatan ini adalah senantiasa menjaga
kesehatan sesuai dengan sunnatullah. Rasulullah bersabda. “Dua nikmat yang
sering tidak diperhatikan oleh kebanyaka manusia yaitu kesehatan dan waktu
luang.” (HR. Bukhari yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas)
2.2
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Manusia
Faktor utama yang
sangat mempengaruhi kesehatan, yaitu :
1. Udara
Setiap
saat kita menghirup udara karena tubuh kita memerlukan oksigen untuk bekerja.
Itulah mengapa biasanya di daerah pegunungan tubuh kita akan terasa lebih segar
karena tubuh dapat maksimal mendapatkan oksigen yang di perlukan sehingga
mempengaruhi kerja metabolisme tubuh kita.
2. Air
Tubuh
kita juga sangat memerlukan air untuk dapat bekerja. Jika tubuh kita kekurangan
air akan sangat berpengaruh bagi kesehatan. Penyakit kencing batu misalnya,
salah satu penyebabnya adalah karena organ kandung kemih kita kekurangan air
untuk dapat melarutkan zat garam yang ada di dalam tubuh sehingga terjadi
pengendapan.
3. Makanan dan minuman
Makanan
dan minuman yang memenuhi kecukupan nutrisi sangat di butuhkan oleh tubuh.
Karena masing masing organ tubuh kita memerlukan kandungan nutrisi dan zat
tertentu agar dapat berfungsi dengan baik. Itulah mengapa kita di anjurkan agar
dapat mengkonsumsi makanan sehat yang cukup nutrisi setiap hari.
4. Istirahat
Istirahat
yang cukup juga sangat di perlukan oleh tubuh. Karena beberapa organ tubuh kita
juga perlu untuk istirahat bekerja pada waktu tertentu. Itulah mengapa kita
merasakan sangat tidak nyaman bahkan sulit berkonsentrasi jika kita kekurangan
waktu untuk tidur setiap harinya.
5. Emosi
Keseimbangan
emosi sangat berpengaruh bagi kesehatan. Di beberapa Negara maju seperti di
Eropa bahkan telah di teliti ada beberapa kasus penyakit yang di timbulkan oleh
kadar stress yang tinggi dari pengidapnya. Banyak sekali organ tubuh yang
terganggu pada saat emosi kita tidak seimbang.
6. Olahraga
Di
dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, mungkin kata-kata itu sudah
lama sekali pernah kita dengar. Kita olahraga sangat penting bagi tubuh,
olahraga yang rutin dan teratur dapat menurunkan kadar kolesterol, kadar gula
darah dan lainnya.
Faktor- faktor lain yang mempengaruhi kesehatan :
1. Environment atau lingkungan.
2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan
kedua dihubungkan dengan ecological balance.
3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh
populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya.
4. Health care service berupa program kesehatan yang
bersifat preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan
perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap
tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.
2.3
Pokok-Pokok Ajaran Islam tentang Kesehatan Fisik
Mengenai
definisi kesegaran jasmani ada beberapa ahli memberikan pengertian sebagai
berikut : Sadoso Sumosardjuno (1989 : 9) mendefinisikan Kesegaran Jasmani
adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari-hari dengan
gampang, tanpa merasa lelah yang berlebihan, serta masih mempunyai sisa atau
cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan-keperluan
mendadak. dengan kata lain Kesegaran jasmani dapat pula didefinisikan sebagai
kemampuan untuk menunaikan tugas dengan baik walaupun dalam keadaan sukar,
dimana orang yang kesegaran jasmaninya kurang, tidak akan dapat melakukannya.
A. Beberapa Ayat
Al-Quran Yang Menerangkan Tentang Kesehatan Fisik
1. QS. Al-Baqarah: 222
“Mereka
bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah suatu kotoran”.
oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan
janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah
Suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri.”
2. QS. : Al-Muddatsir: 4-5
“Dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan
dosa tinggalkanlah.”
3. QS. : Al-A’raf: 31
“Hai anak Adam, pakailah
pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid, Makan dan minumlah, dan
janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan.”
Islam, memperhatikan
pula kualitas makanan. Tafrit (terlalu menghemat) dan terlalu
rakus merupakan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam:
1.
Terlalu banyak makan
akan menyebabkan usus tersiksa dan mengganggu pencernaan, membuat makanan
menjadi masam, kadang-kadang menimbulkan luka, infeksi pada usus besar dan usus
dua belas. Kadang usus menjadi lebih panjang karena menahan makanan, bahkan
kelebihan makanan mampu menembus dinding usus dan melukainya sehingga
membahayakan. Semua penyakit ini, terjadi karena terlalu kenyang.
- Makan terlalu kenyang akan mengganggu proses
pencernaan, menjadikan proses pencernan menjadi begitu sulit. Karena itu
Rasulullah menganjurkan agar mengatur jarak waktu makan dan tidak akan
makan kecuali lapar.
- Rasulullah mensifatkan orang-orang yang
berlebih-lebihan dalam makan sebgai orang yang rakus.
- Islam tidak menyukai orang yang gemar
membusungkan perutnya dan buncit, sebab keduanya akan menghalangi seorang
muslim untuk berjihad dan mematikan semangat kerja.
- Di antara gangguan kesehatan yang berbahaya, dan
baru ditemukan dewasa ini adalah hubungan usus besar dengan alat-alat
perasa (indra perasa) dalam tubuh, terutama hati. Hal ini yang disebut
pengaruh usus besar terhadap hati. Kondisi usus besar yang penuh dengan
makanan akan menimbulkan gas asam, akhirnya akan mengganggu hati,
kadang-kadang menimbulkan kuguncangan hati, tekanan darah rendah atau
sebaliknya tekanan darah tinggi (hipertensi) yang berakibat
menimbulkan berbagai macam penyakit dalam.
- Perasaan sakit pada hati disebabkan karena usus
besar dikacau-balaukan oleh makanan, dimana ia tidak mampu mencernanya dengan
baik.
- Dalam kondisi sakit, terutama demam, maka perut
besar memerlukan pelayanan sendiri.
4. QS. : Al-An’am: 145
“Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu
yang diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak
memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau
daging babi – karena Sesungguhnya semua itu kotor – atau binatang yang
disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam Keadaan terpaksa,
sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka
Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.” (QS. Al-An’am: 145)
B. Beberapa Hadis-Hadis
Nabi Yang Menerangkan Tentang Kesehatan Fisik
1. Dalam Kitab Lu’Lu’ wal Marjan
“Abu Hurairah r.a. berkata: Nabi saw.
Bersabda: Tuntunan fitrah itu ada lima (atau: lima dari tuntunan fitrah) yaitu:
khitan, mencukur bulu di sekitar kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku,
dan memotong (menggunting) kumis”. (HR. Bukhari Muslim)[9]
Islam adalah perintis
pertama yang berbicara tentang bakteri dan kotoran yang dimasukkan dalam
istilah “khabats” atau “khataya” atau “syaithan”.
Sebagai contoh adalah sabda Rasulullah saw.:
“potonglah
kukumu, sesungguhnya syetan duduk (bersembunyi) di bawah kukumu yang panjang”
.
Hadits diatas dengan
jelas menunjukkan adanya bakteri yang tersembunyi di bawah kuku-kuku, seperti
bakteri thypoeid, desentri atau telur cacing
Banyak bakteri yang
hidup di bawah kuku yang panjang dan kotor. Kondisi semacam ini dapat
menularkan penyakit, yakni ketika kita setelah berak tidak mencuci tangan
dengan bersih hingga bakteri yang ada pada tangan berpindah ke makanan. Di
antara penyakit yang dipindahkan adalah semua penyakit yang dibawa lalat
terutama typhoeid, solamania, desentri, keracunan makanan, dan
telur cacing terutama cacing aksoris dan ascaris (cacing
gelang, yaitu cacing yang hidup di dalam usus halus manusia) dan cacing pita
dengan segala macamnya.
Inilah sebagian penyakit
yang dipindahkan oleh serangga, yang dapat berpindah hanya dengan menyentuh.
“Abu Hurairah r.a. berkata:
Rasulullah saw. Bersabda: Andaikan aku tidak memberatkan pada umatku (atau pada
orang-orang) pasti aku perintahkan (wajibkan) atas mereka bersiwak (gosok gigi)
tiap akan sembahyang. ” (HR. Bukhari Musllim)
Pejelasan:
Syara’ melarang
seseorang melakukan shalat sedang pada mulutnya masih terdapat sisa-sisa
makanan, melainkan terlebih dahulu dibersihkan dan berkumur tiga kali.
Gigi-gigi dibersihkan dan sisa-sisa makanan yang ada dikeluarkan, karena
sisa-sisa makanan yang tertinggal dalam mulut akan membusuk, dan apabila masuk
di antara gigi-gigi akan menimbulkan infeksi yang pada gilirannya menyebabkan
kerusakan gigi, oleh karena itu dilarang menelannya. Apabila ditinggalkan
begitu saja, akan menimbulkan bau yang tidak sedap dan juga mengganggu
kesehatan gigi. Itulah hikmah Rasulillah mendorong kita untuk menggunakan siwak
(sikat gigi). Rasulullah bersabda:
“siwak adalah membersihkan
mulut dan mendapat keridhoan Tuhan”
Rasulullah bersabda:
Yang artinya:
1433. Usamah bin Zaid r.a.
berkata: “Rasulullah saw. Bersabda: “Tha’un (wabah cacar) itu suatu siksa yang
diturunkan Allah kepada sebagian Bani Isra’il atau atas umat yang sebelummu.
Maka bila kamu mendengar bahwa pentakit itu berjangkit di suatu tempat,
janganlah kalian masuk ke tempat itu, dan jika di daerah di mana kamu telah ada
di sana maka janganlah kamu keluar dari daerah itu karena melarikan diri dari
padanya”. ”.
Penjelasan:
Islam meletakkan
suatu kaidah kesehatan yang sangat penting untuk mengantisipasi penyakit
menular, seperti kolera, tha’un, dan sopak.
Kaidah-kaidah ini
tidak berbeda dengan nilai-nilai sains modern dewasa ini. Apabila kita
mengetahui perkembangan kesehatan, maka kita akan mengetahui jika terjadi wabah
kolera, atau sopak di suatu kota, maka buatlah pengaman di sekitarnya. Kemudian
dengan alasan apapun, tak seorang pun didizinkan memasukinya, kecuali para
petugas kesehatan atau orang yang mempunyai kepentingan di dalamnya, itu pun
mesti di bawah pengawasan Departemen Kesehatan.
Suatu ketika Umar bin
Khattab hendak mengunjungi Syam bersama para sahabat. Maka Abu Ubaidah,
Gubernur Syam pada waktu itu, keluar untuk menjemputnya di jalan dan
menyampaikan kepadanya bahwa di negeri ini sedang berjangkit wabah penyakit
tha’un, maka Umar pun bermusyawarah dengan para sahabat yang mengikutinya. Di
antara mereka ada yang mengusulkan agar tetap ke Syam dan tidak membatalkan
atau tidak lari dari qadar Allah. Sebagian yang lain mengusulkan agar kembali
dan tidak menghadapkan kaum muslimin dan para sahabat itu ke dalam lingkungan
yang terjangkit wabah tha’un itu. Mereka berpendapat bahwa lari dari qadar
Allah kepada qadar Allah.
Akhirnya datang
seorang sahabat menyampaikan sebuah hadits yang didengar dari Rasulullah saw.
Maka mereka kembali ke Madinah, sedangkan penduduk Syam diperintahkan agar
tidak meninggalkan daerahnya sehingga wabah itu benar-benar hilang.
2. Dalam Kitab Shahih Muslim
“Semua yang memabukkan adalah haram, dan semua
yang memabukkan adalah khamr.” (HR.
Muslim melalui Ibnu Umar)
Di sisi lain Imam
At-Tirmidzi, AN-Nasa’I, dan Abu Dawud meriwatkan melalui sahabat Jabir bin
Abdillah bahwa Nabi saw. bersabda:
“sesuatu yang memabukkan bila banyak, maka
sedikit pun tetap haram”. (HR. Imam At-Tirmidzi, AN-Nasa’I, dan Abu Dawud)
Dari pengertian
kata khamr dan esensinya seperti yang dikemukakan di atas,
maka segala macam makanan dan minuman yang terolah atau tidak, selama
mengganggu pikiran maka dia adalah haram.
Rasulullah saw. bersabda:
“Pukulah dia dengan pagar ini
sebab minuman ini minuman orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari
akhir.”
Minuman keras dapat
membangkitkan kangker tenggorokan, di samping menyebabkan pendarahan di
tenggorokan, pembengkakan pembulu darah di pangkal tenggorokan, radang
pangkreas, dan lain-lainya, ada kalanya dapat menyebabkan kematian.
Khamr mempunyai arti
setiap minuman yang dihasilkan dari perasan anggur, namun berarti pula setiap
yang memabukkan disebut khamr, karena dapat menutupi dan merusak akal.
Rasulullah mendera peminum khamr sebanyak 40 kali deraan. Umar bin Khattab
mencambuknya dengan 80 kali cambukan, menurut hadits yang diriwayatkan dari
Ibnu Umar, bahwa Rasulullah pernah bersabda: “Setiap yang memabukkan itu khamr,
dan setiap khamr itu haram”.
Islam adalah
satu-satunya agama yang datang laksana undang-undang dasar, atau
protokol-protokol yang mengatur kedokteran, pengobatan, dan kesehatan
masyarakat. Dialah yang pada saat ini disebut dengan “at-Tibbul Wiqa’i”.
Pokok-pokok yang terkandung dalam
syari’at Islam tentang kesehatan adalah sebagai berikut:
- Sanitation and personal hygiene (kesehatan
lingkungan dan kesehatan), yang meliputi kesehatan badan, tangan, gigi,
kuku, dan rambut. Demikian juga kebersihan lingkungan, jalan, rumah, tata
kota, saluran irigasi, sumur dll.
- Epidemiologi (prteventif
penyakit menular) melalui karantina, preventif kesehatan, tidak memasuki
suatu daerah yang terjangkit wabah penyakit, tidak lari dari tempat itu,
mencuci tangan sebelum menjenguk orang sakit dan sesudahnya, berobat ke
dokter dan mengikuti semua petunjuk preventif dan terapinya.
- Memerangi binatang melata, serangga
dan hewan yang menularkan penyakit kepada orang lain. Oleh karena itu
diperintahkan agar membunuh tikus, kala jengking dan musang serta membunuh
serangga yang berbahaya seperti kutu, lalat dan diperintahkan untuk
membunuh anjing liar dan anjing gila.
- Nutrition (kesehatan makanan)
Masalah kesehatan makanan ini
terbagi ke dalam tiga bagian yaitu:
- Menu makanan yang berfaedah terhadap kesehatan
jasmani, seperti tumbuh-tumbuhan, daging binatang darat, daging binatang
laut, segala sesuatu yang dihasilkan dari daging, madu, kurma, susu, dan
semua yang baergizi.
- Tata makanan. Islam melarang berlebih-lebihan
dalam hal makanan, makan bukan karena lapar hingga kekenyangan, diet
ketika sedang sakit, memerintahkan puasa agar usus dan perut besarnya
dapat beristirahat dan tidak berbuka puasa dengan berlebih-lebihan dan
melampaui batas.
- Mengharamkan segala sesuatu yang berbahaya bagi
kesehatan, seperti bangkai, darah, dan daging babi.
Kesehatan jasmani dan fisik merupakan keadaan yang
sangat penting dalam mendukung seluruh kegiatan. Pelaksanaan ibadah dalam Islam
seperti salat, puasa, dan ibadah haji hanya dapat dikerjakan dengan sempurna
apabila keadaan jasmani dalam keadaan sehat. Kesehatan jasmani erat kaitannya
dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal dan baik, yaitu makanan dan
minuman yang selain secara hukum dinyatakan boleh dimakan dan diminum, juga
harus dalam keadaan baik (thayib), yang dalam penilitian ahli kesehatan
terkait dengan makanan yang mengandung gizi dan kalori menurut penilian ahli
kesehatan.
Dalam ajaran islam upaya memelihara kesehatan jasmani
dan fisik ini terkait dengan ajaran tentang bersuci (thaharah) seperti
penggunaan air yang bersih dan mensucikan untuk keperluan memasak, minum,
mandi, berwudhu,dan sebagainya, ketentuan barang-barang yang dinilai sebagai
najis, kotor, dan menjijikkan, mandi, berwudhu, istinja’, buang air, tayamum,
mencuci pakaian, tempat dan lingkungan.
Ajaran tentang thaharah yang terkait
dengan pelaksanaan berbagai ibadah dalam islam yang demikian detail dan
mendalam itu, selain ditujukan untuk persyaratan ibadah agar dianggap sah
secara hukum, tetapi juga agar timbul budaya, sikap hidup dan kepribadian yang
mencintai dan peduli terhadap kebersihan dalam arti seluas-luasnya.
Upaya memelihara kesehatan jasmani dan fisik ini
diikuti pula dengan ketentuan adanya sejumlah barang-barang yang dilarang untuk
dikonsumsi. Seperti, bangkai, anjing, babi, air seni (urine), dll. Dengan
demikian, tampak bahwa ajaran islam sangat mementingkan kesehatan jasmani dan
fisik yang dilakukan dengan cara memelihara kebersihan makanan, minuman,
pakaian, tempat tinggal dan seterusnya yang secara keseluruhan terintegrasi
dalam pelaksaan ibadah.
Telah
disinggung bahwa bersih itu pangkal sehat. Selanjutnya, makanan dan minuman
yang dikonsumsi harus yang bergizi dan harus sekaligus halal. Bergizi saja
tidak cukup dan halal saja juga belum cukup. Allah memang memerintahkan kepada
kaum muslilmin supaya makan makanan yang halalan thayyiban. Demikian firman
Allah:
Artinya:
Wahai
manusia ! makanlah dari (makanan) halal dan baik yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang
nyata bagimu (Q.S. al-Baqarah/2:l68).
Secara
hukum makanan yang kita makan itu harus halal dan secara realistik makanan itu
harus bersih dan bergizi karena kandungan pengertian thayyiban adalah baik,
lezat, bergizi, dan sehat (Warson, [t.th.]:939). Terkandung pengertian makanan
atau minuman sehat adalah aman dikonsumsi baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Makanan yang direkomendasikan oleh ilmu-ilmu kesehatan
(kedokteran, keperawatan, gizi, teknologi pangan) di luar cakupan ‘thayyiban’
karena harus kita hindarkan dalam arti tidak mengonsumsinya.
Makanan
yang bergizi akan meningkatkan kekuatan tubuh (Thobieb, 2002:l65) yang berarti
tubuh atau jasmani menjadi sehat. Kualitas sehat jasmani menurut Islam dipandang
baik. Nabi bersabda:
Artinya:
Artinya:
Orang
mukmin yang kuat itu lebih baik daripada orang mukmin yang lemah (al-Hadis).
Orang
yang kondisi jasmaninya sehat tentu lebih energik, inovatif, dan lebih kreatif
(Thobieb,2002:173) dan memiliki daya mobilitas yang tinggi. Meskipun demikian,
hanya memiliki kesehatan jasmani belum sempurna menurut pandangan Islam. Orang
sehat jasmaninya belum tentu sehat rohaninya
2.4 Pokok-Pokok Ajaran Islam tentang
Kesehatan Psikologis
Islam menetapkan
tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal, jasmani, harta,
dan keturunan bagi umat manusia. Diantara kelima unsur tersebut yang berkaitan
dengan kesehatan adalah jiwa, akal dan jasmani..
Islam sangat
menekankan tentang kebersihan, baik kebersihan jasmani maupun rohani. Di satu
sisi Allah memerintahkan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan fisik, di sisi
yang lain Allah juga memerintahkan untuk menjaga kesehatan mental dan jiwa
(rohani).
Dalam hal kesehatan
jasmani, Islam memerintahkan untuk menjaga kebersihan pakaian (QS.
Al-Muddatsir: 4-5) dan perintah untuk membersihkan badan (hadits tentang lima
hal dari fitrah)
Sedangkan dalam hal
kesehatan rohani, Islam memerintahkan untuk meninggalkan segala sesuatu yang
dapat merusak akal, seperti khamr dan segala sesuatu yang dapat menghilangkan
akal.
Kesehatan jasmani dan fisik dalam ajaran islam
memiliki hubungan yang erat dengan kesehatan yang bersifat rohaniah. Orang yang
sedang sakit gigi misalnya, menyebabkan pikiran dan perasaannya terganggu,
takut jika penyakitnya tidak dapat disembuhkan. Demikian pula orang yang
terganggu kesehatan rohaninya seperti tergoncang jiwanya akibat mendapatkan
musibah atau dihadapkan pada berbagai permasalahan yang menyebabkan tidak nafsu
makan, badan lemas, dan pada akhirnya sakit.
Al-Qur’an banyak berbicara tentang penyakit jiwa.
Mereka yang lemah iman dinilai sebagai orang yang memiliki penyakit di dalamnya
dadanya. Penyakit- penyakit kejiwaan pun beraneka ragam dan bertingkat-tingkat.
Sikap angkuh, benci, dendam, fanatisme, antaralain disebabkan karena bentuk
keberlebihan seseorang. Sedangkan rasa takut, cemas, pesisme, rendah diri, dll
adalah karena kekurangannya.
Seorang
dikatakan sehat rohaninya jika ia terbebas dari penyakit batiniah. Penyakit ini
cukup banyak. Al-Ghazali menyebutkan (al-Ghazali, V,l974:l00-560) antara lain:
1. Hubb ad-Dunya (Cinta dunia) berlebihan karena menumbuhkan kemunafikan.
2. Rakus, amat dekat dengan cinta dunia, bahkan saling berkelindan. Cinta harta menyebabkan rakus, atau rakus merupakan perwujudan cinta harta.
1. Hubb ad-Dunya (Cinta dunia) berlebihan karena menumbuhkan kemunafikan.
2. Rakus, amat dekat dengan cinta dunia, bahkan saling berkelindan. Cinta harta menyebabkan rakus, atau rakus merupakan perwujudan cinta harta.
Nabi
Muhammad saw memberikan contoh profil orang cinta harta dan rakus melalui
sabdanya sebagai berikut:
Artinya:
Artinya:
Jikalau
manusia itu memiliki dua lembah emas, niscaya ia akan mencari yang ketiga untuk
tambahan dari dua lembah tadi, dan rongga manusia itu tidak akan penuh selain
oleh tanah; dan Allah menerima taubat terhadap siapa yang mau bertaubat
(al-Hadis).
Dari hadis ini dapat
dipahami bahwa orang yang menuruti kemauan nafsu untuk mencari kekayaan, seberapa
pun kekayaan telah diraih, ia tetap kurang puas dan akan selalu ingin mencari
terus.
Kisah
umat terdahulu dapat dicontohkan figur Qarun, di India ada tokoh raja bernama
Rahwana atau Dasamuka adalah contoh konglomerat yang amat rakus. Sekarang kita
tahu betapa kekayaan Husni Mubarak, mantan Presiden Mesir yang memerintah
selama lebih dari 30 tahun dan berakhir sangat dramatis, yaitu diturunkan
secara paksa oleh rakyatnya sendiri. Selama berkuasa, ia memiliki uang
sebanyak lebih dari 360 trilyun rupiah. Maunya masih ingin tetap berkuasa
memeras rakyat.Muamar Gadafi dikenal sangat totaliter dalam memerintah. Ia
ingin tetap membangun keluarganya yang memerintah. Ketika perubahan harus
terjadi supaya rakyat hidup layak, ia mempertahankannya, meskipun ribuan nyawa
ia korbankan dengan menembaki mereka melalui mesin perangnya, yaitu para
serdadunya.
Kita
harus bisa memetik pelajaran dari kehidupan akhir para perakus kekayaan dan
kekuasaan. Mereka pasti berakhir dengan tragedi. Secara agama, mereka dikutuk dan
disaksikan oleh orang banyak (rakyat) sebagai penjahat.
3. Kikir
3. Kikir
Kikir
merupakan akibat pasti dari cinta harta adan rakus. Kikir merupakan sifat yang
amat buruk. Alquran mengatakan:
Artinya:
Sekali-kali
janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka
dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya
kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan
dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala
warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan (QS Ali Imran/3 : 180).
Nabi mengatakan bahwa
kikir itu menghilangkan keimanan:
Artinya:
Dua perkarta tidak akan berkumpul pada orang mukmin, yaitu kikir dan jahat akhlak (H.R. at-Turmuzi dari Abu Sa’d).
Artinya:
Dua perkarta tidak akan berkumpul pada orang mukmin, yaitu kikir dan jahat akhlak (H.R. at-Turmuzi dari Abu Sa’d).
Karena begitu
buruknya sifat kikir, Rasulullah menuntun doa dan membentuk pribadi kaum
muslimin supaya jauh dari sifat kikir. Demikian doa beliau:
Artinya:
Ya Allah sesungguhnya hamba berlindung pada-Mu dari kekikiran, dan hamba berlindung pada-Mu dari sifat pengecut, dan hamba berlindung pada-Mu dari ketuaan yang sia-sia (al-Hadis).
Artinya:
Ya Allah sesungguhnya hamba berlindung pada-Mu dari kekikiran, dan hamba berlindung pada-Mu dari sifat pengecut, dan hamba berlindung pada-Mu dari ketuaan yang sia-sia (al-Hadis).
Jika
kita memandang Rasulullah sebagai teladan kita, tentunya kita rajin berdoa
sebagaimana Rasulullah tuntunkan itu. Rajin berdoa dengan doa itu lambat laun
dan pasti akan menuntun pada diri kita untuk tidak kikir karena malu setiap
hari memeohon supaya titak kikir sementara kita akan mengingkari permohonan
kita sendiri
5. Ria
(Pamer) dan Takabbur (Sombong)
Riya’, dalam bahasa
Indonesia ditulis ria, berarti sombong, congkak, bangga karena telah berbuat
baik. Sifat ini buruk. Berbuat baik hanya akan menjadi baik kalau niatnya baik,
cara yang ditempuh baik, dan tujuannya juga baik. Niat yang baik adalah ikhlas
lillahi ta’la. akhirnya kelak, orang-orang sombong adalah neraka. Rasulullah
bersabda:
Artinya:
Artinya:
Apakah
tidak aku tunjukkan kepadamu penduduk surga, yaitu setiap orang lemah dan
dipandang lemah. Jika ia bersumpah kepada Allah, niscaya Allah akan menumpahkan
kebajikan kepadanya; dan penduduk neraka, yaitu tiap-tiap orang yang sombong
dan terpandang sombong yang angkuh dalam, gerak-geriknya (HR. Bukhari dan
Muslim dari Harisah bin Wahab).
Sabda Nabi Muhammad s.a.w
Artinya:
Sesungguhnya
dalam neraka jahannam ada sebuah lembah yang bernama habhab. Allah menempatkan
orang-orang sombong di dalamnya (H.R. Tabrani, Abu Ya’la, dan Hakim dari Abu
Musa, dalam syarat Muslim).
Hadis
ini dikutp oleh Imam al-Ghazali dalam Ihya’-nya. Orang-orang sombong itu kelak
akan diubah menjadi semut merah yang sangat kecil dan diinjak-injak oleh
manusia, sementara manusia tidak merasakan kalau mereka menginjak-injak semut –
yang sejatinya adalah manusia itu.
Nabi
Muhammad saw memberi tuntunan kepada kaum muslimin supaya menjauhkan diri dari
sifat sombong. Demikian doa tuntunan beliau:
Artinya:
Ya Allah aku mohon perlindungan kepada-Mu dari hembusan sombong (H.R. Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Jubair bin Math’am).
6. ‘Ujub
‘Ujub
adalah heran dengan diri sendiri (baik sebagai pribadi maupun kelompok,
chauvinism). ‘Ujub bisa muncul karena merasa memiliki sesuatu yang orang lain
tidak memilikinya.
Sifat ini amat buruk. Menurut Allah, ‘ujub tidak ada artinya sama sekali. Allah
berfirman:
Artinya:
Sesungguhnya
Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak,
dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena
banyaknya jumlah (mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat
kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu,
kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-bera (Q.S. at-Taubah/9:25).
Sifat
‘ujub hendaknya dijauhi karena merupakan penyakit jiwa. Memelihara ‘ujub dalam
diri berarti memelihara penyakit dalam diri, tentu lama-lama ia menjadi sakit
jiwa yang berarti tidak sehat secara rohani. Terlalu lama sakit jiwa pasti akan
merembet kepada badannya karena ada hubungan timbal bailk antara tubuh dan
jiwa, yaitu manakala jiwa sakit tentu tubuh akan ikut sakit pula. Sebaliknya
tubuh sakit, jiwa akan sakit pula. Jiwa sehat akan berpengaruh pada kesehatan
tubuh, dan tubuh sehat akan berpengaruh pada kesehatan jiwa.
6. Munafiq
6. Munafiq
Secara
umum dan praktis, munafik adalah orang yang tidak cocog antara lahir dan
batinnya. Secara lisan ia mengatakan ‘ya’, batinnya mengatakan ‘tidak’ atau
sebaliknya. Secara lisan mengatakan ‘beriman’ dan batinnya mengatakan
‘tidak’, hakikatnya tidak beriman. Tujuan kemujnafikan untuk mengelabuhi orang lain
dan mencari keuntungan diri. Rasulullah bersabda:
Artinya:
Artinya:
Barang
siapa melakukan empat perkara, ia adalah seorang munafik murni.Barang siapa
melakukan salah satu dari empat perkara itu, dia mempunyai salah satu dari
sifat kemunafikan sehingga dia meninggalkannya, yaitu: bila ia dipercaya dia
berkhiayanat, bila dia berkata dia pasti dusta, bila dia berjanji dia tidak
menepatinya, dan bila dia berttengkar dia meninggalkan yang benar (al-Hadis –
al Fath al-Mubdi,I:65).
Sebenarnya masih
begitu banyak penyakit hati yang menyebabkan secara rohani orang menjadi
sakit seperti hasud (dengki), profokatif, iri hati menyaksikan kesuksesan
orang lain, menghayal (mengharap datangnya sesuatu yang secara logika
tidak mungkin), pemalas, dan suka dipuji (sum’ah).
Jika
di dalam diri seseorang terkumpul antara lain (al-Hufi,2000:77-573): Kasih
sayang, pemurah, keberanian, adil, suka perdamaian, al-‘iffah
(kesucian)ash-shidqu (jujur), sabar, mau bermusyawarah, al-hilmu (lapang dada),
pemaaf, al-‘afwa (kesetiaan), al-haya’(malu), az-zuhd (hidup sederhana),
al-qana’ah (merasa cukup apa yang telah ada padanya), at-tawaddu’ (rendah
hati), at-tib al-isyarah (bergaul secara baik), hub al-‘amal (cinta bekerja),
al-bisyru wa al-fukahah (gembira dan lelucon sekedarnya), orang semacam ini
secara rohani adalah sehat.
Jika
diperhatikan secara seksama, ternyata ada tipe manusia yang secara rohani sehat
yang indikasinya: rajin ibadah, perilakunya baik, berbicaranya sopan membaca
Alquran bagus, dan hidupnya sederhana, tetapi secara jasmani kurang sehat,
terlihat melankolis (bahasa Jawa memelas), terlihat lemah, batuk-batuk kecil,
raut muka kusut, tempat huniannya kurang terawat, tentu profil ini tidak
dikehendaki oleh Islam. Ia musti juga harus sehat secara jasmani maupun rohani.
Orang
yang sehat secara jasmani tetapi sakit rohaninya, tentu lebih tampak nafsu
kebinatangannya. Sebaliknya, orang yang sehat rohani tetapi sakit jasmaninya
tentu mobilitasnya amat terbatas. Menurut Islam, tipologi ideal adalah orang
yang secara jasmani dan rohani sehat. Hubungan antara jasmani dan rohani
merupakan hubungan timbal balik, saling mempengaruhi, dan saling ada
ketergantungan. Jasmani sehat mempengaruhi rohani menjadi sehat.Rohani sehat
mengarahkan kepada perilaku supaya jasmani juga sehat.
Orang yang secara rohani sehat tetapi tidak sehat secara jasmani dikarenakan keterbatasan pemikirannya atau berpikir secara parsial bahwa dunia itu tidak penting, dunia itu hanya ghurur (menipu), dunia hanya lahw (sendaugurauan), dan dunia hanya sementara sehingga tidak atau kurang memperhatikan kepentingan jasmani dan hanya terobsesi keakhiratan.
Orang yang secara rohani sehat tetapi tidak sehat secara jasmani dikarenakan keterbatasan pemikirannya atau berpikir secara parsial bahwa dunia itu tidak penting, dunia itu hanya ghurur (menipu), dunia hanya lahw (sendaugurauan), dan dunia hanya sementara sehingga tidak atau kurang memperhatikan kepentingan jasmani dan hanya terobsesi keakhiratan.
Selanjutnya
membiarkan diri secara jasmani tidak atau kurang terawat, sakit-sakitan, dan
termarginalisasi oleh struktur dan sistem sosial di mana ia tinggal, padahal
realitas sosial itu senantiasa berubah dan berkembang secara cepat. Kemajuan
hari ini akan segera menjadi kuno beberapa dekade kemudian. Islam menghendaki
umatnya supaya sehat dan kuat baik jasmani maupun rohaninya laksana
Thalut. Allah berfirman:
Artinya:
Dan
Nabi mereka berkata kepada mereka, “sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut
menjadi rajamu”. Mereka menjawab: ‘Bagaimana Thalut memperoleh kerajaan atas
akmi, sedangkan kami lebih berhak atas kerajaan itu daripadanya, dan dia tidak
diberi kekayaan yang banyak ? (Nabi) menjawab:’Allah telah memilihnya (menjadi
raja) kami dan memberikan kelebihan ilmu dan fisik .” Allah memberikan
kerajaan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas lagi Maha
mengetahui (Q.S. al-Baqarah/2:247).
Tipologi Thalut
adalah orang yang sanggup bukan hanya memimpin dirinya, melainkan juga memimpin
orang banyak, memimpin negara, dan memimpin supaya hukum-hukumn Tuhan berlaku
di muka bumi. Profil Thalut, jika siang memimpin perusahaan yang masing-masing
sektor – sejak dari modal awal hingga sektor paling ujung berfungsi
dan menghasilkan produk secara halalan thayyiban – dan jika malam ia
‘asyiq-ma’syuq (tenggelam dalam zikir kepada Allah) laksana petapa yang telah
meninggalkan kehidupan dunia. Demikianlah hakikat basthatan fi al-‘ilm wal
al-jism.
Manusia
dalam melakukan hubungan dan interaksi dengan lingkungannya baik materil maupun
sosial, semua itu tidak keluar dari tindakan penyesuaian diri atau adjustment.
Tetapi apabila seseorang tersebut tidak dapat atau tidak bisa menyesuaikan diri
dikatakan ksehatan mentalnya terganggu atau diragukan. (Abdul Aziz El
Quusiy terjemahan Dzakia Drajat, Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa/Mental, 1974. hal
10)
Contoh
penyesuaian diri yang wajar tersebut adalah seseorang yang menghindarkan
dirinya dari situasi yang membahayakan dirinya. Sedangkan penyesuaian diri yang
tidak wajar misalnya seseorang yang takut terhadap binatang yang biasa seperti
kucing, kelinci dan sebangsanya. Dari dua contoh tersebut dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa orang yang bisa melakukan penyesuaian diri secara wajar
dikatakan sehat mentalnya dan orang yang tidak bisa melakukan penyesuaian diri
secara wajar, menunjukkan penyimpangan dari kesehatan mentalnya.
Kesehatan
mental dalam kehidupan manusia merupakan masalah yang amat penting karena
menyangkut soal kualitas dan kebahagian manusia. Tanpa kesehatan yang baik
orang tidak akan mungkin mendapatkan kebahagian dan kualitas sumber daya
manusia yang tinggi. (Yahya Jaya, Kesehatan Mental, 2002. hlm 68)
Banyak
teori yang dikemukan oleh ahli jiwa tentang kesehatan mental, misalnya teori
psikoanalisis, behavioris dan humamisme. Sungguhpun demikian teori tersebut
memiliki batasan-batasan dan tidak menyentuh seluruh dimensi (aspek) dan
aktivitas kehidupan manusia sebagai makhluk multidimensional dan multipotensial.
Manusia sebagai makhluk multidimensional setidak-tidaknya memiliki dimensi
jasmani, rohani, agama, akhlak, sosial, akal, dan seni (estetika). Sedangkan
sebagai makhluk multi potensial manusia memiliki potensi yang amat banyak yang
dikaruniakan Allah SWT kepadanya yang dalam islam terkandung dalam asma
ulhusna. Salah satunya adalah agama. Agama adalah jalan utama menuju kesehatan
mental, karena dalam agama ada kebuutuhan-kebutuhan jiwa manusia, kekuatan
untuk mengendalikan manusia dla memenuhi kebutuhaan, serta sampai kepada
kekuatan untuk menafikan pemenuhan kebuthan manusia tanpa membawa dampak
psikologis yang negative. (Yahya Jaya, Kesehatan Mental. 2002).
Menurut
Hasan Langgulung, kesehatan mental dapat disimpulkan sebagai “akhlak yang
mulia”. Oleh sebab itu, kesehatan mental didefinisikan sebagai “keadaan jiwa
yang menyebabkan merasa rela (ikhlas) dan tentram ketika ia melakukan akhlak
yang mulia.
Didalam
buku Yahya Jaya menjelaskan bahwa kesehatan mental menurut islam yaitu, identik
dengan ibadah atau pengembangan potensi diri yang dimiliki manusia dalam rangka
pengabdian kepada Allah dan agama-Nya untuk mendapatkan Al-nafs Al-muthmainnah
(jiwa yang tenang dan bahagia) dengan kesempurnaan iman dalam hidupnya.
Sedangkan
dalam bukunya Abdul Mujib dan Yusuf Mudzkir kesehatan menurut islam yang dkutip
dari Musthafa fahmi, menemukan dua pola dalam mendefenisikan kesehatan mental:
1. Pola
negatif (salaby), bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang
dari neurosis (al-amhradh al-’ashabiyah) dan psikosis (al-amhradh
al-dzihaniyah).
2. Pola
positif (ijabiy), bahwa kesehatan mental adalah kemampuan individu dalam
penyesuaian terhadap diri sendiri dan terhadap lingkungan sosial.
Islam
sebagai suatu agama yang bertujuan untuk membahagiakan dan meningkatkan
kualitas sumber daya manusia, sudah barang tentu dalam ajaran-ajaranya memiliki
konsep kesehatan mental. Begitu juga dengan kerasulan Nabi Muhammad SAW adalah
bertujuan untuk mendidik dan memperbaiki dan membersihkan serta mensucikan jiwa
dan akhlak.
Di
dalam Al-Qur’an sebagai dasar dan sumber ajaran islam banyak ditemui ayat-ayat
yang berhubungan dengan ketenangan dan kebahagiaan jiwa sebagai hal yang
prinsipil dalam kesehatan mental. Ayat-ayat tersebut adalah:
Artinya:
Sungguh
Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah
mengutus di antara mereka seorang rasul
dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah,
membersihkan (jiwa) mereka, dan
mengajarkan kepada mereka al-kitab dan al-hikmah. Dan sesungguhnya sebelum
(keadaan nabi) itu, mereka adalah
benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Q.S.
3: 164)
Dalam
hadits Rasulullah dijelaskan juga yaitu:
Artinya: Sesungguhnya
aku diutus oleh Allah adalah bertugas untuk menyempurnakan kemulian Akhlak
manusia.
Dengan
kejelasan ayat Al-Qur’an dan hadits diatas dapat ditegaskan bahwa kesehatan
mental (shihiyat al nafs) dalam arti yang luas adalah tujuan dari
risalah Nabi Muhammad SAW diangkat jadi rasul Allah SWT, karena asas, cirri,
karakteristik dan sifat dari orang yang bermental itu terkandung dalam misi dan
tujuan risalahnya. Dan juga dalam hal ini al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk,
obat, rahmat dan mu’jizat (pengajaran) bagi kehidupan jiwa manusia dalam menuju
kebahagian dan peningkatan kualitasnya sebagai mana yang ditegaskan dalam ayat
berikut:
Artinya: Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S. Ali
Imran: 104)
Ayat di
atas menjelaskan bahwa Allah menjanjikan kemenangan kepada orang-orang yang
mengajak kepada kebaikan,menyuruh kepada yang makruf dan mencegah kapada yang
mungkar. Keimanan,katqwaan,amal saleh,berbuat yang makruf, dan menjauhi
perbuatan keji dan mungkar faktor yang penting dalam usaha pembinaan kesehatan
mental.
Artinya: Dia-lah
yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya
keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).
Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana. (Q.S. Al-Fath: 4)
Ayat di
atas menerangkan bahwa Allah mensifati diriNya bahwa Dia-lah Tuhan Yang Maha
Mengetahui dan Bijaksana yang dapat memberikan ketenangan jiwa ke dalam hati
orang yang beriman.
Artinya: Sesungguhnya
Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi
khabar gembira kepada orang-orang Mu´min
yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. (Q.S.
Al-Isra: 9)
Artinya: Dan
Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada
orang-orang yang zalim selain kerugian. (Q.S. Al-Isra: 82)
Artinya: Hai
manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit- penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Q.S. Yunus: 57)
Berdasarkan
kejelasan keterangan ayat-ayat Al-Qur’an diatas, maka dapat dikatakan bahwa
semua misi dan tujuan dari ajaran Al-Qur’an (islam) yang berintikan kepada
akidah, ibadah, syariat, akhlak dan muamalata adalah bertujuan dan berperan
bagi pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas dan berbahagia.
Islam
memiliki konsep tersendiri dan khas tentang kesehatan mental. Pandangan islam
tentang kesehatan jiwa berdasarkan atas prinsip keagamaan dan pemikiran
falsafat yang terdapat dalam ajaran-ajaran islam.
2.5 Pokok-Pokok Ajaran Islam tentang
Kesehatan Sosial dan Spiritual
Hidup bermasyarakat dalam arti seluas-luasnya adalah
merupakan salah satu naluri manusia. Ia tidak bisa dan tidak mungkin mampu
hidup sendirian. Berdasarkan petunjuk Al-Qur’an dan hadis, kita menjumpai
ajaran etika bermasyarakat tersebut antara lain ajaran tolong-menolong, saling
menasehati, menghormati, saling asah, asuh, dan asih.
Ajaran islam tentang perlunya membangun masyarakat
yang sehat dapat pula dari hampir seluruh misi, hikmah, dan pesan ang terdapat
dalam ajaran ibadah dalam islam. Salat misalnya, dapat ditujukan agar mampu
mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Zakat ditujukan untuk menunjukkan
kepedulian social dengan membantu orang yang membutuhkan agar tercapainya
kesehatan sosial, yang menyangkut aspek spiritual berupa suruhan wajib yang
termasuk dalam rukun islam.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran
Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk
memelihara agama, jiwa, akal, jasmani, harta, dan keturunan. Setidaknya tiga
dari yang disebut di atas berkaitan dengan kesehatan. Tidak heran jika
ditemukan bahwa Islam amat kaya dengan tuntunan kesehatan.
Nabi
Muhammad SAW lewat sunnahnya memberi perhatian yang serius terhadap kesehatan
manusia baik itu kesehatan fisik, psikologis atau mental dan juga kesehatan sosial
yang berkaitan dengan aspek spiritual.
Sunnah Nabi menganggap keselamatan dan kesehatan sebagai nikmat Allah yang
terbesar yang harus diterima dengan rasa syukur.
Demikian uraian yang kami susun, dengan dibuatnya
makalah ini, diharapkan pembaca dapat lebih bersyukur atas apa saja bentuk
kesehatan yang dimikili dan berusaha untuk terus menjaga dan merawat kesehatan
kita baik fisik, maupun psikologisnya.
LEMBAR
PERNYATAAN
Penyusunan makalah
yang berjudul Pokok-Pokok Ajaran
Islam tentang Kesehatan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dengan mengambil
sumber dari media elektronik dan buku yang berkaitan dengan materi ini.
Makalah ini dibuat setelah dilakukan diskusi kelompok
untuk membahas dan menyamakan presepsi tentang materi tersebut. Jadi berbagai
materi yang ada di makalah ini sudah merupakan hasil diskusi berdasarkan sumber
yang kami dapat.
Sukabumi, November 2013
Penulis
DAFTAR
PUSTAKA
Rochman,kholil
lur. (2010), Kesehatan Mental.
Purwokerto: STAIN
Ahmad Syauqi Al-Fanjari, Nilai Kesehatan dalam
Syari’at Islam, (Jakarta:
Bumi Aksara, 1996),20-21.
Thanks...
BalasHapusberguna banget infonya..