MAKALAH
Menyikapi Adanya Madhab
di Kalangan Umat Islam
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Indah Puspa Pratiwi
1B
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI
Jalan Babakan Sirna No. 25 Kota Sukabumi
TAHUN 2013/2014
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada
Allah SWT, karena atas ijin dan kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
ini.
Makalah ini memuat analisis yang menegaskan sikap penulis terhadap
pernyataan kenyataan adanya perbedaan pendapat di kalangan umat Islam yang
melembaga ke dalam bentuk madhab.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Pendidikan
Agama Islam
Penulis menyadari pembuatan makalah ini
belum sempurna, masih banyak kekurangannya baik segi teknis maupun materinya.
Karena itu tegur sapa dari pembimbing dan para pembaca selalu penulis harapkan.
Namun, semoga dengan diawalinya dengan kekurangan ini, mudah-mudahan menjadi
pendorong bagi penulis untuk lebih mengembangkan lagi dan dapat memperbaiki
segala kekurangannya.
Sukabumi, Oktober 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
Cover .......................................................................................................................... 1
Kata
Pengantar .......................................................................................................................... 2
Daftar
Isi ..................................................................................................................................... 3
BAB
I Pendahuluan ................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................. 4
1.3 Tujuan .................................................................................................................................... 4
BAB II Pembahasan .................................................................................................................. 5
2.1
Pengertian Madhab ................................................................................................................ 5
2.2
Menyikapi Adanya Madhab di Kalangan Umat Islam .......................................................... 5
2.3
Perbedaan Merupakan Niscaya .............................................................................................. 9
2.4
Dampak yang Terjadi Karena Adanya Madhab .................................................................... 10
BAB III Penutup ........................................................................................................................ 11
3.1
Kesimpulan dan Saran ........................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Maha kuasanya Allah , Maha
berkehendaknya Allah yang menciptakan beragam karakter manusia dan
kecendrungannya . Setiap manusia memiliki potensi yang berbeda yang Allah
ciptakan bekerja sesuai dengan hikmah Illahi yang mengharuskannya , dan ini
menciptakan keragaman cara berfikir manusia untuk menuju Tuhannya. Mazhab
dalam bahasa arab yang berarti jalan yang di lalui dan di lewati ,
sesuatu yang menjadi tujuan seseorang . Sesuatu di katakan mazhab
bagi seseorang jika cara atau jalan tersebut menjadi ciri khasnya ,menurut
ulama yang di namakan mazhab adalah metode yang di bentuk melalui
pemikiran dan penelitian , kemudian orang yang menjalaninya menjadikan pedoman
yang jelas batasan batasannya , bagian bagiannya dan di bangun atas dasar
prinsip kaidah .
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud madhab?
2. Bagaimana madhab di kalangan umat Islam bisa terjadi?
3. Bagaimana menyikapi perbedaan yang ada di kalangan umat
Islam?
4. Apa sajakah dampak dari adanya madhab di kalangan umat
Islam?
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian dari madhab
2. Mengetahui proses terjadinya madhab di kalangan umat
Islam
3. Menganalisis cara menyikapi perbedaan yang ada di
kalangan umat Islam
4. Mampu mengidentifikasi implikasi dari adanya madhab di
kalangan umat Islam
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Mazhab
Arti mazhab yang di pahami
secara umum dalam masyarakat adalah perbedaan dalam memahami cabang dari
hakikat penerapan Islam dalam kehidupan. Kita dapat melihat perbedaan sarana ,
pola , serta cara dakwah menuju Islam sebagai aliran yang beragam. Tujuannya
sama namun jalan untuk menuju ke tujuan beragam. Banyak sebab yang
memunculkan perbedaan cara . Pengaruh lingkungan dan budaya dapat memberikan
pengaruh yang besar . Dari zaman Rasulullah saw sekalipun ketika penyatuan
agama dan penyelarasan mazhab terjadi , keragaman aliran Dan mazhab tidak hilang
dan tidak ada yang berusaha untuk menghapus perbedaan tersebut. Keragaman
itu sudah menampakan dirinya di bidang fiqih dalam berbagai mazhab di antaranya
dalam bentuk mazhab Aba Hanifah , mazhab Hambali , mazhab Maliki , mazhab
Syafi'i dan mazhab lainnya. Ia juga menampakan pada aliran aliran Sufi
yang berbicara dengan bahasa kalbu mengungkapkan perasaan dan nurani manusia ,
berusaha mengabdi kepada Islam. Dengan tujuan membina hati dan ruh
mebersihkannya dan meninggikannya.
2.2 Menyikapi Adanya Madhab di Kalangan Umat Islam
Kita harus memperhatikan pola pikir atau
pemahaman ustadz ( mubaligh ) yang menyampaikan pesan dakwah kepada kita.
Memang begitulah kita mengkaji Islam. Bukan membiarkan diri dalam kebingungan.
Bukan juga mencari mudahnya saja dengan bersikap fanatik terhadap satu pola
pikir. Sesungguhnya dasar hukum Islam bersumber dari Al Qur'an dan Hadist
. Al Qur'an merupakan kumpulan firman Allah SWT yang berisi petunjuk bagi orang
yang bertaqwa , sedangkan hadist merupakan penjelasan nabi Muhammad saw . Jika
ada suatu masalah yang tidak ada solusinya dalam Al Qur'an dan hadist , barulah
para pemimpin agama , para ulama melakukan ijtihad untuk mencapai ijma'ulama ( kesepakatan ulama ) yang tentunya tidak boleh bertentangan dengan
Al Qur'an dan Hadist.
Yang penting bagi kita dalam hal ini adalah
bahwa meskipun bebeda mazhab dan pandangan , kita tetap beriman kepada Tuhan
yang sama esa , Allah SWT dan Rasul kitapun sama Muhammad saw , kiblat kita
sama , kitab suci kita sama , serta jalan kita sama. Jadi kita bisa membangun
kesatuan di atas landasan logika yang sehat , bukan sekedar landasan emosi
. Sejumlah sendi yang kita miliki ini bisa mewujudkan persatuan di antara
kita. Kita harus memikirkan masa kini dan masa depan umat. Kita tidak boleh
membuat bingung umat dan menjadi Santapan kaum fasik . Jalan Al Qur'an
menyampaikan pesan kepada kita dengan sikap toleran , lemah lembut dan saling
pengertian dalam kebaikan. Hendaknya kita tidak boleh memaksa , biarkan setiap
orang berbuat dengan cara yang di pulihnya dan di anggapnya lebih baik. Mereka
yang menempuh jalan kebijaksanaan dan nasehat yang baik akan dapat
menyelesaikan problem problem penting di masa depan. Hal lain yang harus
di perhatikan oleh orang yang bekerja dan berjalan di jalan keimanan
(para ulama) harus tetap pada pengabdian penting . Kalaupun mazhab dan
aliran beragam itu tidak menyatu , hendaknya kita berusaha membangun dunia baru
atau paling tidak menyiapkan sendi sendi untuk mencapai kepada dunia baru .
Hendaknya ukuran standar Ahlussunnah Waljamaah
menjadi penentu terhadap apa yang kita ambil dan kita buang dalam membuat
konstruksi dan solusi baru. Setiap mazhab mengandung sisi kebenaran .
Kita keliru kalau mengabaikan bahwa Allah SWT telah menciptakan manusia dengan
aliran yang berbeda beda. Sangat keliru kalau kita berusaha membendung dan
melenyapkan perbedaan perbedaan tersebut yang artinya melenyapkan fitrah yang
Allah gariskan atas manusia. Masing masing harus berusaha menyebarkan
cahaya yang di bawa Al Qur'an dan bidangnya tanpa mengerahkan tenaganya
untuk berkonflik dengan pihak lain . Jika memang tidak bisa sepakat dengan
pihak lainnya , Setidaknya jangan memicu konflik. Setiap Muslim harus
menghindari konflik dan permusuhan dengan kaum Muslim serta tidak mencela dan
menggunjing mereka. Kita harus belajar memuji setiap amal baiknya dan membantu
orang yang berzikir kepada Allah SWT . Dengan bantuan Allah SWT kita dapat
mengharapkan terbangunnya kerja sama , persatuan dan keharmonisan di antara umat Islam.
Perbedaan pendapat di
kalangan para imam mazhab tidak pernah melebihi dari apa yang sepatutnya.
Perbedaan itu tidak bersangkutan dengan sifat ta'ashshub, sombong diri, hasud
dan setiap penyakit hati. Para imam mazhab tidak pernah mempunyai tujuan yang
lain dalam usaha mereka kecuali mengajar serta menegakkan agama Islam kepada
umat.
Perbedaan pendapat antara
mazhab juga tidak menjadi faktor penghalang untuk shalat bersama-sama. Apabila tiba
musim Haji, semua umat Islam tidak mungkin sama, ada para imam mazhab atau
murid mereka atau pengikut mereka akan turun ke Mekah dan Madinah untuk
menunaikan amalan haji.
Justru jika kita kaji
sejarah dan riwayat hidup mereka, kita akan dapati sifat terbuka yang amat
tinggi di antara mereka. Mereka menerima teguran dengan hati yang terbuka,
membetulkan ajaran yang tersilap, menghormati antara satu sama lain dan saling
membandingkan ajaran sesama mereka. Kenapa tidak, bukankah para imam mazhab itu
pada mulanya duduk berguru bersama, mengasaskan ajaran dari sumber yang sama
dan mempunyai tujuan yang sama?
Teladan-teladan yang
ditunjukkan oleh para imam mazhab di atas dapat dijadikan pegangan dan i'tibar
oleh kita. Untuk mereka apa yang benar ialah ajaran al-Qur’an dan al-Sunnah.
Dari dua sumber itulah mereka mengupas segala hukum dan ajaran untuk kebaikan
umat Islam sendiri. Adakalanya mereka luput atau kurang tepat tetapi mereka
menerima hakikat tersebut dengan sering berunding dan bertukar pendapat sesama
mereka.
Sikap yang demikian perlu kita teladani dan praktikkan. Bukan membeda-bedakan antar mazhab, membenarkan yang satu dan menyalahkan yang lain.
Sikap yang demikian perlu kita teladani dan praktikkan. Bukan membeda-bedakan antar mazhab, membenarkan yang satu dan menyalahkan yang lain.
Dakwah Ikhwanul Muslimin adalah
dakwah yang bersifat umum, yang tidak berafiliasi kepada golongan tertentu.
Ikhwan juga tidak condong kepada pendapat tertentu yang dikenal oleh orang
banyak dengan warna dan karakternya yang beragam. Dakwah ini lebih mengacu
kepada substansi agama. Sebab yang kami inginkan adalah menyatukan seluruh
perhatian, pikiran dan potensi agar kerja kita lebih bermanfaat, tepat guna dan
menghasilkan sesuatu yang lebih besar.
Jadi, dakwah Ikhwanul Muslimin adalah dakwah yang
putih bersih, tak ada warna tertentu yang mewarnainya. Kami senantiasa bersama
kebenaran di mana pun ia berada. Kami mencintai ijma’ dan membenci keanehan.
Kami sama sekali tidak melihat bahwa perbedaan itu
akan menghambat proses menyatunya hati, saling mencintai dan kerja sama dalam
menegakkan kebenaran dan kebaikan. Islam yang universal ini akan sanggup
memayungi kami dengan mereka dalam batasan-batasannya yang begitu luas.
Jika para sahabat saja yang lebih dekat dengan zaman
kenabian dan lebih tahu tentang seluk beluk hukum masih juga berbeda pendapat,
mengapa kita harus saling membunuh untuk suatu perbedaan dalam masalah-masalah
sepele? Jika para imam saja, yang lebih tahu tentang Al-Qur’an dan Sunah, juga
masih saling berbeda pendapat dan berdebat, mengapa dada kita tidak selapang
mereka dalam mensikapi perbedaan? Jika perbedaan pendapat itu bisa terjadi
dalam beberapa masalah yang sangat populer, seperti azan yang dikumandangkan
lima kali sehari dengan dalil-dalil naqli yang sudah jelas, bukankah dalam
masalah yang lebih rumit yang dalilnya lebih banyak disandarkan kepada akal,
akan lebih terbuka kemungkinan untuk itu?
Selain itu juga ada sisi penting yang harus
direnungkan di sini. Dulu, jika kaum Muslimin berbeda pendapat, mereka segera
bertahkim kepada khalifah yang memang disyaratkan berkualitas sebagai imam
(pemimpin). Khalifah itu selanjutnya memutuskan perkara mereka dan
menyelesaikan perbedaan tersebut. Tapi sekarang, di mana bisa kita jumpai
khalifah itu? Nah, kalau demikian, yang harus dilakukan oleh kaum Muslimin
adalah mengajukan perbedaan-perbedaan mereka yang selanjutnya akan
menyelesaikannya. Perbedaan tanpa referensi yang jelas hanya akan menimbulkan
perbedaan berikutnya.
Pernik-pernik ini disadari dengan baik oleh Ikhwanul
Muslimin. Kesadaran itulah yang membuat dada mereka lebih lapang dalam
menghadapi berbagai perbedaan pendapat. Mereka percaya bahwa setiap kaum itu
memiliki ilmu, dan bahwa pada setiap dakwah itu ada sisi benarnya dan ada sisi
salahnya. Maka mereka selalu mencari sisi yang benar dan berusaha menyampaikan
kepada orang lain secara persuasif. Bila kemudian mereka menerima, maka itulah
yang lebih baik, dan itu pula yang kami harapkan. Adapun jika ternyata mereka
menolak, sesungguhnya mereka tetap kami anggap sebagai saudara seagama.
Itulah konsep dasar yang diyakini oleh Ikhwanul
Mulimin dalam menyikapi berbagai perbedaan pendapat dalam masalah. Barangkali
sikap itu dapat disimpulkan secara sederhana, bahwa Ikhwanul Muslimin
membolehkan adanya perbedaan dan membenci sikap fanatisme terhadap pendapat
sendiri, serta senantiasa berusaha menemukan kebenaran, kemudian membawa
masyarakat kepada kebenaran itu dengan cara yang baik dan sikap yang
lemah-lembut.
Pada masa Rasulullah SAW, perbedaan pun juga sudah
terjadi. Namun setiap perbedaan pendapat dan permasalahan umat yang muncul
dapat langsung diselesaikan melalui beliau. Pada masa Rasulullah ini sumber
utama ajaran Islam hanyalah Al-Quran dan Sunnah Nabawiah. Oleh karena itulah
tidak ada masalah internal berarti yang dapat mewarnai kehidupan umat Islam
ketika itu. Tentu saja ini salah satu kelebihan bagi umat yang hidup di zaman
tersebut, sehingga tidak salah lagi apabila generasi Sahabat tersebut diberi
julukan generasi terbaik.
Selanjutnya ketika Rasulullah telah tiada, maka
beberapa perbedaan di kalangan umat Islam ketika itu telah bermunculan. Mulai
dari masalah pemerintahan, sampai akhirnya berujung kepada aliran keagamaan
sendiri dalam Islam. Pada masa Sahabat ini, rujukan umat Islam adalah Al-Quran,
Sunnah Nabawiah, ijma', dan ra'yu. Dua rujukan terakhir ini adalah salah satu
bentuk untuk menyikapi berbagai perbedaan pendapat yang ada di kalangan
Sahabat, selain adanya permasalahan yang baru muncul yang tidak dibahas dalam
Al-Quran dan Sunnah Nabawiah. Namun meskipun demikian, tentu saja yang menjadi
rujukan utama dan landasan dari dua rujukan terakhir tetap Al-Quran dan Sunnah
Nabawiah.
Begitulah sekilas gambaran perjalanan perbedaan-perbedaan
pendapat dalam Islam. Intinya agama Islam itu satu, dan tidak ada berbagai
macam jenis Islam yang lainnya. Sedangkan perbedaan pendapat dan golongan itu
adalah bentuk dari pengembangan pemikiran Islam. Namun perlu digarisbawahi
bahwa perbedaan-perbedaan tersebut hanya dalam ranah furu'iyah saja. Jika
kemudian perbedaan yang berkembang justru menjurus kepada perbedaan akidah dan
tauhid, maka tentu saja dalam hal ini kebenaran atau yang haq itu harus kita
kedepankan. Karena batasan dan rambu-rambu yang digambarkan Islam dalam wilayah
tauhid dan akidah itu sudah sangat jelas.
2.3 Perbedaan Itu Sesuatu Yang Niscaya
Di sisi lain kami sendiri percaya bahwa perbedaan
dalam berbagai masalah furu’ (masalah cabang) merupakan sesuatu yang niscaya.
Mustahil manusia bisa bersatu dalam masalah-masalah tersebut, karena beberapa
alasan sebagai berikut:
1. Perbedaan kapasitas intelektual
dalam memahami dan menangkap kedalaman makna-makna dalil serta dalam mengambil
putusan hukum. Padahal agama ini bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits yang
kemudian diinterpretasi oleh akal manusia berdasarkan struktur bahasanya. Dan
seperti yang secara umum kita tahu, terdapat perbedaan kapasitas intelektual
yang sangat bervariasi di kalangan manusia. Sehingga perbedaan di antara mereka
itu niscaya adanya.
2. Perbedaan dalam hal keluasan ilmu
para ulama. Maka sangat mungkin ada suatu hadits atau ilmu tertentu yang sampai
kepada beberapa ulama tertentu dan belum sampai kepada ulama yang lain. Begitu
seterusnya, sehingga Imam Malik berkata kepada Abu Ja’far, “Sesungguhnya para
sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah mendatangi berbagai kota,
dan setiap kaum itu memiliki ilmu tertentu. Maka jika seseorang ingin
menggiring mereka kepada satu pendapat, niscaya upaya itu hanya akan
menimbulkan fitnah.”
3. Perbedaan lingkungan yang antara
lain menyebabkan terjadinya perbedaan dalam pola penerapan hukum. Itulah
sebabnya Imam Syafi’i memberikan fatwa lama (qaul qadim) di
Irak kemudian memunculkan fatwa baru (qaul jadid) ketika
beliau berada di Mesir. Yang beliau lakukan dalam hal ini tidak lebih dari
memutuskan hukum berdasarkan dalil yang paling kuat menurut beliau. Di samping
itu beliau mencoba memilih yang paling tepat dan maslahat sesuai dengan kondisi
kedua kota itu.
4. Perbedaan tingkat ketenangan hati
dalam menerima suatu riwayat. Maka terkadang Anda melihat perawi tertentu
dianggap ‘tsiqah’ oleh imam fulan —dan karenanya Anda pun
menerimanya— sementara tidak demikian menurut imam yang lain, karena informasi
tertentu yang mungkin tidak diketahui oleh yang pertama.
5. Perbedaan dalam menentukan
tingkat kekuatan dalil kepada hukum tertentu. Maka mungkin ada ulama yang
mendahulukan perbuatan sahabat atas Khabar Ahad (hadits yang
diriwayatkan oleh satu orang), sementara yang lain tidak melihatnya demikian.
2.4 Dampak yang Terjadi Karena
Adanya Madhab
Kami percaya bahwa musibah terbesar yang menimpa kaum
Muslimin adalah perpecahan. Sama seperti kami yakin bahwa apa yang membuat kaum
Muslimin bisa menang kembali adalah cinta kasih dan persatuan. Umat ini tidak
akan pernah menjadi baik kecuali dengan apa yang telah membuat baik generasi
pertamanya. Inilah prinsip dasar dan sasaran penting yang harus diketahui oleh
setiap muslim. Prinsip ini telah menjadi aqidah yang menghunjam jauh ke dalam
lubuk hati kami. Kami bertolak dari prinsip ini dan akan senantiasa menyeru
manusia kepadanya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran
Dewasa ini umat Islam menghadapi berbagai macam
tantangan yang cukup berat. Selain tantangan eksternal seperti perang pemikiran
dan peradaban, tantangan internal juga ikut menggerayangi tubuh umat Islam.
Bahkan tantangan dari dalam inilah yang sebenarnya sangat berbahaya. Salah
satunya adalah isu perbedaan yang sekarang ini bagi sebagian besar kita masih
belum dapat menyikapinya dengan baik..
Perbedaan sebenarnya bukan sesuatu yang baru.
Perbedaan itu merupakan hal yang lumrah adanya. Karena pada dasarnya setiap
manusia itu diciptakan oleh Allah dengan berbagai macam kelebihan dan
kekurangan antara satu dengan yang lainnya. Ada yang diberikan Allah kepandaian
dan kecerdasan yang baik dalam memahami ajaran agama Islam, namun ada juga yang
tidak.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Kami banyak berharap para pembaca
sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya
makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada
umumnya.
Penulis
DAFTAR
PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar