MAKALAH
Imunologi
Disusun Oleh :
1.
Indah Puspa Pratiwi
2.
Yuliyanita
3.
Rima Wulandari
4.
Eneng Firasati Lailiya
5.
Widya Marwah
6.
Lisnawati
7.
Elya Nuraeni
8.
Nurmalia
9.
Aida Fitria Qisti
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI
Jalan Babakan Sirna No. 25 Kota Sukabumi
2013
KATA
PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas
berkat berkat dan rahmatnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik. Makalah ini terdiri dari pokok pembahasan mengenai konsep dasar “Imunologi”.
Setiap pembahasan di bahas secara sederhana sehingga mudah dimengerti.
Makalah ini membahas tentang Pengertian Imunologi,
Mekanisme Sistem Imun, Antigen dan Antibodi, Respon Kekebalan, dan
Ketidakseimbangan Sistem Pertahanan Tubuh.
Kami sadar, sebagai mahasiswi yang masih dalam proses
pembelajaran, penulisan dalam makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Sukabumi, September 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .....................................................................................................................
Daftar Isi................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................
1.1
Latar Belakang ................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................................
1.3
Tujuan .............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................
2.1 Pengertian Imunologi ......................................................................................................
2.2 Sejarah Imunologi ...........................................................................................................
2.3 Mekanisme Sistem
Imun .................................................................................................
2.4 Organ Penyusun
Sistem Kekebalan Tubuh .....................................................................
2.5 Antigen dan Antibodi .....................................................................................................
2.6 Respon Kekebalan ..........................................................................................................
2.7 Ketidakseimbangan
Sistem Pertahanan Tubuh ...............................................................
BAB III PENUTUP .............................................................................................................
3.1 Kesimpulan dan Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak lahir setiap individu sudah dilengkapi
dengan sistem pertahanan, sehingga tubuh dapat mempertahankan keutuhannya dari
berbagai gangguan yang datang dari luar maupun dari dalam tubuh. Sistem imun
dirancang untuk melindungi inang (host) dari patogen-patogen penginvasi dan
untuk menghilangkan penyakit. Sistem imun diklasifikasikan sebagai sistem imun
bawaan (innate immunity system) atau sering juga disebut respon/sistem
nonspesifik serta sistem imun adaptif (adaptive immunity system) atau
respon/sistem spesifik, bergantung pada derajat selektivitas mekanisme
pertahanan. Sistem imun terbagi menjadi dua cabang: imunitas humoral, yang
merupakan fungsi protektif imunisasi dapat ditemukan pada humor dan imunitas
selular, yang fungsi protektifnya berkaitan dengan sel.
Imunologi adalah cabang ilmu biomedis yang
berkaitan dengan respons organisme terhadap penolakan antigenic, pengenalan
diri sendiri dan bukan dirinya, serta semua efek biologis, serologis dan kimia
fisika fenomena imun.
Dalam menghadapi serangan benda asing yang
dapat menimbulkan infeksi atau kerusakan jaringan, tubuh manusia dibekali
sistem pertahanan untuk melindungi dirinya. Sistem pertahanan tubuh yang
dikenal sebagai mekanisme imunitas alamiah ini, merupakan tipe pertahanan yang
mempunyai spekt rum luas, yang artinya tidak hanya ditujukan kepada antigen
yang spesifik. Selain itu, di dalam tubuh manusia juga ditemukan mekanisme
imunitas yang didapat yang hanya diekspresikan dan dibangkit kan karena paparan
antigen yang spesifik. Tipe yang terakhir ini, dapat dikelompokkan manjadi
imunitas yang didapat secara akt if dan didapat secara pasif.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan imunologi?
2.
Bagaimana mekanisme sistem pertahanan tubuh?
3.
Sebutkan organ penyusun sistem kekebalan tubuh!
4.
Jelaskan tentang antigen dan antibodi
5.
Bagaimana respon kekebalan tubuh berlangsung?
6.
Sebutkan kelainan pada sistem pertahanan tubuh!
1.3 Tujuan
1.
Mengetahui dan mengidentifikasi definisi imunologi
2.
Dapat menjelaskan mekanisme sistem pertahanan tubuh
3.
Mampu menyebutkan organ penyusun sistem imun
4.
Mengetahui tentang antigen dan antibodi
5.
Mampu menjelaskan respon kekebalan tubuh
6.
Mengetahui kelainan pada sistem pertahanan tubuh
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Imunologi
Imunologi adalah ilmu yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun
(kekebalan) pada semua organisme. Imunologi memiliki berbagai penerapan pada berbagai
disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin seperti :
malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit
autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun,
penolakan allograft); karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis
komponen-komponen sistem imun. Imunologi juga di katakan sebagai suatu bidang
ilmu yang luas yang meliputi penelitian dasar dan penerapan klinis , membahas
masalah antigen, antibodi, dan fungsi – fungsi berperantara sel terutama yang
berhubungan dengan imunitas terhadap penyakit , reaksi biologik yang bersifat
hipersensitif, alergi dan penoloakan jaringan asing.
Imunolgi terbagi menjadi 2 yaitu imunologi
infeksi dan imunologi kanker.
a. Imunologi infeksi
Bila suatu mikroorganisme menembus kulit atau selaput
lendir, maka tubuh akan mengerahkan keempat komponen sistem imun untuk
menghancurkannya, yaitu antibodi fagosit, komplemen dan sel – sel sistem imun.
Bila suatu antigen pertama masuk kedalam tubuh, dalam beberapa hari pertama
antibodi dan sel sistem imun spesifik lainnya lainnya belum memberikan respons.
Tetapi komplemen dan pagosit serta komponen imun nonspesifik lainnya dapat
bekerja langsung untuk menghancurkannya.
b.
Imunulogi kanker
Peran penting imunitas lainnya adalah untuk
menemukan dan menghancurkan tumor. Sel tumor menunjukan antigen yang
tidak ditemukan pada sel normal. Untuk sistem imun, antigen tersebut muncul
sebagai antigen asing dan kehadiran mereka menyebabkan sel imun menyerang sel
tumor. Antigen yang ditunjukan oleh tumor memiliki beberapa sumber; beberapa
berasal dari virus onkogenik
seperti papillomavirus, yang menyebabkan kanker
leher rahim,
sementara lainnya adalah protein organisme sendiri yang muncul pada tingkat
rendah pada sel normal tetapi mencapai tingkat tinggi pada sel tumor. Salah
satu contoh adalah enzim yang disebut tirosinase yang ketika ditunjukan pada tingkat tinggi, merubah beberapa sel kulit
(seperti melanosit)
menjadi tumor yang disebut melanoma.
Kemungkinan sumber ketiga antigen tumor adalah protein yang secara normal
penting untuk mengatur pertumbuhan dan proses bertahan hidup sel, yang umumnya
bermutasi menjadi kanker membujuk molekul sehingga sel termodifikasi sehingga
meningkatkan keganasan sel tumor.Sel yang termodifikasi sehingga meningkatkan
keganasan sel tumor disebut onkogen.
Respon utama sistem imun terhadap tumor adalah
untuk menghancurkan sel abnormal menggunakan sel T pembunuh, terkadang dengan
bantuan sel T pembantu. Antigen tumor ada pada molekul MHC kelas I pada cara
yang mirip dengan antigen virus. Hal ini menyebabkan sel T pembunuh mengenali
sel tumor sebagai sel abnormal. Sel NK juga membunuh sel tumor dengan cara yang
mirip, terutama jika sel tumor memiliki molekul MHC kelas I lebih sedikit pada
permukaan mereka daripada keadaan normal; hal ini merupakan fenomena umum
dengan tumor.Terkadang antibodi dihasilkan melawan sel tumor yang menyebabkan
kehancuran mereka oleh sistem komplemen
Beberapa tumor menghindari sistem imun dan terus
berkembang sampai menjadi kanker.Sel tumor sering memiliki jumlah molekul MHC
kelas I yang berkurang pada permukaan mereka, sehingga dapat menghindari
deteksi oleh sel T pembunuh. Beberapa sel tumor juga mengeluarkan produk yang
mencegah respon imun; contohnya dengan mengsekresikan sitokin TGF-β, yang
menekan aktivitas makrofaga dan limfosit. Toleransi imunologikal dapat
berkembang terhadap antigen tumor, sehingga sistem imun tidak lagi menyerang
sel tumor.
Makrofaga dapat meningkatkan perkembangan tumor
ketika sel tumor mengirim sitokin yang menarik makrofaga yang menyebabkan
dihasilkannya sitokin dan faktor pertumbuhan yang memelihara perkembangan
tumor. Kombinasi hipoksia pada tumor dan sitokin diproduksi oleh makrofaga
menyebabkan sel tumor mengurangi produksi protein yang menghalangi metastasis dan selanjutnya membantu penyebaran
sel kanker. telah mengidentifikasikan sel kanker. Ketika melampaui batas
menyatukan dengan sel kanker, makrofaga (sel putih yang lebih kecil) akan
menyuntkan toksin yang akan membunuh sel tumor. Imunoterapi untuk perawatan kanker merupakan salah satu hal yang diteliti oleh penelitian
medis.
Tujuan mempelajari imunologi kanker ialah :
1. Mengetahui hubungan antara respons
imunologi pejamu dan tumor.
2. Menggunakan pengetahuan tentang respons
imun terhadap tumor dalam diagnosis, profilaksis dan pengobatan.
2.2 Sejarah
imunologi
Pada mulanya imunologi merupakan cabang mikrobiologi yang mempelajari
respons tubuh, terutama respons kekebalan terhadap penyakit infeksi. Pada tahun
1546, Girolamo Fracastoro mengajukan teori kontagion yang menyatakan
bahwa pada penyakit infeksi terdapat suatu zat yang dapat memindahkan penyakit
tersebut dari satu individu ke individu lain, tetapi zat tersebut sangat kecil
sehingga tidak dapat dilihat dengan mata dan pada waktu itu belum dapat
diidentifikasi.
Pada tahun 1798, Edward Jenner mengamati bahwa seseorang dapat terhindar
dari infeksi variola secara alamiah, bila ia telah terkontaminasi sebelumnya
dengan cacar sapi (cow pox). Sejak saat itu, mulai dipakailah vaksin
cacar.Dengan ditemukannya mkroskop maka kemajuan dalam bidang makrobiologi
meningkat dan mulai dapat ditelusuri penyebab penyakit infeksi.Selain itu
peneliti Perancis, Charles Richet dan Paul Portier (1901) menemukan bahwa
reaksi kekebalan yang diharapkan timbul dengan menyuntikkan zat toksin pada
anjing tidak terjadi, bahkan yang terjadi adalah keadaan sebaliknya yaitu
kematian sehingga dinamakan dengan istilah anafilaksis (tanpa pencegahan).
Pada tahun 1873 Charles Blackley mempelajari penyakit hay fever,
yaitu penyakit dengan gejala klinis konjungtivitis dan rinitis, serta melihat
bahwa ada hubungan antara penyakit ini dengan serbuk sari Lalu pada tahun
1911-1914, Noon dan Freeman mencoba mengobati penyakit hay fever dengan
cara terapi imun yaitu menyuntikkan serbuk sari subkutan sedikit demi sedikit.
Sejak itu cara tersebut masih dipakai untuk mengobati penyakit alergi terhadap
antigen tertentu yang dikenal dengan cara desensitisasi.
Pada tahun 1923, Cooke dan Coca mengajukan konsep atopi (strange disease)
terhadap sekumpulan penyakit alergi yang secara klinis mempunyai manifestasi sebagai
hay fever, asma, dermatitis, dan mempunyai predisposisi diturunkan. Dan
mulai saat itu ilmu alergi-imunologi diterapkan dalam kelainan dan penelitian
di bidang alergi klinis.
Landsteiner (1900) menemukan golongan darah ABO, dan disusul dengan
golongan darah rhesus oleh Levine dan Stenson (1940) , maka kelainan klinis
berdasarkan reaksi imun semakin dikenal. Pada masa itu, fenomena imun yang
terjadi baru dapat dijabarkan dengan istilah imunologi saja. Baru pada
tahun 1939, 141 tahun setelah penemuan Jenner, Tiselius dan Kabat menemukan
secara elektroforesis bahwa antibodi terletak dalam spektrum globulin gama yang
kemudian dinamakan imunoglobulin (Ig). Dengan cara imunoelektroforesis
diketahui bahwa imunoglobulin terdiri atas 5 kelas yang diberi nama IgA, IgG,
IgM, IgD dan IgE (WHO, 1964).
2.3 Mekanisme Sistem Imun
Sistem
Imun adalah semua mekanisme yang digunakan badan untuk mempertahankan keutuhan
tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat di timbulkan berbagai
bahan dalam lingkungan hidup. Imunitas
atau kekebalan adalah sistem
mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor.
Imunitas
atau Sistem imun tubuh manusia terdiri dari imunitas alami atau system imun non
spesifik dan imunitas adaptif atau system imun spesifik.
1.
Sistem
Imun Non Spesifik
Tubuh
mempunyai dua lapisan, yaitu kekebalan tubuh non spesifik dan kekebalan tubuh
spesifik. Bakteri, virus, dan zat asing harus melalui sistem kekebalan
nonspesifik terlebih dahulu. Jika kekebalan nonspesifik tidak mampu
menghancurkannya, berikutnya zat penginfeksi trersebut akan menghadapi sistem
kekebalan spesifik.
.Sistem
imun non-spesifik telah berfungsi sejak lahir, merupakan tentara terdepan
dalam sistem imun, meliputi level fisik yaitu pada kulit, selaput lendir, dan
silia, kemudian level larut seperti pada asam lambung atau enzim.
Sistem
imun alami atau sistem imun nonspesifik adalah respon pertahanan inheren yang
secara nonselektif mempertahankan tubuh dari invasi benda asing atau abnormal
dari jenis apapun dan imunitas ini tidak diperoleh melalui kontak dengan suatu
antigen. Sistem ini disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap
mikroorganisme tertentu. Selain itu sistem imun ini memiliki respon yang cepat
terhadap serangan agen patogen atau asing, tidak memiliki memori immunologik,
dan umumnya memiliki durasi yang singkat.
a.
Kekebalan
eksternal
Kekebalan
eksternal terdiri dari jaringan epitelium yang melindungi tubuh kita (kulit dan
kelenjar mukus) beserta sekresi yang dihasilkannya. Selain sebagai penghalang
masukn ya penyakit, epitelium juga menghasilkan zat-zat pelindung. Misalnya
hasil sekresi kulit bersifat asam sehingga beracun bagi bakteri. Air ludah
(saliva) dan air mata juga dapat membunuh bakteri. Mukus (lendir) menjebak
mikroorganisme sehingga tidak dapat masuk ke dalam saluran pencernaan dan
pernafasan.
b.
Kekebalan
Internal
Kekebalan
internal akan melawan bakteri, virus, atau zat-zat asing yang mampu melewati
kekebalan eksternal. Kekebalan internal juga rangsangan kimiawi dan melibatkan
sel-sel fagostik. Sel natural killer
(sel pembunuh alami). Protein anti mikroba yang melawan zat asing yang telah
masuk dalam tubuh, serta peradangan (inflamasi) dan demam.
1. Neutrofil
Neutrofil
meliputi sekitar 60% sampai 70% dari semua sel darah putih (leukosit). Sel-sel
yang rusak oleh mikroba yang menyerang membebaskan sinyal kimiawi yang menarik
neutrofil dari darah untuk datang. Neutrofil akan memasuki jaringan yang
terinfeksi. Lalu menelan dan merusak mikroba yang ada di sana (migrasi menuju
sumber zat kimia yang mengundah ini disebut kemotaksis. Akan tetapi, neutrofil
cenderung merusak diri sendiri ketika mereka merusak penyerang asing dan masa
hidupnya rata-rata hanya beberapa hari.
2. Mikrofag
Mikrofag
akan berlekatan dengan polisakarida di permukaan tubuh mikroba dan kemudian
3. Eosinofil
Eosinofil meliputi sekitar 1.5 % saja dari leukosit. Sumbangan untuk
eosinofil pada pertahanan adalah melawan
penyerang parasitik yang berukuran lebih besar, seperti cacing darah. Eosinofil
memposisikan dirinya melawan dinding eksternal parasit dan melepaskan
enzim-enzim perusak dari granula sitoplasmik. Sel-sel ini mempunyai aktivitas
fagostik yang terbatas (Campbell,2004).
4. Natural Killer (Sel Pembunuh Alami)
Natural
Killer (Sel Pembunuh Alami) menyerang sel parasit dengan cara mengeluarkan
senyawa penghancur yang disebut perofin.
Sel natural killer dapat melisiskan dan membunuh sel-sel kanker serta virus
sebelum kekebalan adaptif deaktivasi. Protein anti mikroba meningkatkan
pertahanan tubuh dengan menyerang mikroorganisme secara langsung maupun dengan
cara menghambat reproduksi mikroorganisme. Salah satu protein antimikroba yang
penting untuk melindungi sel dari serangan virus dan interfeon.
5.
Sistem
Komplemen
Sistem Komplemen adalah komponen immunitas
bawaan lainnya yang penting. Aktivasi sistem komplemen mengasilkan suatu reaksi
biokimia yang akan melisiskan dan merusak sel asing atau sel tak berguna. Tanpa
aktivasi, komponen dari sistem komplemen bertindak sebagai proenzim dalam
cairan tubuh.
6.
Sitokin
dan Kemokin
Sitokin dan Kemokin (Cytokine and chemokine)
adalah polipeptida yang memiliki fungsi penting dalam regulasi semua fungsi
sistem imun. Sitokin dan kemokin menghasilkan hubungan kompleks yang dapat
mengaktifkan atau menekan respon inflamasi. Contoh sitokin yang berperan
penting dalam merespon infeksi bakteri yaitu :Interleukin-1 (IL-1) dan tumor
necrosis factor-a (TNF-a).
Kekebalan
internal lain adalah respon peradangan (inflamasi) dan demam. Peradangan dipicu
oleh trauma fisik. Panas yang berlebihan, infeksi bakteri,dll. Peradangan
bersifat lokal atau hanya muncul pada daerah terinfeksi sedangkan demam
menyebar keseluruh tubuh
2.
Sistem
Imun Spesifik
Kekebalan
adaptif dapat bersifat alami maupun buatan. Kekebalan alami pasif diperoleh
bayi dari ibunya saat dalam kandungan, sedangkan kekebalan adaptif alami aktif
didapat misalnya melalui infeksi (menderita penyakit terlebih dahulu).
Kekebalan adaptif buatan aktif diperoleh melalui imunisasi
Sistem
imun spesifik ini meliputi sel B yang membentuk antibodi dan sel T yang terdiri
dari sel T helper, sel T sitotoksik, sel T supresor, dan sel T delayed
hypersensitivity. Salah satu cara untuk mempertahankan sistem imun berada
dalam kondisi optimal adalah dengan asupan gizi yang baik dan seimbang.Kedua
sistem imun ini bekerja sama dengan saling melengkapi secara humoral, seluler,
dan sitokin dalam mekanisme yang kompleks dan rumit.
Imunitas
ini terjadi setelah pamaparan terhadap suatu penyakit infeksi, bersifat khusus
dan diperantarai oleh oleh antibody atau sel limfoid. Imunitas ini bisa
bersifat pasif dan aktif.
1. Imunitas pasif,
diperoleh dari antibody yang telah terbentuk sebelumnya dalam inang lain.
2. Imunitas aktif,
resistensi yang di induksi setelah kontak yang efektif denga antigen asing yang
dapat berupa infeksi klinis atau subklinis, imunisasi, pemaparan terhadap
produk mikroba atau transplantasi se lasing.
Sistem Imun Adaptif atau sistem imun
nonspesifik mempunyai kemampaun untuk mengenal benda yang dianggap asing bagi
dirinya. Sistem imun adaptif memiliki beberapa karakteristik, meliputi
kemampuan untuk merespon berbagai antigen, masing-masing dengan pola yang spesifik;
kemampuan untuk membedakan antara antigen asing dan antigen sendiri; dan
kemampuan untuk merespon antigen yang ditemukan sebelumnya dengan memulai
respon memori yang kuat
Berdasarkan
sel yang terlibat dalam mekanisme, kekebelan adaptif dibagi menjadi dua, yaitu
kekebalan humoral dan kekebalan yang diperantai sel (cell mediated immunity)
a.
Kekebalan
Humoral
Unsur
yang paling berperan dalam kekebalan humoral adalah antibodi yang dihasilkan
oleh sel-sel B limfosit. Antibodi
ditemukan dalam humor (cairan) tubuh, misalnya darah dan cairan limfa dan
berfungsi mengikat bakteri dan racun bakteri, serta menandai virus untuk
dihancurkan lebih lanjut oleh sel darah putih.
b. Kekebalan yang Diperantai Sel
Faktor terpenting dalam kekebalan ini adalah
sel-sel hidup, yaitu sel-sel T limfosit. sel-sel ini secara aktif melawan
bakteri dan virus yang ada dalam sel tubuh yang terinfeksi. Sel-sel ini juga
melawan protozoa, jamur, cacing parasit.
Untuk mengetahui perbedaan sistem imun
spesifik dan sistem imun non spesifik dapat di lihat dalam tabel berikut.
Perbedaan sifat sistem imun non spesifik dan spesifik
|
Non spesifik
|
Spesifik
|
Resistensi
|
Tidak berubah oleh infeksi
|
Membaik oleh infeksi berulang
|
Spesifitas
|
Umumnya efektif terhadap semua
mikroorganisme
|
Spesifik untuk mikroorganisme yang
sudah mensintesis sebelumnya
|
Sel yang penting
|
Fagosit, Sel NK, Sel K
|
Limfosit
|
Molekul yang penting
|
Lizosim, Komplemen, Protein fase akut, Interferon ( sitokin )
|
Antibody sitokin
|
Sel yang berada di dalamnya
|
didominasi sel polimorfonuklear
|
didominasi selT dan sel B
|
Sifat
|
bersifat general/ umum
|
bersifat memori / diperlukan pajan pertama dan efektik
untuk pajanan berikutnya dengan antigen yang sama
|
Cara kerja
|
cara kerja cepat
|
cara kerja kualitas meningkat karna memiliki sifat
memory
|
2.4 Organ Penyusun Sistem Kekebalan Tubuh
1.
Tonsil
ialah jaringan lymphatic yang terdiri dari kumpulan-kumpulan limposit dan
fungsinya ialah memproduksi limposit dan antibodi yang kemudian akan masuk ke
dalam cairan lymph (Kurnadi,2008:42).
2.
Limpa
ialah sebuah kelenjar berwarna ungu tua yang terletak di sebelah belakang
lambung. Limpa berfungsi sebagai:
1) tempat pembentukan sel darah putih
2) Tempat cadangan sel darah
3) tempat pembongkaran sel darah merah yang sudah mati
4)Tempat membunuh kuman-kuman penyakit (Syamsuri,
2007:145).
3.
Thymus
suatu jaringan lymphatic yang terletak sepanjang trakea di rongga dada bagian
atas.Thymus membesar sewaktu pubertas dan atrophy (mengecil) setelah dewasa.
Fungsi thymus ialah memproses limposit muda menjadi Limposit T.Limposit T yang
terbentuk kemudian berimigrasi menuju jaringan-jaringan limfatik lainnya (Kurnadi,2008:14).
4.
Sumsum
Tulang termasuk jaringan limfatik yang memproduksi limposit muda yang akan
diproses pada thymus atau tempat-tempat lainnya untuk menjadi Limposit T dan
Limposit B (Kurnadi,2008:143).
2.5
Antigen
dan Antibodi
Dua
substansi yang memegang peranan penting dalam sistem kekebalan adalah antigen
dan antibodi.
1. Antigen
Antigen
adalah suatu substansi kimia yang mampu merangsang sistem imun (kekebalan)
untuk menimbulkan respon spesifik. Contoh antigen adalah bagian luar kapsul
atau dinding sel bakteri.Antigen disebut juga imunogen. Antigen merupakan bahan asing yang merupakan target yang akan
dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh. Antigen ditemukan di permukaan seluruh
sel, tetapi dalam keadaan normal, sistem kekebalan seseorang tidak bereaksi
terhadap selnya sendiri. Sehingga dapat dikatakan antigen merupakan sebuah zat yang
menstimulasi tanggapan imun.
Antigen biasanya berbentuk protein atau polisakarida.
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar
biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan
benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika
sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang,
sehingga menyebabkan patogen. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor,
dan terhambatnya sistem ini juga
telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
Pada umumnya, antigen-antigen dapat di
klasifikasikan menjadi dua jenis utama, yaitu antigen eksogen dan antigen
endogen.
1. Antigen Eksogen
Antigen Eksogen adalah
antigen-antigen yang disajikan dari luar kepada hospes dalam bentuk
mikroorganisme,tepung sari,obat-obatan atau polutan.Antigen ini
bertanggungjawab terhadap suatu spektrum penyakit manusia, mulai dari penyakit
infeksi sampai ke penyakit-penyakit yang dibenahi secara immologi, seperti pada
asma.
2. Antigen
endogen
Antigen
endogen adalah antigen yang terdapat didalam tubuh dan meliputi antigen-antigen
berikut:antigen senogeneik (heterolog), antigen autolog dan antigen idiotipik
atau antigen alogenik (homolog). Antigen senogeneik adalah antigen yang
terdapat dalam aneka macam spesies yang secara filogenetik tidak ada
hubungannya, antigen-antigen ini penting untuk mendiagnosa penyakit.
Kelompok-kelompok
antigen yang paling banyak mempunyai arti klinik adalah kelompok-kelompok
antigen yang digunakan untuk membedakan satu individu spesies dengan individu
spesies yang sama. Pada manusia determinan antigen semacam ini terdapat pada
sel darah merah,sel darah putih trombosit, protein serum, dan permukaan sel-sel
yang menyusun jaringan tertentu dari tubuh, termaksud antigen-antigen
histokompatibilitas. Antigen ini dikenal antigen polomorfik, karena adanya dua
atau lebih bentuk-bentuk yang berbeda secara genetik didalam populasi.
Antigen
mempunyai dua ciri penting, yaitu sebagai berikut:
a.
Imunogenitas : Kemampuan untuk memicu perbanyakan antibodi dan limfosit
spesifik.
b.
Reaktivitas : Kemampuan untuk bereaksi dengan limfosit yang teraktivasi dan
antibodi yang dilepaskan oleh reaksi kekebalan.
Selain antigen, terdapat juga
molekul yang disebut dengan Hapten. Hapten
adalah substansi kimiawi sederhana atau suatu bagian dari antigen yang
tidak menimbulkan respon kekebalan, tetapi jika hapten berikatan dengan protein
tubuh anak mengenalinya sebagai substansi berbahaya.
Contoh-contoh antigen antara lain:
1. Bakteri 4.
Sel-sel dari transplantasi organ
2. Virus 5. Toksin
3. Sel darah yang asing
2. Antibodi
Antibodi
adalah protein yang dibentuk sebagai respon terhadap suatu antigen dan secara
spesifik mengadakan reaksi dengan antigen tersebut. Antibodi tidak dapat
menghancurkan antigen. Antibodi tidak bisa secara langsung menghancurkan
antigen. Fungsi utama antibodi adalah menonaktifkan dan menandai antigen untuk
penghancuran lebih lanjut. Umumnya jika antibodi bertemu dengan antigen akan
terbentuk kompleks antigen-antibodi.
Antibodi
disebut juga imunoglobin. Ada lima imunoglobin (Ig) utama, yaitu IgG, IgA, IgM,
IgD, dan Ig E.
a.
Imunoglobin G (IgG)
Merupakan
antibodi yang paling berlimpah dalam sirkulasi. Antibodi ini dengan mudah
melewati dinding pembuluh darah dan memasuki cairan jaringan. IgG juga menembus
plasenta dan memberikan kekebalan pasif bagi ibu ke janin. IgG melindungi tubuh
dari bakteri, virus, dan toksin yang beredar dalam darah dan limfa, dan memicu
kerja sistem komplemen.
b. Imunoglobin
A (IgA)
IgA
dihasilkan paling banyak dalam bentuk monomer Y (suatu dimer) oleh sel-sel yang
terdapat berlimpah pada membran mukosa. Fungsi utama IgA adalah untuk mencegah
pertautan virus dan bakteri ke permukaan epitelium. IgA ditemukan dalam
sebaguan besar sekresi tubuh, seperti ludah, keringat, dan air mata.
c. Imunoglobin
M(IgM)
Immunoglobin M ialah antibodi yang disintesis pertama
kali dalam stimulus antigen. Konsentrasinya dalam darah menurun secara cepat.
Hal ini diagnostik bermanfaat karena kehadiran IgM umumnya mengindikasikan
adanya infeksi baru oleh patogen yang menyebabkan pembentuknya. Sintesis
imunoglobin M dilakukan oleh fetus waktu intrauterin. Oleh karena tidak dapat
menelan plasenta, maka IgM pada bayi yang baru lahir menunjukkan tanda-tanda infeksi
intrauterin.
d. Imunoglobin
D (IgD)
Antibodi
IgD tidak mengaktifkan sistem komplemen dan tidak menembus plasenta. IgD
terutama ditemukan pada permukaan sel B yang kemungkinana berfungsi sebagai
suatu reseptor antigen yang diperlukan untuk memulai diferensiasi sel-sel B
menjadi sel plasma dan sel B memori.
e.
Immunoglobin E(IgE)
Antibodi
IgE berukuran sedikit lebih besar dibandingkan dengan IgG dan hanya mewakili
sebagian kecil dari total antibodi dalam darah. IgE disekresikan oleh sel
plasma di kulit, mukosa, serta tonsil. Jika bagian ujung IgE terpicu oleh
antigen, akan menyebabkan sel melepaskan histamin yang menyebabkan peradangan
dan reaksi alergi.
2.6 Respon Kekebalan
Jika
terpapar oleh suatu antigen, akan terjadi respon kekebalan. Perkenalan dengan
suatu antigen akan
membangkitkan respon
kekebalan primer. Jika setelah beberapa waktu seseorang terkena antigen yang
sama, maka akan muncul respon kekebalan sekunder.
1. Respon
Kekebalan Primer
Setelah
antigen masuk ke dalam tubuh, antibodi tidak segera terbentuk di dalam serum
darah. Masa antara pemberian antigen dan dibentuknya antibodi dalam serum
disebut periode laten. Lama periode
laten sekitar 6-7 hari. Pada periode laten, antigen disampaikan pada sel-sel
yang imunokomplemen, yaitu sel B yang menghasilkan antibodi. Pada periode ini
terjadi poliferase dan diferensiasi sel B.
Setelah
periode laten, kemudian masuk pada tahap biosentisis.
Fase awal dari periode logaritmis di
dalam tubuh. Diikuti oleh fase mantap, yaitu dimana kecepatan sintesis
protein sama dengan kecepatan
katabolismenya, dan diakhiri fase penurunan, yaitu dimana katabolisme antibodi
lebih cepat daripada sintesisnya.
2. Respon
Kekebalan Sekunder
Pertemuan
kedua antigen yang sama yang pernah diberikan sebelumnya akan membangkitkan
respon kekebalan sekunder. Ketika antigen ini terpapar pada tubuh, antibodi
yang masih ada dalam serum akan menyusut. Fase ini disebut dengan fase negatif.
Antigen dan antibodi dalam serum kemudian akan membentuk kompleks antigen-antibodi.
Jika dosis antigen sedikit, respon kekebalanyang kuat tidak akan terjadi. hal
tersebut mungkin karena serum antigen tersebut telah digunakan untuk membentuk
kompleks antigen-antibodi. Sebaliknya, jika dosis antigen cukup banyak, sek-sel
B yang tersisa akan membentuk antibodi sehingga muncullah respon sekunder.
3. Perbedaan
Respon Primer dan Respon Sekunder
Pada
perisriwa stimulasi respon primer, sel sel perkusor membelah diri dan
mengadakan diferensiasi menjadi sel-sel pembentuk antibodi yang memproduksi IgM
dan IgD. Selama proses terbentuk sel-sel memori yang jumlahnya masih terbatas.
Menyusul respon sekunder, sel-sel sensitif terhadap antigen yang jumlahnya
bertambah cepat sehingga sintesis antibodi meningkat.
Respon
kekebalan sekunder yang muncul bersifat lebih cepat, lebih tahan lama, dan
lebih efektif daripada respon sebelumnya. Hal itu disebabkan sistem kekebalan
telah lebih siap terhadap antigen karena sel-sel memori bersiap melawan
antigen. Sel-sel memori ini yang pada akhirnya akan menimbulkan memori imunologis.
2.7 Kelainan Pada Sistem Pertahanan Tubuh
Ketidakseimbangan,
baik kekurangan maupun kelebihan dalam sistem pertahanan tubuh dapat
menimbulkan penyakit, antara lain sebagai berikut.
1. Imunodefisiensi
Imunodefisiensi
adalah keadaan dimana sistem kekebalan seseorang sangat lemah atau tidak mampu
melakukan tugasnya melawan infeksi berbahaya. Imunodefisiensi dapat terjadi
karena bawaan sejak lahir maupun muncul di waktu dewasa.
Imunodefisiensi
yang paling memeatikan adalah AIDS yaang disebabkan oleh HIV. HIV menghambat
kertja sel T hepler sehingga menekan sistem kekebalan. Penderita AIDS umumnya
meninggal karena komplikasi berbagai infeksi penyakit yang tidak dapat diatasi
oleh sistem kekebalan yang lemah.
2. Hipersensitivitas
(Alergi)
Hipersensivitas
adalah respon berlebihan terhadap antigen tertentu. Dalam peristiwa alergi,
sistem kekebalan dapat menyebabkan kerusakan jaringan ketika berusaha melakukan
perlawanan. Antigen yang menyebabkan alergi disebut alergen.
3. Autoimunitas
Autoimunitas
adalah kegagalan sistem kekebalan untuk mengenali sel tubuhnya sendiri. Sistem
kekebalan menganggap sel tubuhnya sebagai antigen dan menghasilkan antibodi
untuk melawannya. Contoh : penyakit Lupus.
4. Isoimunitas
Isoimunitas
adalah keadaan dimana tubuh mendapatkan kekebalan dari individu lain yang
melawan sel tubuhnya sendiri. Isoimunitas dapat muncul akibat transfusi darah
atau karena cangkok organ dari orang lain.
\
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran
Imunologi adalah cabang ilmu biomedis yang
berkaitan dengan respons organisme terhadap penolakan antigenic, pengenalan
diri sendiri dan bukan dirinya, serta semua efek biologis, serologis dan kimia
fisika fenomena imun.
Dalam menghadapi serangan benda asing yang
dapat menimbulkan infeksi atau kerusakan jaringan, tubuh manusia dibekali
sistem pertahanan untuk melindungi dirinya. Sistem pertahanan tubuh yang
dikenal sebagai mekanisme imunitas alamiah ini, merupakan tipe pertahanan yang
mempunyai spekt rum luas, yang artinya tidak hanya ditujukan kepada antigen
yang spesifik. Selain itu, di dalam tubuh manusia juga ditemukan mekanisme
imunitas yang didapat yang hanya diekspresikan dan dibangkit kan karena paparan
antigen yang spesifik.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Kami banyak berharap para pembaca
sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya
makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://gectriisna.blogspot.com/2011/11/makalah-imunologi.html
http://lisariahnitaheryahoocoid.blogspot.com/2010/07/makalah-imunologi.html
http://lmirlankameri.blogspot.com/2011/05/makalah-lalat-crysops.html
0 komentar:
Posting Komentar